x

Iklan

sangpemikir

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 6 Oktober 2021

Rabu, 10 November 2021 13:12 WIB

Trio Aruna Indonesia : Menjawab Harapan Nelayan

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan memiliki sekitar 17.500 pulau. Luas wilayah daratan itu sebesar 1,91 juta km2, sedangkan luas wilayah perairan mencapai 6,32 juta km2.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Indonesia juga menjadi negara terbesar di Asia Tenggara dengan total luas wilayah sebesar 5.180.083 km2 yang mencakup daratan dan lautan. Diantara luas tersebut, 2/3 kawasan Indonesia merupakan lautan dan 1/3 wilayahnya merupakan daratan. Tak pelak Indonesia memiliki potensi kekayaan sumber daya laut yang luar biasa. Sebagai negeri bahari, wajar jika Indonesia dikenal sebagai negara penghasil ikan terbesar di dunia.

Namun demikian, masyarakat Indonesia justru cenderung lebih memilih untuk mengonsumsi daging daripada ikan. Bila tingkat konsumsi ikan masyarakat Indonesia lebih tinggi tentu peringkat ketahanan pangan Indonesia akan lebih baik. Apalagi ikan merupakan alternatif sumber protein terbaik yang memiliki omega-3 yang tidak bisa diproduksi tubuh manusia.

Tapi data dari Global Global Food Security Index 2019 menyebutkan, Indonesia berada di peringkat 62, kalah dari Malaysia yang berada di peringkat 28. Peringkat ini antara lain menggambarkan baik tidaknya ketahanan pangan satu negara.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mengapa masyarakat negara bahari seperti Indonesia, konsumsi ikannya rendah?

Bila dirunut jawabannya, pasti banyak faktor. Beberapa di antaranya adalah infrastruktur perikanan yang masih sangat sulit mewujudkan jalur distribusi yang ideal yang tidak mengorbankan kualitas ikan. Di sisi lain, ikan segar berkualitas umumnya memiliki harga tinggi karena memerlukan perawatan khusus dalam distribusinya.

Melihat problem dan potensi tersebut, tiga anak bangsa Utari Octavianty, Farid Naufal Aslam, dan Indraka Fadhlillah tergerak hatinya melakukan perubahan demi membangun pangan nusantara, menyelesaikan masalah nelayan di Indonesia dan mengoptimalisasi sumberdaya maritim secara keberlanjutan.

Idenya awalnya sederhana, masyarakat memperoleh ikan segar langsung dari nelayan dan memotong para ijon dan tengkulak. Adalah Utari yang terlahir dari keluarga nelayan di Kampung Baru, Balikpapan, mengajak Farid dan Indraka untuk mengembangkan aplikasi untuk para nelayan. Kebetulan ketiganya jebolan Telkom University Bandung.

 

Tantangan Membangun Ide Sederhana

Sebelumnya, diantara mereka memang ada yang pernah punya bisnis startup, bisnis konveksi, maupun bisnis dengan keluarga di rumah masing-masing. Latar belakang mereka yang cukup familiar dengan kegiatan kewirausahaan, etos kerja yang tinggi, kemandirian dan semangat kerja sama yang kuat, membuat mereka lebih yakin dan maju terus menawarkan solusi.

“Kami bertiga merupakan teman satu universitas di Kota Bandung dan kebetulan memiliki perhatian dan kekhawatiran yang sama terkait industri perikanan di Indonesia. Kami melihat bahwa Indonesia memiliki potensi kemaritiman yang sangat besar. Jelas 70% luas negara ini merupakan lautan. Tetapi kami kebingungan karena di kota-kota yang jauh dari pesisir, seperti Bandung, masih sulit untuk mengonsumsi seafood segar,” tutur Utari.

Dengan semangat gotong royong, ketiganya akhirnya sepakat menawarkan solusi dengan membuat perusahaan rintisan (startup) teknologi perikanan pada 2016 silam. Bernama Aruna Indonesia, startup ini membangun sebuah ekosistem perikanan dari hulu ke hilir dengan bantuan teknologi.

“Kami memutuskan untuk merintis startup di bidang perikanan karena dua dari tiga founder Aruna berasal dari daerah pesisir. Saya dari pesisir Balikpapan, Kalimantan Timur, sedangkan Indraka berasal dari daerah Indramayu-Karawang, Jawa Barat. Karena kami berasal dari pesisir dan belajar tentang teknologi ketika kuliah, kami jadi berpikir bagaimana memecahkan masalah di industri ini. Akhirnya, pada saat itu muncul ide untuk menghubungkan kelompok nelayan untuk mendapatkan pembeli serta akses pasar yang lebih baik, sehingga pendapatan para nelayan meningkat dan kehidupan mereka dapat menjadi lebih sejahtera,” lanjutnya.

