Literasi Tukang Becak, Kenapa Harus Memberontak Hidup?

Kamis, 18 Maret 2021 15:41 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Literasi tukang becak. Semua yang kamu punya sudah pantas. Lalu, kenapa kamu memberontak dalam hidup?

Becak, sudah makin langka. Bila tidak mau dibilang punah.

Becak bolehlah dibilang alat transportasi tradisional, kendaraan zaman dulu. Tanpa bahan bakar, tanpa polusi udara. Bisa jalan bila digenjot abang-nya. Selalu ada kegembiraan pada setiap genjotannya. Baik yang menggenjot atau yang digenjot. Lalu, ngacir dengan penuh senyuman.

 

Secara etimologi. Becak berasal dari bahasa hokkien. Yaitu “be-chia” yang berarti "kereta kuda". Banyak orang menganggap, becak identik dengan kaum marjinal. Kaum miskin atau warga kelas bawah. Tentu sah-sah saja, Karena memang becak bukan jalan untuk menjadi kaya. Tidak ada kemewahan di balik kayuhan tukang becak.

 

Tapi becak bisa jadi simbol. Tentang pentingnya ikhtiar. Tentang kerja keras tanpa mengenal lelah. Bukan berdiam diri atau tidak mau berjuang. Tukang becak, menegaskan siapa pun hanya bisa ikhtiar. Tapi tidak bisa menentukan hidupnya. “Teruslah mengayuh hingga tak sanggup”, begitulah filosofi becak.

 

Seperti berjuang di taman bacaan. Sangat butuh sikap militansi seperti tukang becak. Tidak boleh menyerah, jangan pernah cepat lelah. Karena taman bacaan adalah satu-satunya “lawan tanding” anak-anak tukang main gawai. Bahkan taman bacaan adalah “musuh” narkoba, putus sekolah, dan pernikahan dini. Maka siapa pun di taman bacaan, harus berjiwa pantang menyerah.

 

Jika hari ini, banyak orang menyangka "dunia itu kejam". Justru tukang becak tidak pernah berpikir seperti itu. Rezeki itu sudah diatur Allah SWT. Rezeki itu tidak akan pernah tertukar antar orang per orang. Bahkan rezeki pasti ada dan selalu mengalir, tidak putus-putus. Asal tetap mau ikhtiar dan doa. Asal tidak serakah. Dan apa yang kita miliki hari ini, sangat pantas untuk kita.

 

Di balik literasi becak. Selalu ada pelajaran berharga. Bahwa siapa pun harus menerima apa yang diberikan Alalh SWT. Agar tidak meminta apa yang tidak diberikan dalam hdup. Tanpa perlu mengeluh, tanpa perlu membandingkan. Karena tukang becak, selalu bersyukur atas apa dipunya.

 

Selain sederhana, berani, ulet, dan mampu mengendalikan diri. Tukang becak berpesan “hidup tidak perlu memberontak terhadap hidup itu sendiri". Salam literasi #KampanyeLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

 

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Peristiwa

img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua