Saya seorang guru purna bakti pada Yayasan BPK Penabur Jakarta yang memiliki minat dalam kegiatan olahraga, rekreasi, musik, politik dan membaca buku biografi, kepemimpinan, manajemen dan Kesehatan.

Kisah Petinju Terbesar Indonesia Sepanjang Masa, Chris “The Dragon” John

Rabu, 1 September 2021 10:36 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Chris John prnah menjadi pemegang sabuk Super World kelas bulu (57,1 kg) World Boxing Association (WBA) dengan rekor bertanding 48 kali menang, tiga kali draw dan hanya satu kali kalah. Dia adalah salah satu petinju professional Indonesia yang mengorbit lewat program siaran langsung dari stasiun TV Indosiar.

Legenda tinju Chris John menempati urutan pertama dalam daftar petinju terbesar Indonesia sepanjang masa. Hal itu berdasarkan pantauan penulis pada rating laman BoxRec, Kamis (26/8/2021). BoxRec merupakan web yang mendedikasikan khusus untuk mencatat pertarungan tinju professional dan amatir, baik petinju pria maupun wanita.

Petinju terbesar Indonesia Chris John mantan pemegang sabuk Super World kelas bulu (57,1 kg) World Boxing Association (WBA) dengan rekor bertanding 48 kali menang, tiga kali seri dan hanya satu kali kalah. Dia adalah salah satu petinju professional Indonesia yang mengorbit lewat program siaran langsung dari stasiun TV Indosiar.

Chris John, petinju dengan julukan The Dragon ternyata mampu mengoptimalkan ajang GTPI sebagai sarana meniti dan mengembangkan karier tinjunya walaupun dari latar belakang wu-shu. Ia meniti karier secara berjenjang, mulai dari partai eliminasi penentuan peringkat Nasional (1998), setahun kemudian (1999) menjadi juara nasional dengan memukul KO Muhammad Alfaridzi (Alm) di ronde ke-12. Lalu dua tahun kemudian (2001) menjadi juara Pan Asian Boxing Association (PABA) lewat kemenangan TKO di ronde ke-7 atas Soleh Sundava. Akhirnya dua tahun kemudian (2003) menjadi orang Indonesia pertama yang menjadi juara dunia versi (WBA) setelah mengalahkan Oscar Leon dari Colombia dengan angka.

Sampai akhir kariernya ia mampu 18 kali berhasil memperpanjang gelarnya sebagai juara dunia kelas bulu (WBA) dengan menaklukkan Osamu “The Hulk” Sato dari Jepang dengan angka mutlak. Deretan petinju lain yang ia kalahkan adalah  Jose “Cheo” Rojas dari Venezuela dengan technical draw, Derrick Gainer dari Amerika Serikat dengan angka mutlak. Lalu mengalahkan Tommy “Titans” Brown dari Australia dengan TKO di ronde ke-10, Juan Manuel Marquez dari Meksiko dengan angka mutlak, Renan Acosta dari Panama dengan angka mutlak, dan Jose “Cheo” Rojas dengan angka mutlak.

Chris John juga menghempaskan Zaiki Takemoto dari Jepang yang undur diri di ronde ke-9, Roinet Caballero dari Panama juga undur diri di ronde ke-7, Hiroyuki Enoki dari Jepang dengan angka mutlak. Ada juga Rocky Juarez dari Amerika Serikat yang ia taklukan dengan angka mutlak dan sekali draw. 

Petinju lain yang ia kalahkan adalah  Fernando David Saucedo dari Argentina dengan angka mutlak, rekan senegaranya Daud “Cino” Yordan dengan angka mutlak, Stas Merdov dari Ukraina dengan angka mutlak, Shoji Kimura dari Jepang dengan angka mutlak, Suria Tatakhun dari Thailand dengan angka mutlak, dan terakhir Satoshi Hosono dengan technical draw.

Setelah kemenangannya atas Fernando David Saucedo, kian menambah gemerlap rekor kemenangannya saat itu menjadi 44 kali menang (22 dengan KO) tanpa kalah, dengan dua kali draw. 

