x

cover buku Insight Germany

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Jumat, 19 Maret 2021 07:45 WIB

Insight Germany - Cakrawala Negeri dan Budaya Jerman

Paparan tentang sejarah teknologi, keindahan alam, budaya dan kuliner Jerman yang disajikan dalam bentuk ringan dan menarik.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Insight Germany – Cakrawala Negeri dan Budaya Jerman

Penulis: Hennie Triana Oberst

Tahun Terbit: 2021

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Pimedia                                                                                                   

Tebal: viii + 138

ISBN: 978-623-95999-3-5

 

Ketika kita mendengar kata Jerman, maka kita langsung membayangkan tentang Pasar Tembakau Bremen, Tembok Berlin, jam duduk yang berkualitas tinggi dan tentu saja mobil mewah bermerek BMW dan Mercedes Benz. Tentang Pasar Tembakau di Bremen dan Tembok Berlin kita mengenalnya melalui pelajaran geografi di sekolah. Sedangkan jam duduk yang mengeluarkan bunyi magis kita jumpai di ruang tamu para priyayi dan pejabat. Tentang BMW dan Mercy, kita bisa menemukannya berlalu Lalang di jalan-jalan kota besar negeri kita. Jerman memang dikenal sebagai sebuah negara yang mempunyai kemampuan untuk mencipta teknologi dengan kualitas yang tinggi.

Melalui buku pendek ini Hennie mengajak kita untuk mengenal negeri Jerman dan budayanya. Saya sangat suka dengan cara Hennie menata artikel-artikel pendeknya. Ia menempatkan topik-topik yang sudah familiar dengan kita berselang-seling dengan topik-topik yang lebih asing. Topik-topik budaya, alam dan cara hidup orang Jerman ditempatkan di sela-sela topik yang sudah serba sedikit kita ketahui. Dengan demikian kita bisa menikmatinya dengan enak.

Mula-mula ia membuka artikelnya dengan mengenalkan hal yang sudah kita kenal, yaitu Pasar Tembakau Bremen. Pilihan artikel pembuka ini sungguh sangat cocok, sebab dengan demikian para pembacanya diajak untuk mengenal sesuatu yang sudah serba sedikit diketahui. Paling tidak sudah dikenal. Meski memulai dengan obyek yang sudah dikenal, Hennie memperkaya pembacanya di Indonesia dengan informasi yang lebih mendalam. Ia menjelaskan tentang seberapa besar Kota Bremen, penduduknya dan arsitektur kotanya. Ia juga membedah sedikit sejarah kota yang memiliki patung Ronald yang menghunus pedang. Jadi, meski kita sudah mengenal sedikit, kita tak rugi membaca buku ini. Sebab Hennie akan memperkaya pengetahuan kita tentang Jerman yang serba sedikit tersebut.

Dari Bremen, Hennie mengajak kita untuk mengenal Brezel, roti khas Jerman, karnaval pengusir roh musim dingin, Maibaum – tradisi musim semi dan bersambung dengan Kota Stuttgart untuk mengenal kota penghasil Mercedes (Daimler AG) dan Porcsche. Ternyata Kota Suttgart dianggap sebagai tempat kelahiran mobil. Ternyata Stuttgart bukan hanya menghasilkan mobil, tetapi juga menjadi rumah bagi perusahaan besar seperti Bosch, Hewlett-Packard dan IBM.

Setelah mengunjungi kota kelahiran mobil, Hennie kembali mengajak mengenal sesuatu yang asing bagi kita. Ia memperkenalkan Stork – si bangau sebagai symbol kelahiran, budaya menghargai waktu, Islam di Jerman, julukan nama hewan untuk orang-orang tersayang dan wander alias jalan-jalan di hutan sebagai hobi yang disukai oleh orang Jerman.

Selanjutnya Hennie kembali mengajak kita mengenal lebih mendalam tentang mobil mewah Mercedes dengan cara mengunjungi musiumnya. Meski lahir di Stuttgart, musium Mercedes Benz justru berada di Baden-Wurttemberg di kota Sindelfingen. Selain menikmati mobil-mobil kuno karya pabrik mobil mewah ini, kita juga bisa mengenal siapa sebenarnya Mercedes yang namanya diabadikan sebagai nama mobil mewah.

Hennie mengajak kita mengenal desa-desa pertanian di Jerman. Ia juga kembali mengenalkan cara hidup orang Jerman yang serba bersih. Membuang punting rokok saja kena denda sangat mahal. Hennie juga menjelaskan tentang tata cara menggunakan ban mobil yang berbeda pada musim yang berbeda. Memang begitulah negeri yang bersalju. Ban biasa tentu akan sangat berbahaya jika dipakai di jalan yang bersalju.

Jam duduk produksi Jerman sangatlah digemari oleh orang-orang kaya di Indonesia. Bunyinya yang magis membuat sang pemilik rumah bangga. Bunyi tersebut tak hanya mengingatkan waktu, tetapi juga menguarkan status sosial tertentu. Di wilayah Baden – Wurrttenberg, Hennie memperkenalkan jam kuckuck yang memiliki burung yang akan keluar dari pintu jam, setiap jam berbunyi. Wilayah yang disebut sebagai wilayah Black Forrest ini juga mempunyai sejarah tentang kue tart yang sangat enak, yang disebut sebagai kue black forrets.

Hennie kembali mengajak kita untuk mengenal lebih dalam tentang Jerman. Setelah mendalami pengetahuan tentang jam, Hennie mengajak kita untuk mengenal pasar loak Jerman, toko-toko yang tutup di Hari Minggu dan menjelajahi kota Tubingen. Khususnya tentang alam dan universitasnya. Hennie mengajak kita mengetahui bahwa membunuh lebah adalah pelanggaran berat, budaya traktir menraktir dan jangan coba-coba menjadi penumpang gelap.

Danau Constance atau Bodensee adalah tempat indah dimana kita bisa menyaksikan kebun anggur dan apel. Di area danau ini jua terletak musium Pfahlbauten alias rumah panggung. Di Musium ini kita bisa menyaksikan konstruksi rumah-rumah dari era 4000 – 850 sebelum masehi. Rumah-rumah ini juga dilengkapi dengan koleksi peralatan-peralatan rumah tangga yang digunakan di masanya. Pasti luar biasa bukan?

Aturan tentang tindik telinga, perayaan Hari Ayah, Kota Mannheim dan beberapa kebiasaan-kebiasaan baik masyarakat Jerman dituangkannya juga dalam tulisan-tulisan pendek. Baru kemudian Hennie mengajak kita ke Kota Berlin. Kota ini menjadi saksi sejarah Perang Dingin di Eropa. Kota yang pernah dibelah menjadi dua bagian. Sebagian menjadi wilayah Jerman Barat, sebagian menjadi milik Jerman Timur.

Hennie masih bercerita mengenai Jerman tentang banyak hal lainnya. Buku pendek ini membuat kita setidaknya memahami sejarah Jerman, khususnya sejarah teknologi; nilai-nilai hidup orang Jerman yang menghargai waktu, menghargai kebersihan dan menghargai alam; kebiasaan-kebiasaan hidup orang Jerman sehari-hari. Selain itu Hennie juga mengenalkan kita dengan kuliner Jerman. Diantaranya adalah Brezel, black forrest cake dan tentu saja beer. Buku ini juga memuat dua artikel pendek tentang kota dimana Albert Einstein pernah tinggal. (581)

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

9 jam lalu

Terpopuler