x

Iklan

Rihka Hamur

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 22 November 2021

Rabu, 24 November 2021 06:20 WIB

Mimpi sang Anjing yang Bijaksana

Daratan semakin menyusut, bagaimana nasib hutan dan hewan?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

MIMPI SANG ANJING YANG BIJAKSANA

 

Dari celah dedaunan yang rimbun, tampak keberadaan beberapa hewan di tengah hutan. Bukan sedang bersantai atau mengintai, mereka berjalan seperti kafilah namun terpisah-pisah, menuju sebuah ceruk yang lebih gelap karena pepohonan yang merapat di sekitarnya. Saat matahari separuh perjalanan munuju puncak, arakan yang samar itu telah berakhir. Hutan menjadi lebih sunyi. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 “Sepertinya semuanya telah berkumpul.” Seekor burung elang memotong bisikan yang berdengung di ruangan berdinding pepohonan, semak, dan bebatuan besar itu. Setiap kepala menoleh ke arahnya sekilas lalu mengedarkan pandangan, memastikan sendiri apakah semua memang telah hadir tanpa kecuali.

 “Sebelumnya, terimakasih atas kehadiran anda sekalian. Walau mungkin–”

 “Kalimat pembukanya saya pikir sudah cukup. Langsung ke inti saja.” Harimau menatap ke arah Elang yang menjadi pemimpin pertemuan. Sementara hewan yang lain melihat ke arahnya. Tak ada yang terkejut dengan sikap Harimau. Bagaimanapun juga, suasana memang tidak santai sejak awal. Terlebih semua telah tahu sensitifitas soal pemimpin Dewan Kebijaksanaan hutan. Dengan air muka yang tak berubah elang melanjutkan.

 “Seperti yang mungkin telah terdengar, Anjing yang bijaksana telah bermimpi hal yang sama selama 7 malam berturut-turut.” Suasana dari tenang menjadi hening, karena tanpa sadar semua menahan nafas demi mendengar dengan jernih kata-kata Elang selanjutnya.

 “Dalam mimpinya, hutan mengalami siang tanpa malam selama berhari-hari. Kura-kura yang panjang umur mengatakan, cahaya adalah berkah, namun jika siang kehilangan malamnya, maka itu berarti petaka, karena keseimbangan alam adalah rahmat.” Elang menghela nafas sebelum melanjutkan. 

 “Lebih jelasnya, Anjing yang bijaksana dan Kura-kura yang panjang umur mengatakan bahwa hal ini mungkin peringatan bahwa akan terjadi kekeringan atau perubahan suhu secara ekstrem, kemarau panjang atau kenaikan suhu yang tidak wajar.” 

 Keheningan mengabur. Suara peserta pertemuan terdengar dari setiap penjuru, berdengung di udara dengan kegelisahan yang tak samar. Tak ada instruksi untuk tenang. Semuanya telah sama-sama tahu bahwa kabar ini adalah ramalan. Karena telah berkali-kali sebelumnya, mimpi sang Anjing yang bijaksana, yang datang tiga malam berturut-turut, tidak lain adalah ilham. Terlebih, perubahan cuaca yang ekstrem rasanya bukanlah mimpi yang jauh jika melihat kondisi akhir-akhir ini. 

 “Kapan prediksi bencana akan terjadi?” Kancil bertanya pada Elang

 “Tidak ada petunjuk.”

 “Jadi kau mengumpulkan kami di sini tanpa persiapan yang cukup?” Sanggah Harimau.

 “Kau seharusnya hadir tadi malam” Kata-kata Elang membungkam wajah protes Harimau yang seolah lupa kedudukannya sebagai salahsatu anggota Dewan. 

 “Mengapa tidak kita datangi saja Anjing yang bijaksana?” Kancil mencoba menengahi keresahan yang semakin keruh.

 “Sebenarnya ada kabar penting lain yang perlu kusampaikan.” Tanggapan Elang yang diluar dugaan mengembalikan keheningan yang hilang sesaat lalu. 

 “Anjing yang bijaksana telah meninggal tadi malam.” 

 Suara-suara terhenyak muncul bersamaan. Kini raut penuh keresahan telah ditindih kekagetan. Namun hanya sesaat. Anjing yang bijaksana telah menjadi semacam tetua para penghuni hutan berkat mimpi-mimpinya. Dia yang telah berpuasa dari daging, mengheningkan diri dalam goa sejak kedatangannya dari pemukiman. Kini, mendengar berita kepergiannya membuat mereka menjadi semakin resah. 

 “Kita harus bersiap menyambut kemungkinan apapun.” 

 “Lalu apa yang akan kita lakukan?” Tanya Harimau pada Elang, mewakili seluruh yang hadir. 

 “Karena itu kita berkumpul di sini.” 

 “Tapi selain Anjing yang bijaksana, kita memiliki Kura-kura yang panjang umur, tidak bisakah dia hadir di tempat ini untuk memberikan semacam pertimbangan?” Lanjut harimau. 

 Telah jamak diketahui, Kura-kura yang panjang umur tidak pernah meninggalkan goanya. Sejak beberapa tahun terakhir. 

 “Sepertinya itu sulit.” Semua yang hadir lebih menganggap itu adalah kata lain dari tidak mungkin. 

 “Kenapa tidak kalian berdua saja yang mendatangi Kura-kura?” Landak berusul. 

 Dewan Kebijaksanaan Hutan beranggotakan Anjing yang bijaksana, Kura-kura yang panjang umur, Elang yang berwawasan luas, dan Harimau yang pemberani. Mendengar usulan landak, Elang dan Harimau berpandangan sejenak. Lalu Elang menjawab, 

 “Baiklah, jika Harimau juga bersedia, kami akan pergi sekarang juga.” 

 Elang mengepakkan sayapnya, sementara Harimau melompat berlari dari kerumunan menuju arah yang sama. 

 

# # #

 

 Seekor kancil tengah memamah rumput di dekat semak-semak saat bunyi letusan mengangkasa, membuatnya lari tunggang langgang dan burung-burung beterbangan dari reranting pepohonan. 

 “Sial, seharusnya aku menolak ajakanmu.” 

 “Hahahaha, mau bagaimana lagi, berburu dengan pistol berperedam suara itu tidak ada serunya.” 

 Kedua lelaki itu mendekati seekor harimau yang terkapar tak bergerak dengan waspada. 

 “Paman pasti akan memberikan imbalan yang kuminta untuk tangkapan kali ini.” Lelaki yang tampak puas itu menggerak-gerakkan kaki sang harimau dengan sebilah ranting. 

 “Memangnya kau minta apa? Alih-alih dapat imbalan, bisa-bisa kau ditangkap.” Temannya yang tampak khawatir memperingatkan. 

 “Heh, sebelum hutan ini makin dipenuhi manusia, kita puas-puaskan diri dulu. Lagi pula kau kan tahu koneksi pamanku.” 

 Sejak tujuh bulan yang lalu, hutan bagian luar kedatangan manusia yang sibuk membangun hunian yang katanya ramah lingkungan. Beberapa rumah telah berdiri dan dihuni. Pemilik-pemiliknya adalah orang beruang yang berhasil mendapatkan tanah di hutan bagian luar. Semakin lama, aktifitas pembangunan semakin menjorok ke dalam hutan. 

 “Aku akan membangun rumah tepat di tengah hutan. Bukankah itu ide yang bagus?” 

# # #

 Elang mendarat di dahan salah satu pohon besar dan tinggi di tengah hutan. Matanya yang tajam menoleh, mengamati ke kejauhan di belakang. Tampak menunggu. Sebuah titik hitam bergerak mendekat. 

 “Apa kau terluka?” Sang Elang bertanya pada burung ciblek. 

 “Tidak.”

 Mereka kembali terbang menuju ceruk tempat perkumpulan. Para hewan yang telah menunggu memandangi kedatangan mereka dengan tegang. Setelah mendarat, dengan nafas yang masih naik turun sang Elang membuka rapat dengan sebuah kabar. 

 “Harimau yang pemberani telah mati tertangkap.” 

 Kengerian menguar seketika. Tanggapan para peserta pertemuan adalah akumulasi kengerian yang telah menumpuk beberapa bulan sejak kabar kedatangan manusia dan kegiatan mereka di hutan bagian luar, ditambah kabar kematian Harimau yang pemberani ditangan mereka. 

 Sejak beberapa tahun terakhir, telah tersiar kabar penyusutan daratan di mana-mana karena air laut yang meninggi. Banyak pulau-pulau yang bahkan cukup luas telah menghilang sama sekali. Kini, mereka mulai mendekati gunung dan membangun rumah dibagikan luar hutan. Sebagian diantaranya nampak sederhana tapi indah. Namun pikiran manusia tak sederhana. Kesederhanaan macam apa yang pada akhirnya menciptakan krisis dan menenggelamkan rumah mereka sendiri? 

 Para hewan mulai berpikir bahwa mimpi sang Anjing yang bijaksana mungkin memiliki arti yang lebih luas dan mengerikan daripada perubahan suhu. Atau, semua opsi sama dengan benar? 

 

Ikuti tulisan menarik Rihka Hamur lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 jam lalu

Terpopuler