Siapa sangka, ide sederhananya itu kini memiliki dampak luar biasa bagi para nelayan yang tergabung dalam startup ciptaannya mereka. Lewat ekosistem inilah Aruna bisa meningkatkan permintaan pasar seafood, yang berimbas pada kenaikan harga jual di level nelayan sehingga meningkatkan pendapatan mereka.

Tentu bukan perkara gampang merintis startup yang inovatif ini. Sewaktu mendirikan Aruna, mereka mengumpulkan modal dari hadiah hasil ikut lomba-lomba dan kompetisi, sehingga jumlahnya pun terbatas. “Sudah dari kompetisi, kami pernah kena tipu pula,” celetuk Utari.

Saat itu mereka berpikir, jika hanya terpaku dengan modal, tentu tidak akan punya alasan lagi untuk melanjutkan upaya ini. Namun, saat itu mereka tetap yakin kalau capaian ini harus tetap dilanjutkan.

Mentalitas yang kuat dan kecintaan terhadap lingkungan nelayan terus membuat mereka maju. “Kami berpikir, kalau bukan kami yang mengembangkan, siapa lagi yang mau merealisasikan?” ujarnya.

Karenanya, sementara waktu mereka turun ke lapangan dan mengobrol dengan para nelayan, menampung harapan nelayan yang sudah banyak dititipkan kepada mereka. “Akhirnya kami memutuskan untuk bootstrapping, semua dikerjakan demi mengumpulkan modal supaya transaksi bisnis bagi nelayan bisa terus berjalan,” tambah Utari.

Langkah berani pun dilakukan mereka dengan membangun bisnis tanpa menarik investasi dari pihak manapun dan hanya memanfaatkan modal eksternal sekecil mungkin.

 

Menjaring Nelayan, Menangkap Harapan

Ketika mulai berjalan, tantangan selanjutnya adalah mendapatkan kepercayaan orang lain. Saat itu mereka memulai usaha ini di usia yang cukup muda dan belum lulus kuliah. Tidak mudah bagi mereka meyakinkan ke pihak-pihak lain, terutama para nelayan, untuk mau bergabung menjadi stakeholder Aruna.

Kedua, akses jejaring yang masih minim, tidak adanya modal, serta harus turun ke lapangan mempromosikan Aruna juga menjadi hal yang menantang ketika itu. “Kami memang sudah memprediksi bahwa akan terjadi masalah-masalah seperti itu, tapi kami tetap coba jalani terlebih dahulu,” ungkap Utari, tak mau menyerah.

Selain itu, dalam bisnis ini, lebih sulit mengumpulkan dan mengedukasi nelayan untuk mau menjadi mitra Aruna daripada mencari calon konsumen. Karena para nelayan ini tersebar di berbagai pulau, pesisir, dan banyak yang berada di daerah 3T (Terluar, Tertinggal, Terdepan) yang infrastrukturnya saja masih minim.

Sehingga jumlah nelayan yang mengerti teknologi pun masih sedikit jumlahnya. Untuk hal ini, mereka menggunakan skema local heroes di beberapa daerah. Local heroes ini merupakan anak muda pesisir, anak nelayan, atau anak muda yang tidak ingin bekerja di kota dan mau kembali ke desanya untuk berkontribusi.

Aplikasi Aruna pun dititipkan kepada mereka untuk mengumpulkan data nelayan, mensosialisasikan perihal sustainable fishing, quality control, sekaligus menjadi group manager dari para nelayan di daerah itu.

Kini hasilnya mulai terlihat. Per tahun ini, Aruna sudah berhasil menghimpun lebih dari 15.000 nelayan dalam 30 komunitas nelayan dari Sabang hingga Merauke. Kini Aruna juga makin aktif mengekspor hasil tangkapan nelayan ini ke banyak negara, mulai dari wilayah Amerika Utara, Cina, Asia Timur, Timur Tengah, dan lain-lain.

"Setiap kampung nelayan yang terafiliasi dengan Aruna dapat meraup omzet Rp 300-700 juta per bulan. Bersama Aruna, taraf hidup nelayan meningkat drastis, dari yang memiliki pendapatan sekitar Rp 1 juta per bulan, kini minimal Rp 3 juta dengan 70 persen produk berorientasi ekspor," ujar Utari yang kini berposisi sebagai General Director dan Co-Founder Aruna.

 

Melesat Saat Pandemi

Selain membantu meningkatkan kesejahteraan nelayan, Aruna juga kemudian berhasil melakukan kemitraan dengan bank untuk membantu akses pemodalan dan asuransi yang menunjang produktivitas nelayan saat melaut. Program-program menarik lainnya juga dijalankan Aruna untuk para nelayan, seperti insentif peralatan rumah tangga jika bisa mencapai target tertentu, pembagian sembako, hingga capacity building.

"Sekalipun Aruna adalah perusahaan teknologi, fokus utama kami adalah memenuhi kebutuhan manusia dulu. Bagi kami, teknologi itu bukan untuk menggantikan peran manusia, tapi untuk membantu agar SDM yang ada bisa berpikir lebih strategis. Aruna menciptakan teknologi yang membantu para putra daerah menjadi agen perubahan yang lebih efektif dan efisien di desa masing-masing," kata Utari.

Hebatnya, meski memasuki masa pandemi Covid-19 yang berdampak pada resesi ekonomi di Tanah Air, penjualan ikan Aruna justru meningkat sekitar 20 persen dibandingkan sebelum pandemi.

Di tahun itu pula Aruna berani masuk ke pasar ritel dengan merek Seafood By Aruna. Produk-produk ikan segar Aruna ini bisa dibeli di marketplace seperti Tokopedia, Shopee, Nalayan, dan Sayurbox.

Pencapaian besar ini tak membuat etos kerja mereka menjadi kendor. Aruna bahkan membuka lapangan kerja tambahan di desa-desa pesisir. Para putra daerah yang kompeten di bidang teknologi terus direkrut menjadi local heroes. Mereka juga dilatih menjadi tim khusus yang membantu digitalisasi data perikanan para nelayan.

Selain itu, Aruna juga memperkerjakan para istri nelayan untuk bekerja sebagai pengolah hasil tangkapan di desa mereka. Tugasnya membantu mengupas, membersihkan dan menimbang hasil tangkapan sehingga dapat memiliki pendapatan tambahan hingga Rp 6 juta per bulannya.

Pada Agustus lalu, Aruna mendapat suntikan modal senilai US$ 5,5 juta dari para investor, yakni East Ventures, AC Ventures, dan SMDV (Sinar Mas Group). Bukan untuk meraup keuntungan sendiri, dana segar itu judtru digunakan untuk mendukung rencana Aruna memperkuat basis komunitas mitra nelayan dan perusahaan dengan memperluas jangkauan operasional ke lebih banyak daerah pesisir. Selain untuk meningkatkan produktivitas nelayan lewat pelatihan dan edukasi tentang kualitas dan standardisasi produk.

Aruna memanfaatkan teknologi dengan menggunakan internet, aplikasi seluler, dan pendekatan data yang lebih baik untuk membantu perdagangan perikananan lebih efisien. Cara ini memperpendek supply chain karena transaksi terjadi secara langsung antara produsen (nelayan dan pembudidaya ikan) dengan pelanggan melalui platform Aruna.

Terdapat 2 aplikasi utama, antara lain Aplikasi Pemasok untuk kelompok nelayan dalam menginput data saat melakukan transaksi dan Aplikasi Pembeli yang digunakan oleh perusahaan atau pelanggan B2B untuk mencari dan membeli ikan dari kelompok nelayan.

Melalui tangan Utari Octavianty, Pemda Kaltim juga berjaya di Pemilihan Pemuda Pelopor Tingkat Nasional yang digelar Kementerian Pemuda dan Olahraga dengan menyabet gelar Juara 1 di Bidang Inovasi Teknologi.

Bertepatan dengan puncak peringatan Hari Sumpah Pemuda, Pemprov Kaltim pada 28 Oktober 2021, memberikan apresiasi berupa uang pembinaan kepada 12 pemuda Kaltim yang luar biasa, termasuk Utari.

Sepak terjang Aruna sejak lima tahun silam ini telah melahirkan beberapa award, antara lain Alipay-NUS Enterprise Social Innovation Challenge 2019 dan Startup of The Year 2019 oleh Majalah Tempo dan pernah dinobatkan sebagai The Most Social Impact Startup 2019 oleh Kemenristekdikti RI. Utari, Farid, dan Indraka juga dinobatkan sebagai bagian dari Forbes 30 Under 30 pada tahun 2020.

Aruna memang sudah maju pesat bersama nelayan Indonesia. Namun demikian Aruna konsisten mengedepankan visi ‘making the sea a better livelihood for all’, yang berarti menjadikan laut Indonesia sebagai sumber kehidupan yang lebih baik untuk semua. Tentu saja, ini karena sebagian besar luas Indonesia adalah laut.

“Kami ingin dengan adanya sumber daya ini, masyarakat yang hidup di sekitarnya dapat menjalani kehidupan yang lebih baik. Karenanya, kami juga sering mengampanyekan bahwa laut itu ada dan diciptakan untuk semua orang. Serta untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang kian berkembang karena potensi kemaritimannya,” tegas Utari. ***

Ikuti tulisan menarik sangpemikir lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu