
Kamis, 29 Juli 2021 18:02 WIB
Perubahan Iklim Saja Tidak Percaya apalagi Covid 19?
Mereka yang tak percaya perubahan iklim sebagaian besar adalah kelas menengah atas dengan pendidikan tinggi.
Dibaca : 256 kali
Masih saja ada orang yang tidak percaya dengan Covid 19, padahal korban sudah berjatuhan. Heran dengan fenomena itu? Jangan heran. Virus corona itu sangat-sangat kecil, tak terlihat dengan mata telanjang. Jangankan Covid 19, perubahan iklim yang akibatnya jelas-jelas terlihat di depan mata saja, banyak orang yang tak percaya kok.
Berita di berbagai media, baik online maupun televisi, mengabarkan adanya banjir bandang di Jerman dan Tiongkok. Padahal sebelumnya, badai panas juga terjadi di sebagian Amerika Serikat. Ada apa ini? Apakah ini tanda-tanda kiamat?
Kiamat. Ya, hanya Tuhan yang tahu kapan kiamat itu terjadi. Namun, bencana banjir bandang di Jerman dan Tiongkok dan badai panas di sebagian Amerika Serikat itu mungkin bukan tanda-tanda kiamat seperti yang ada di berbagai kitab suci agama. Bencana alam yang terjadi akhir-akhir ini adalah tanda-tanda bahwa perubahan iklim memang sudah terjadi.
Bencana ekologi akibat perubahan iklim jelas-jelas terlihat dengan mata telanjang. Masihkah ada orang yang tak percaya?
Jawabnya singkat ada. Mereka yang tak percaya dengan perubahan iklim itu bukan dari kalangan kelas menengah bawah dengan pendidikan rendah. Mereka yang tak percaya perubahan iklim sebagaian besar adalah kelas menengah atas dengan pendidikan tinggi. Tidak percaya?
Para pemilik dan mereka yang ada di jajaran pengambil keputusan perusahaan-perusahaan tambang fosil fuel misalnya, jelas bukan dari kelas menengah bawah. Mereka pun memiliki pendidikan yang tinggi. Sebagian mereka adalah para lulusan perguruan tinggi ternama. Di depan jurnalis atau di forum-forum diskusi mereka dengan lantang bicara, bahwa mereka percaya perubahan iklim. Mereka juga mendukung aksi kolektif untuk menurunkan gas rumah kaca penyebab perubahan iklim. Tapi mereka tatap bekerja untuk mengeruk energi kotor dari dalam bumi untuk kemudian emisinya mempercepat terjadinya perubahan iklim. Pendek kata, perubahan iklim hanya ada di mulut, bukan di hati dan pikiran.
Hanya mereka kah kelas menengah berpendidikan tinggi yang tidak percaya perubahan iklim?
Tidak. Bacalah laporan lembaga urgewald yang berbasis di Jerman menunjukkan sebanyak 6 (enam) bank nasional Indonesia tercatat masih memberi pinjaman ke perusahaan batu bara yang terdaftar pada Global Coal Exit List (GCEL) 2020, selama periode Oktober 2018 hingga Oktober 2020. Keenam bank nasional tersebut antara lain Bank Mandiri, BNI, BRI, BCA, BTN, dan Indonesia Eximbank.
Apakah para direksi dan komisaris bank tersebut dari kelas bawah dan berpendidikan rendah? Tidak. Mereka adalah orang-orang yang berpendidikan tinggi. Mereka pasti pernah mengetahui tentang perubahan iklim dan bahayanya. Tapi mereka tetap saja menggelontorkan pinjaman untuk mendanai proyek-proyek yang membahayakan keselamatan umat manusia karena ancaman perubahan iklim.
Ikuti tulisan menarik Cak Daus lainnya di sini.
Suka dengan apa yang Anda baca?
Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.
3 jam lalu

Pendidikan Islam Sangat Berpengaruh Terhadap Karakter Siswa
Dibaca : 84 kali
18 menit lalu

Trias Politika, antara Kedaulatan Rakyat dan Kedaulatan Tuhan
Dibaca : 49 kali
3 jam lalu

Dualisme Penerbitan Sertifikasi Wartawan antara Dewan Pers dengan LSP Pres Indonesia
Dibaca : 63 kali
2 hari lalu

Novela Seno Gumira Ajidarma: Suara Hati Seorang Pelacur
Dibaca : 2.130 kali
4 hari lalu

Apresiasi juga Dengki Iringi Kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia
Dibaca : 974 kali
4 hari lalu

Pendidikan Jarak Jauh Ketlisut dan Raib dari Draft RUU Sisdiknas?
Dibaca : 730 kali
1 hari lalu

Penguatan Profil Pelajar Pancasila melalui Projek dalam Kurikulum Merdeka
Dibaca : 479 kali
5 hari lalu

Beauty Privilege: Eksistensi Tergantung pada Penampakan Fisik atau Mentalnya?
Dibaca : 449 kali
Rabu, 29 Juni 2022 19:18 WIB
