x

Iklan

sangpemikir

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 6 Oktober 2021

Sabtu, 30 Oktober 2021 12:22 WIB

Ilmu Mantiq dan Tabayyun Sebagai Senjata di Era Informasi

Membentuk dan menyaring kemampuan filtrasi informasi di era post truth dan hyper reality.Kutipan itu tertera pada sebuah gambar yang beredar di internet dengan foto Anita Wahid di sampingnya, dan bersumber dari Kantor Berita Antara. Selain itu, kutipan tersebut juga sebuah topik di acara Kegiatan Awal Mahasiswa Baru UI tahun akademik 2021/2022, dan Anita Wahid tampil sebagai pembicara pada sesi Masterclass: Critical Thinking.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Membentuk dan menyaring kemampuan filtrasi informasi di era post truth dan hyper reality. Kutipan itu tertera pada sebuah gambar yang beredar di internet dengan foto Anita Wahid di sampingnya, dan bersumber dari Kantor Berita Antara. Selain itu, kutipan tersebut juga sebuah topik di acara Kegiatan Awal Mahasiswa Baru UI tahun akademik 2021/2022, dan Anita Wahid tampil sebagai pembicara pada sesi Masterclass: Critical Thinking. 

Kita tahu, putri Gus Dur nomor tiga itu, kini sosok penggerak Gusdurian, gerakan nonpolitik praktis yang berpondasi pada sikap Gus Dur pada masa lampau. Setelah usai dengan pendidikannya, yaitu Master of Arts dalam development management di Ruht Universitaet-Bochum, Jerman, dia kini menjabat sebagai Deputy Director Virtue Research Institute, Supervisory Board Abdurrahman Wahid Center for Peace and Humanity Universitas Indonesia. Namun di acara tersebut, dia berdiri sebagai Ketua Ikatan Alumni Universitas Indonesia. Karena pada 2002, dia juga memiliki gelar studi sarjana Hubungan Internasional, FISIP UI.

Anita Wahid mengatakan pada acara tersebut, bahwa dengan matinya nalar, maka proses berpikir kita akan rusak dan sulit mengambil keputusan yang objektif. Saat itu dia berbicara mengenai bahaya hoaks, yang bukan hanya karena kesalahan informasi, melainkan juga sengaja dibuat untuk mempermainkan emosi seseorang agar menimbulkan kecemasan berlebihan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Yang menarik yang akan tertulis pada artikel ini bukan mengenai hoaks, melainkan sadar atau tidak, kita hidup di zaman yang dibanjiri informasi. Terlepas penting atau tidak, kabar-kabar begitu saja membanjir tanpa kita tahu asal muasalnya. Sebut saja lewat TV dan media sosial. Bahkan kalaupun kita menolak kedua itu, informasi-informasi tetap datang di tempat-tempat yang semestinya menjadi wilayah privat, katakanlah Whatsapp dan email.

Dulu di masa Orde Baru, informasi terhambat karena ada pihak-pihak yang mengekangnya. Tapi sekarang, semuanya seolah-olah terbolak-balik. Kita tenggelam di dalam lautan informasi yang seolah-olah hanya dapat dinikmati secara sekilas-sekilas.

Katakanlah kamu tak punya HP, informasi tetap akan menyerang lewat orang-orang di sekitarmu. Mereka bertukar kabar dengan dasar, bila meminjam istilah Bapak Quraish Shihab, "Katanya dan katanya."

Maka dari itu, kita perlu alat untuk menguji, dan menyeleksi kelayakan informasi tersebut, yang sering kali menyerang tanpa memberikan sejenak waktu untuk kita bersiap-siap.

Alat termudah dan termurah, kita mengenalnya sebagai ilmu logika. Tapi sayang sekali, alat ini tidak dikenalkan secara serius di sekolah-sekolah. Bahkan barangkali, guru-gurunya pun tak akrab dengan ilmu tersebut. Tapi di tempat lain, yaitu pesantren, ilmu logika menjadi pengajaran di kalangan santri. Oleh sebab itu, bersyukurlah bila kamu seorang santri.

Yang perlu diketahui, para santri tidak menyebutnya sebagai ilmu logika, melainkan ilmu mantiq. Mantiq adalah bahasa arab, berasal dari akar kata nathaqa, yang artinya, berpikir. Sedangkan orang yang berpikir disebut nathiqun, dan objek yang dipikirkan disebut manthuqun. Dan alat berpikirnya disebut manthiqun.

Dengan menguasai ilmu mantiq, kita dapat menghemat waktu dan energi. Sebab apa pun informasinya, dapat kita gugurkan secara langsung bila terdeteksi mengandung sesat pikir. Dengan begitu, tak perlu lagi menggunjingkan informasi tersebut lama-lama. Apa perlunya menggunjingkan  informasi yang menyesatkan?

Perkara informasi, sebenarnya ada dua poin yang mesti digaris bawahi. Yang pertama, pembawa informasi tersebut, atau biasa disebut sumber informasi. Yang berikutnya yaitu, isi informasi tersebut.

Dalam ajaran Islam yang juga diajarkan di pesantren, ada sebuah tradisi yang disebut tabayyun, yang artinya, mencari kejelasan hingga terang dan benar. Tabayyun juga dapat dipakai sebagai alat agar akal seseorang tetap waras dalam menghadapi era informasi hari ini.

Dalam QS Al Hujarat ayat 6, dianjurkan bahwa, pembawa kabar atau informasi yang patut di-tabayyun ialah orang-orang fasiq; orang yang kesehariannya kerap melanggar aturan agama; melakukan tindakan keliru yang berujung pada dosa, dan pelanggar budaya positif masyarakat.

Tapi meskipun demikian, tabayyun sebaiknya tetap dilakukan bila informasi terkait menyangkut kemaslahatan khalayak. Artinya, meskipun keluar dari mulut-mulut orang baik, informasi tetap harus diuji. Sebab boleh jadi informasi tersebut mengalami pengikisan karena prosesnya yang panjang dari satu tangan ke tangan yang lain. Selain itu juga untuk mengantisipasi kalau pembawanya ialah seorang pelupa. Ini biasa terjadi bila pembawa informasi itu orang-orang berusia senja.

Di lain hal, tabayyun semestinya cuma berlaku pada informasi yang sekiranya penting. Karena saking banyaknya informasi, kemungkinan seseorang akan lelah bila semua mesti dicari kebenarannya. Terlebih, untuk apa juga mencari kebenaran informasi yang tidak penting; yang tiada manfaat bagi diri sendiri maupun orang banyak.

Tapi yang jadi soal, tabayyun hanya berfungsi bila seseorang bermental berani mengakui kalau dirinya bodoh atau tidak tahu. Sedangkan menjadi bodoh itu memalukan, dan anggapan itu membuat orang tergesa-gesa menarik kesimpulan pada suatu informasi.

Padahal perlu diketahui, bahwa setiap orang hanya pintar di satu atau dua hal, dan bodoh di lain hal. Dengan menyadari itu, sebenarnya tak perlu malu dengan kebodohan kita dan mau sering-sering bertanya. Hanya dengan begitu tabayyun dapat difungsikan, dan kita tidak torambang-ambing di era sekarang ini.

Ikuti tulisan menarik sangpemikir lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB