Tempat tingggal nyempil dikelilingi area pabrik
''Begini resiko punya rumah di kelilingi Pabrik''. Itu jawaban saya saat seorang tamu bicara soal ketidak nyamanan tempat tinggal saya.
Maksud ketidak nyamanan ini terkait dengan posisi tempat tinggal. Posisi rumah saya memang nyempil di tengah, depan jalan raya Merak, kiri, kanan dan belakang sudah area pabrik plastik berbahan baku kimia terbesar di wilayah Gerem, Cilegon. Jarak antara rumah dengan pabrik, hanya dibatasi pagar tembok setinggi kurang lebih 3 m.
Dibilang tidak nyaman, pasti. Ada saja aktifitas perusahaan yang membuat kondisi tidak nyaman, dari urusan lingkungan sampai urusan sosial.
Bagi si empunya pabrik, termasuk karyawannya, baik yang berjabatan direktur, manager, maupun karyawan biasa, pastinya tidak merasakan ketidak nyamanan ini lantaran rutinitas mereka hanya datang pagi ke pPabrik, pulang sore hari ke rumah masing masing yang jauh dari area pabrik.
Tapi mau bagaimana lagi, namanya sudah resiko.
Pernah satu waktu, saya dan keluarga dibuat tidak bisa istirahat, tidak bisa tidur, lantaran rumah bergetar, daun jendela semua bunyi. Saya naiki pagar pake tangga, ternyata ada aktifitas pekerjaan projek pelebaran tempat parkir perusahaan.
Kala itu sedang pemadatan lahan menggunakan alat berat dengan memakai stammer berkekuatan tonase tinggi. Tentu saja rumah saya oyeg seperti digoyang, disamping bising suara alat berat, didalam rumah juga berisik suara getaran daun jendela, bunyinya tidak enak di telinga.
Tapi, ya, itu tadi, sudah resiko.
Sungguhpun demikian, resiko tetap resiko, saya punya hak untuk protes. Saya minta kepada operator alat berat untuk berhenti. Saya tidak mengancam, saya hanya minta aktifitas berhenti karena mengganggu hak hidup saya, hak untuk hidup nyaman. Saya minta supaya lapor ke perusahaan bahwa saya merasa terganggu dengan aktifitas proyek.
Esoknya manegemen perusahaan datang menemui saya, mencari solusi --katanya-- , orang bilang win-win solution. Pak manajer minta maaf atas ketidak nyamanan saya, tapi aktifitas minta dilanjut karena kejar target. Pak manajer bilang juga, jika nanti ada kerusakan rumah, diupayakan akan diperbaiki.
Terahir pak manajer bilang, jika saya merasa terganggu dengan suara atau getaran alat alat berat, sebaiknya ngga usah tidur di rumah, bisa ngungsi ke hotel manapun dengan resiko biaya ditanggung perusahaan. Resiko plus resiko, jadinya sama sama menanggung resiko. Itu Namanya win-win solution.
Pertayaannya adalah apakah selamanya akan selalu seperti ini?
(Bersambung).
Ikuti tulisan menarik Kang Nasir Rosyid lainnya di sini.