Sudah sepatutnya dia mendapat acungan jempol. Dengan reputasi yang hebat, ternyata tarif bertarung salah satu petinju papan atas dunia tersebut baru berkisar ratusan ribu dolar AS. Bayaran Chris John kala bertarung melawan Marquez hanya 90 ribu dolar AS (Rp 900 juta). Bayaran tersebut lebih rendah dibandingkan saat melayani Osamu Sato di Tokyo sebesar 125.000 dolar AS (Rp 1,25 milyard).

Adapun bayaran tertinggi ia peroleh 200 ribu dolar AS (Rp 2 milyard) dari pertarungannya antara lain melawan Rojas, Juarez dan pertandingannya melawan Saucedo yang merupakan bayaran tertinggi untuk petinju Indonesia sampai saat ini.

Setelah menjinakkan penantang peringkat 15 (WBA) tersebut, mungkinkah atlet kelahiran Banjarnegara, 14 September 1979 tersebut dapat menaikkan nilai jual kepalannya?

Momentum Kesuksesan Marquez

Dari sederet nama penantang yang sudah ditaklukkan Chris John, Juan Manuel Marquez adalah petinju yang memiliki reputasi terbaik. Kemenangan petinju Juan Manuel Marquez atas petinju sesama Meksiko, Marco Antonio Barrera yang merupakan salah satu anggota trio maut legendaries di kelas bulu, dalam perang Meksiko memperebutkan gelar juara kelas bulu super (WBC) yang dilangsungkan di Kasino MGM Grand, Las Vegas 17 maret 2007, adalah kemenangan yang menghasilkan momentum bagi Marquez untuk tergabung melengkapi jajaran bintang tinju dunia dengan bayaran jutaan dolar.

Ia adalah pemegang gelar Super World Champion kelas ringan (WBA), juara kelas ringan (WBO), yang juga mantan juara dunia kelas bulu (IBF & WBA) dan kelas bulu super (WBC). Juan Manuel Marquez, petinju yang pernah ditumbangkan Chris John dengan angka mutlak di Tenggarong, Kaltim, sudah menjadi juara dunia di tiga kelas berbeda (bulu, bulu super dan ringan). Dengan reputasinya mengalahkan beberapa petinju yang sangat populer seperti Marco Antonio Barera di kelas bulu super dan Juan Diaz di kelas ringan, bertarung keras selama 12 ronde yang akhirnya berakhir seri melawan petinju maut Manny Pacquiao, dan hanya kalah angka dari petinju terbaik dunia Floyd Mayweather Jr mampu menaikkan bayarannya menuju level jutaan dolar AS.

Meningkatnya reputasi Marquez, sudah barang tentu berdampak positif pada peningkatan reputasi Chris John, sebagai petinju hebat, karena reputasinya mengalahkan Marquez. Dengan reputasi tersebut, Chris John pemegang gelar Super World Champion di kelas bulu (WBA) pada saat itu dapat memilih alternatif untuk memberikan tawaran rematch terhadap Marquez sekaligus memperebutkan gelar Super World Champion kelas ringan (WBA).

 

Kesempatan Chris John

Setelah dua belas tahun bertahan di kelas bulu dengan reputasi terbaik di kelasnya baik versi BoxRec maupun Fightnews, saatnya bagi Chris John menghadapi tantangan baru, prestasi besar dan bayaran besar. Naik ke kelas yang lebih tinggi dengan menambah berat badannya beberapa kilo gram  agar in di kelas yang lebih tinggi, mengejar dan segera bentrok dengan para bintang tinju dunia selain Marquez seperti Mzonke Fana Juara kelas bulu super (IBF) dari Afrika Selatan yang pernah menghadapi petinju legendaris di kelas bulu Marco Antonio Barrera, Humberto Soto Juara kelas ringan (WBC) yang juga mantan juara kelas bulu dan bulu super (WBC) dari Meksiko, Amir Khan Juara kelas welter ringan (WBA) dari Inggris yang pernah mengalahkan Barrera untuk meraih kesempatan bertarung dengan bayaran jutaan dolar AS.

Jika Chris John dapat kesempatan bertarung melawan Marquez atau salah satu dari bintang tinju dunia lainnya, bayarannya akan terkatrol minimal 500.000 dolar AS (Rp 5 milyard). Jika itu terjadi, mungkin akan menjadi rekor bayaran tertinggi petinju Indonesia sepanjang masa yang sulit dipecahkan, kecuali oleh Chris John sendiri jika ia mampu mengalahkan salah satu dari bintang tinju dunia tersebut.

Baku hantam bergengsi tinggi itu bisa digelar apabila ada kemauan dan usaha keras dari tim manajemen Chris John, mengingat para bintang tinju dunia tersebut dari kelas yang berbeda, badan tinju yang berbeda dan sudah punya agenda pertarungan sendiri-sendiri. Salah satunya kesempatan melawan Humberto Soto yang menyandang gelar juara dunia kelas ringan (WBC) dengan rekor bertanding 54 kali menang (32 KO), 7 kali kalah dengan 2 kali seri, yang paling sulit, karena ia sudah punya agenda pertarungan menghadapi penantang ranking 6 versi (WBC) asal Meksiko, Urbano Antillon, yang digelar pada tanggal 7 Mei 2011 di MGM Grand, Las Vegas, Nevada, Amerika Serikat.

Kemudian kesempatan melawan Mzonke Fana juara dunia kelas bulu super (IBF) yang memiliki rekor bertanding 30 kali menang (12 KO) dengan 4 kali kalah, cukup sulit, karena perlu ada pendekatan dengan IBF. Sedangkan melawan Amir Khan juara dunia kelas welter ringan (WBA) yang mendapat julukan “King Khan” dengan rekor bertanding 24 kali menang (17 KO) dengan 1 kali kalah itu cukup sulit juga, karena Chris John harus menaikan berat badannya tiga kelas lebih tinggi.

Jadi kesempatan terbesar adalah melawan Juan Manuel Marquez dari Meksiko dengan rekor bertanding 52 kali menang (38 KO) 5 kali kalah dan 1 kali draw, karena mereka punya status yang sama, yaitu pemegang gelar Super World pada badan tinju yang sama (WBA) jadi akan lebih mudah diatur walaupun di kelas yang berbeda. Mereka juga pernah saling berhadapan yang dimenangkan oleh Chris John sehingga Marquez mendapat kesempatan pula untuk membalas kekalahannya.

Sekali lagi ini adalah kesempatan terbesar bagi Chris John untuk menghadapi tantangan baru, prestasi besar dan bayaran besar dengan peluang keberhasilan fifty-fifty. Jika ia memilih tetap bertahan di kelas bulu, ia wajib menghadapi Yuriorkis Gamboa dari Panama si juara dunia kelas bulu (IBF) sekaligus juga berstatus pemegang gelar Super World kelas bulu (WBA) sama dengan Chris John, yang memiliki rekor 19 kali menang (15 KO) dengan peluang keberhasilan kurang lebih sama fifty-fifty juga. Sedangkan untuk jumlah bayaran, tergantung hasil lelang dengan pembagian 55 % untuk Chris John dan 45 % untuk Gamboa.

Akan tetapi semua itu tidak pernah terjadi. Chris John tetap bertahan di kelas bulu dengan gelar WBA Super World dan berhasil mempertahankan gelarnya lima kali lagi sampai akhirnya secara diluar dugaan pada tanggal 6 Desember 2013 harus kehilangan gelarnya di tangan Simpiwe Vetyeka dari Afrika Selatan. Kekalahan dari Simpiwe dalam pertandingan mempertahankan gelarnya yang ke 19 yang diselenggarakan di Metro City, Northbridge, Australia adalah kekalahan pertama sepanjang 15 tahun karier bertunjunya dan membuatnya mengundurkan diri.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Raiders Marpaung

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler