x

Iklan

sangpemikir

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 6 Oktober 2021

Sabtu, 6 November 2021 13:03 WIB

CNN Heroes 2021: Yuk, Ikut Dorong I Made Yasa Raih Penghargaan CNN

I Made Janur Yasa bukan pesohor. Namun, memasuki November 2021 ini namanya viral di media sosial. Sebuah akun twitter twitter bernama @rebornblessing mengunggah foto Made Janur Yasa, disertai ajakan untuk memberikan votes, agar dia terplih menjadi pemenang di ajang Top 10 CNN Heroes 2021. Made Janus Yasa ialah salah satu dan satu satunya warga Indonesia, yang masuk ke deretan Top 10 nominees CNN Heroes tahun ini.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pendukung Made, pria asal Tabanan, Bali, ini semakin banyak. Bagi mereka, kemenangan I Made Janur Yasa itu penting. Bukan saja akan mengharumkan nama Indonesia, dengan insiatif gerakan sosial warganya yang kreatif. Lebih dari itu, kemenangannya diharapkan bisa menjadi modal bagi gerakannya memerangi sampah plastik untuk terus bergulir, bahkan meluas ke daerah lain.

Predikat nominee itu diperoleh I Made Janur Yasa atas perannya dalam ‘’aksi tukar plastik dengan beras”.  Dengan tajuk plastic exchange, ia bergerak bersama dengan komunitas  peduli lingkungan yang ada di Tabanan. Gerakan in tidak semudah yang diucapkan. Mengajak masyarakat mengurusi sampah tentu tidak mudah. Bagi sebagian mereka sampah adalah urusan pemulung.

Namun, pandemi  Covid-19 memberinya momentum. Dunia pariwisata Bali menghadapi kesulitan besar karena arus  kedatangan turis, baik asing maupun domestik, merosot ke titik nadir. Ratusan ribu warga Bali kehilangan pekerjaan, dan sebagian mereka pun kembali ke desanya. Menganggur. Made Janur Yasa juga terpukul. Restoran vegannya pun sepi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Saya harus berpikir, di dalam tantangan ada peluang," katanya ketika diwawancara CNN di akhir Oktober 2021. Sekitar Mei 2020, ia pun memulai  program dimana penduduk desa setempat bisa menukarkan sampah plastik dengan beras melalui sistem barter. Made Yasa menjalankan aksinya  itu sebagai  aktivitas nirlaba.

Namun, sebelumnya ia harus sibuk mengedukasi kesana-kemari, bahwa ancaman bagi pariwisata Bali bukan hanya pandemi. Sampah yang tak terurus juga menjauhkan wisatawan. Membereskan sampah dan memanfaatkan plastik untuk daur ulang adalah bagian dari melestarikan Bali sebagai destinasi wisata dunia. Masyarakat mulai tergerak. Aksi menukar sampah dengan beras pun bisa digulirkan dari kampung kelahirannya Desa Batuaji, Kecamatan Kerambitan, Tabanan.

Rupanya, gerakan itu cepat meluas. Dalam setahun, ada 250 desa yang mengikuti gerakan Plastic Exchange itu. Sekali sebulan Kepala Banjar mengundang warganya ke Banjar Adat, semacam Balai RW, menampung plastik warga dan sekaligus membarternya dengan beras. Banjar (dusun) bersih dan warga pun senang.

Guliran Plastic Exchange

Bali adalah destinasi pariwisata kelas dunia, dengan begitu banyak destinasi wisatanya. Pelancong merasa dimanjakan begitu masuk Pulau Bali. Ada pesona alam pantai, laut, gunung, sungai, sawah, dan utamanya adalah pesona budayanya yang khas. Pesona budaya yang menempel pada taman-taman hotel dan resort, warung, restauran cafe, hingga ke lobi-lobi hotel.

Belum lagi, yang mau shopping ada terhampar mal-mal, art shop, art gallery, dan seterusnya. Bagi yang mau wisata kuliner, segala masakan tersedia, dengan harga yang fleksibel, dan mudah dicari.  Bali adalah paket komplit. Pada tahun 2019, dari 16,1 juta wisatawan asing yang ke Indonesia, 6,3 juta di antaranya dengan destinasi Bali. Di Pulau Bali sendiri, porsi turin asing 40 persen, dan yang  60 persen lainnya adalah turis domestik.

Salah satu dampak membeludaknya industri pariwisata itu ialah lonjakan sampah. Gubernur Bali I Wayan Koster menyebutkan, dalam kondisi pariwisata normal, luapan sampah Bali bisa  mencapai 4.280 ton  perhari, baik dari sampah rumah tangga, sampah perdagangan hingga ke industri wisata.

Dari jumlah itu, ada 829 ton sampah plastik per harinya, mulai dari  kantung plastik, bekas bungkus kopi sasetan, dan yang terbanyak adalah botol plastik. Secara keseluruhan, baru 48 persen sampah yang bisa dikelola sampai ke tempat pembuangan akhir. Sisanya menumpuk di tempat-tempat yang tidak seharusnya. Di tengah situasi pandemi, sampah semakin kurang terurus.

Di tengah krisis itu, bergulirlah inisiasi Plastic Exchange. Made Janur Yasa menginisiasinya dari dusun kelahirannya di Banjar Jangkahan, Desa Batuaji, Tabahan. Ternyata aksi ini mendapat sambutan dari masyarakat. Mula-mula mereka menukarkan plastik yang ada di sekitar rumah, dan umumnya dalam bentuk botol PET ( Polyethylene Terephthalate), plastik serba guna.

Dalam perjalanannya, seraya membersihkan lingkungan  sekitar rumah masing-masing, mereka pun memunguti plastik yang bisa didaur ulang, dan mengumpulkan sampah lain di tempat pembuangan sementara. Lebih jauh lagi, rombongan pemuda terjun ke parit, sungai-sungai, bahkan pantai, guna membersihkan lingkungan dan mendaur ulang plastik.

Aksi di Desa Batuaji itu cepat meluas ke sejumlah desa lainnya. Ratusan ton plastik dikirim ke Made Janur Yasa. Oleh kelompoknya, plastik itu dicacah dan kemudian dijual ke pabrik pengolahan plastik daur ulang di Surabaya, karena di Bali tak ada. Hasilnya, dibelikan beras ke petani padi di desa-desa tempat asal plastik dikumpulkan. Berasnya dibagi pada warga sesuai jumlah yang dikumpulkan oleh masing-masing. Ekonomi berputar.

Bukan saja warga mendapat manfaat dari nilai plastik daur ulang, lebih dari itu lingkungan menjadi lebih bersih. Program Plastic Exchange itu bisa mempersatukan pemuda  ke dalam satu komunitas yang  menamakan diri mereka Banjars. Pertukaran dilakukan sekali sebulan, secara cash and carry agar manfaatnya dirasakan langsung.  Plastic exchange lebih menarik katimbang model bank-bank sampah yang nilai manfaatnya tak langsung bisa  dirasakan.

Tri Hita Kirana

I Made Janus Yasa menuturkan, yang membuatnya terus  bersemangat adalah antusiasme warga untuk berpartisipasi. Ia kerap melihat anak-anak remaja yang datang dengan ceria, para orangtua sepuh, dan anak-anak kecil yang datang bersama ibu mereka. Semula, diakui Yasa, para penduduk  begitu tertekan oleh pandemi yang membuat ekonomi keluarga babak belur. Inisiasinya memberi mereka harapan.

Menurut Yasa, budaya Bali yang mementingkan koneksi manusia dengan alam dan koneksi antara sesama manusia juga membantu Plastic Exchange itu lebih mudah dijalankan. Memungut sampah plastik, dalam konteks budaya Bali, adalah bagian dari menjaga hubungan manusia dengan alam.

Seperti umumnya warga Bali, Made Janur Yasa memegang teguh ajaran Tri Hita Karana, yakni tiga jalan menuju kebahagiaan. Tri Hita Kirana, menurut atlet beladiri Aikido itu, adalah falsafah hidup Hindu Bali yang terdiri dari tiga urusan. Parahyangan: hubungan seimbang manusia dengan Tuhan; Pawongan: hubungan harmonis manusia dengan manusia lainnya; dan Palemahan: hubungan baik, harmonis dan saling menjaga antara manusia dengan lingkungan fisik di sekitarnya.

Gerakannya Plastic Excgane pun dinarasikan sejalan dengan falsafah TriHita Kirana. Membersihkan lingkungan banjar dari sampah plastik adalah kearifan lokal. Warga tak ragu mendukungnya.

Gerakan Plastic Exchange itu rupanya terendus oleh tim seleksi CNN Heroes seri ke-15 tahun 2021. Made Yasa pun  lolos dari tahap penyisihan berlapis hinga ia masuk ke jajaran 10 nominee. Dari 10 orang itu, tujuh dari Amerika Serikat dan hanya tiga orang dari luar AS, termasuk Made Janur Yasa.

Pemilihan penghargaan CNN Hero 2021 dilakukan dengan sistem voting secara global. Semua boleh ikut ambil bagian. Deadline votingnya tanggal 7 Desember, dan penobatannya akan dilakukan pada tanggal 12 Desember 2021. Mungkin Anda juga perlu berpartisipasi mendukung I Made Janur Yasa dengan aksi Plastic Exchange-nya melalui https://edition.cnn.com/SPECIALS/cnn.heroes/vote/10/.

Ikuti tulisan menarik sangpemikir lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler