x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 21 Juni 2021 11:29 WIB

Calon Presiden Boleh Berganti, Relawan Terus Berkibar

Bagaimana masa depan relawan politik menjelang pemilihan presiden 2024? Tampaknya, relawan akan tetap ingin memainkan peran dalam pilpres nanti. Sebagian relawan sudah merapatkan barisan lebih dulu sekalipun belum jelas siapa saja yang akan maju ke gelanggang pilpres nanti.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Bagaimana masa depan relawan politik menjelang pemilihan presiden 2024? Tampaknya, relawan akan tetap ingin memainkan peran dalam pilpres nanti, terlebih lagi setelah banyak relawan Jokowi-Ma’ruf diangkat sebagai komisaris BUMN maupun posisi lain yang kelihatan mentereng di mata publik. Boleh jadi, jabatan komisaris jalur relawan menjadi salah satu daya tarik, khususnya bagi relawan dan pendukung yang memang ingin karirnya meroket dengan menumpang acara pilpres. Tapi, berapa banyak orang yang bisa ikut menikmati kemenangan calon yang mereka dukung?

Sebagian relawan boleh jadi bekerja dengan tulus karena percaya bahwa sosok yang ia dukung adalah yang terbaik untuk negeri ini. Mereka mungkin merasa terwakili oleh pikiran, gagasan, dan cita-cita capresnya. Relawan ini barangkali merasa punya harapan bahwa sosok yang mereka dukung akan mewujudkan kebaikan bagi masyarakat. Tapi, berapa banyak relawan yang bekerja sepenuhnya demi sebuah cita-cita mulia bagi masyarakatnya? Di zaman serba pragmatis dan permisif ini, berapa banyak yang idealis?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Gelanggang pilpres masih tiga tahun lagi, tapi kesibukan terkait acara itu sudah mulai terlihat. Di tingkat elite, acara kunjung-mengunjung antar elite sudah berjalan. Kunjungan ke daerah pun sudah mulai, bahkan diberitakan sudah ada yang pasang-pasang baliho walau tanpa embel-embel capres. Nah, carel alias calon relawan pun tidak mau kalah sigap, mereka sudah mulai beraksi.

Sebagian relawan sudah merapatkan barisan lebih dulu sekalipun belum jelas siapa saja yang akan maju ke gelanggang pilpres nanti. Misalnya, ada kelompok yang memproklamasikan Jok-Pro dengan harapan Jokowi dan Prabowo maju sebagai pasangan capres/cawapres. Beberapa kelompok relawan lainnya sudah terbentuk di sekeliling figur-figur yang kelihatannya berminat mencoba peruntungan tapi masih malu-malu memperjelas posisinya dalam konteks pilpres pada waktu ini. Figur-figur ini masih menunggu momen yang dianggap tepat karena perhitungan politik belum memungkinkan mereka beraksi sekarang. Meskipun begitu, sebagian relawan sudah ada yang memproklamasikan diri untuk mendukung figur tertentu. Misalnya, Ganjarist dan Sahabat Ganjar yang justru muncul setelah Gubernur Jateng itu ditegur habis oleh petinggi partai. 

Kebutuhan para capres/wapres akan sumberdaya manusia di luar kader partai yang mendukung kampanye mereka memang sangat besar. Para capres tak bisa hanya mengandalkan kader dan mesin partai untuk membangun jalan menuju kemenangan. Banyak kelompok masyarakat yang memberi dukungan pada capres, tetap relawan yang sejauh ini paling menarik perhatian mengingat sepak terjangnya yang bahkan tidak berhenti sekalipun pilpres usai.

Di samping relawan yang benar-benar tulus berjuang, ada pula relawan yang bekerja dengan berharap-harap cemas untuk bisa menjadi komisaris BUMN, sebab jalur semacam ini kelihatannya telah menjadi pola dan dianggap layak ditiru serta ditradisikan. Karena itu, banyak yang berminat membentuk kelompok relawan. Siapa tahu, kebagian jatah kursi entah komisaris perusahaan, staf ahli, atau penasihat apapun.

Ada pula relawan yang memiliki ambisi untuk masuk ke dalam lingkaran kekuasaan, sedekat mungkin apabila bisa. Ambisi ini berpotensi menimbulkan persoalan manakala relawan menggunakan beragam cara yang mungkin untuk menarik perhatian capres pemenang untuk memperbesar peluangnya ditarik ke dalam lingkaran kekuasaan. Relawan tipe ini memiliki napas relatif panjang walaupun dalam sepak terjangnya terlihat kurang sabar.

Sebagian relawan mungkin beranggapan bahwa jika capres yang mereka dukung gagal, maka selesai sudah urusannya. Mereka kembali ke hidup sehari-hari yang sebelumnya mereka jalani sebelum menjadi relawan. Tapi, relawan lainnya sudah mempunyai jurus cadangan tertentu apabila sosok jagoannya gagal, yaitu jurus pindah jalur alias lompat pagar. Mereka akan meninggalkan kelompok penduduk yang gagal dan berpindah ke kelompok pendukung yang capresnya muncul menjadi pemenang.

Langkah pindah jalur atau lompat pagar ini semakin dianggap lumrah oleh sebagian orang yang tidak peduli dengan nilai-nilai yang layak diperjuangkan. Tidak mengherankan bila ada relawan/pendukung yang semula habis-habisan mendukung calonnya kemudian beralih habis-habisan mendukung kompetitor calonnya yang ternyata menjadi pemenang. Bagi mereka ini, yang penting bisa dekat dengan kekuasaan—seberapa dekat juga relatif; setidaknya senanglah bila sesekali diundang ke Istana dan bisa memberi pernyataan yang dikutip jurnalis.

Bila kita perhatikan pilpres 2019 yang lalu, capres yang kalah ternyata bergabung dengan capres yang memenangkan pilpres. Bayangkan, itu capres, apa lagi relawan. Meskipun begitu, sangat mungkin ada relawan yang tidak akan bersedia lompat pagar—apapun tawarannya. Bagi relawan ini, ada nilai-nilai yang tetap layak diperjuangkan. Bagi relawan tipe ini, jabatan dalam kekuasaan hanyalah gengsi sementara yang tidak sepadan untuk ditukar dengan nilai-nilai yang diperjuangkan. Masihkah relawan tipe ini mengambil peran dalam pilpres 2024? >>

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler