x

Iklan

Theresia Ria Andika

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 November 2021

Jumat, 26 November 2021 21:24 WIB

Harapan dan Keberanian

Cerita tentang seseorang yang memiliki harapan tentang bumi yang lebih baik. Ia pun harus menjadi lebih berani untuk menyelesaikan masalah ini.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Halo para penghuni bumi di dimensi lain, aku Erin dan aku ingin membagi kisah ku tentang bumi ku. Pertama, iya dimensi lain memang ada dan kedua, jarang sekali mereka yang melakukan perjalanan melewati dimensi tapi itu bukan intinya aku disini. Aku ingin membagi cerita tentang apa yang terjadi pada Bumi ku.

 

Semuanya berawal di bumi tahun 3023. Kalian mungkin berpikir 2 hal tentang bumi di masa depan, satu adalah bumi kita hancur dan yang kedua adalah adanya teknologi modern. Yaa di bumi ku telah terjadi 2 hal tersebut, bumi hancur dan adanya teknologi (yay, kurasa) Di bumi ku tidak ada lagi tanaman hijau, satu pohon pun tidak ada. Air, ya mungkin juga bukan air lagi, lebih ke sebuah genangan hitam beracun yang mengelilingi daratan. Bagaimana dengan udara? Kami semua harus memakai tangki oksigen kemana-mana, sungguh merepotkan. Bumi sudah mati sejak 10 tahun yang lalu, bisa dibilang kaum manusia sudah terlambat. Lalu muncul proyek dunia untuk membuat kota-kota terbang. Ketika proyek tersebut selesai manusia sudah mulai diungsikan untuk tinggal di kota kota berbentuk kubah. Kota tersebut sudah dilengkapi dengan udara, air, dan bahan makanan. Di seluruh penjuru kota hanya ada tanaman hologram dan rumput karpet. Segala bangunan, lantai, jalan raya terbuat dari besi buatan. Manusia sekarang sudah mencemoh istilah Go Green atau Safe Earth mereka sering berkata "halah, Go Green dari mana. Sekarang tuh udh terlambat, udh gak ada harapan lagi". Aku merupakan bagian dari sedikit orang yang merindukan bumi lama. Semua tanaman dan hewan, udara yang segar, juga gemericik air dari sumber-sumber mata air. Aku rindu akan segala hal itu, bisa dibilang hal itu yang membuat bumi menjadi ikonik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Pagi ini aku bangun dengan tubuh yang segar, langsung membersihkan diri, dan mengisi piring ku dengan sosis dan telur. Aku juga membuat segelas teh padahal biasanya aku membuat kopi, aku merasa akan ada yang berbeda hari ini. Aku berjalan ke kafe tempat ku bekerja dan di tengah perjalanan aku membeli beberapa koran untuk dibaca dirumah. Aku melihat sekilas berita apa yang ada di headline news hari dan seperti biasa bahasan mengenai bumi lama. Sejujurnya aku tidak terkejut, dulu banyak sekali orang yang menyerukan Go Green tapi usaha mereka nihil dan akibatnya adalah semua ini. Sekarang? Sudah kucetuskan di paragraf sebelumnya bahwa manusia masih belum beraksi dengan alasan "sudah terlambat" entah kapan mereka akan sadar bahwa sekarang mungkin masih ada harapan (bila mereka tidak buta sepenuhnya terhadap kata "terlambat"). Di cafe, bahasan tentang bumi lama kembali terdengar, ingin sekali aku berdiri dan menyuarakan pendapat ku tentang bumi sekarang dan apa yang kita bisa lakukan. Tapi hal tersebut ku tahan, menyuarakan hal tersebut pernah membuat ku dikeluarkan dari pekerjaan lama ku. Untuk sekarang lebih baik aku diam walaupun aku tau hal ini sebenarnya salah.

 

Selesai bekerja aku pulang ke flat ku sebentar untuk bersiap siap mengunjungi sebuah taman kota yang berbatasan langsung dengan kubah kaca yang mengelilingi seluruh kota. Taman ini sangat jarang dikunjungi oleh orang karena disana terlihat jelas hasil perbuatan mereka selama berpuluh-puluh tahun. Bagi ku taman ini adalah tempat dimana kenangan bumi lama terdapat. Aku duduk di salah satu bangku taman dan memandang ke luar kubah kaca. Pemandangan diluar sana sangat menyedihkan, tanahnya dipenuhi tumpukan sampah, airnya berwarna hitam seperti limbah minyak, dan awan hujan asam bisa terlihat di kejauhan. Aku membuka sebuah album yang kubawa dari rumah. Di dalam album tersebut banyak sekali foto foto masa aku kecil, masa dimana aku masih bisa menikmati bumi. Ada foto diriku berdiri dibawah air terjun yang segar dan dingin, ada foto diriku di kebun binatang, ada foto diriku melakukan perjalanan ke sebuah hutan, dan masih banyak lagi. Kadang aku menyesal karena tidak bisa mengulang masa masa tersebut ketika aku beranjak kuliah, ini karena aku sudah memiliki kesibukan-kesibukan tersendiri. Aku pun beranjak dari bangku tersebut dan pulang ke flat ku.

 

Setelah masuk, aku menaruh tas selempang di atas meja kopi dan menyimpan album tersebut di rak buku kamar ku. Aku pun kembali ke ruang tamu dan membuka koran yang aku beli pagi tadi. Seperti dugaan ku, headline tentang manusia yang sudah terlambat, bodohnya mereka, mereka pikir hanya menyerah saja seperti ini akan membawa bumi ke masa kejayaannya lagi. Tidak, jelas tidak. Aku lalu menghubungi salah satu teman baik ku Cecilia, kami berdua sering melakukan pembahasan mengenai cara untuk mengembalikan bumi. Kami sering mencoba mencari-cari biji tanaman tertentu tapi tidak ada tanah yang bisa kita tanami, kami pernah mencoba untuk keluar dari kota untuk meneliti bumi lama tapi itu hal yang ilegal, kami pernah memasuki satu lab botani untuk mengambil beberapa tanaman tapi kami langsung ditendang keluar. Telpon Cecilia berdering tapi tidak diangkat, aku pun tidak berusaha menelpon ulang tapi tidak berhasil juga. Aku berjalan ke kamar ku untuk melihat sebuah poster lama. Poster itu adalah poster Go Green keluaran tahun 2023, walaupun sudah tua posternya masih tetap awet. Ingin sekali aku membuka pendapatku ke publik, bahwa kita belum telat untuk menyelamatkan bumi. Aku pun merebahkan diri di kasur ku dan lama kelamaan memasuki dunia mimpi.

 

Aku terbangun di atas tumpukan rumput dibawah sebuah pohon yang rimbun dan mulai menengok sekitaran. Tempat ini adalah sebuah taman, taman nyata dengan pohon dan rumpt nyata bukan sekedar hologram. Aku pun langsung bangun dan mulai menjelajahi taman tersebut. Ketika melewati sebuah truk es krim aku melihat sekelompok anak anak yang bergerombol. Ketika aku mendekat mereka semua bubar, dan hanya meninggalkan seorang anak perempuan. Ketika anak tersebut menyadari kehadiran ku ia pun mendongak, aku pun terkejut dengan penampilan anak tersebut. Anak itu memiliki rambut berwarna hitam sebahu, bajunya berwarna putih dengan logo bumi ditengahnya. Di baju tersebut ada cukup banyak noda tanah disana sini, anak tersebut juga memakai celana pendek berwarna biru tua dengan sepatu kets merah. Tapi yang membuat aku terkejut sekali adalah matanya, anak tersebut memiliki hetreochromia dengan satu mata berwarna hijau tua dan mata lainya berwarna biru pastel. Aku sedang memandang diri ku di usia 8 tahun. Anak tersebut berdiri dan langsung menyapa ku

"Halo tante" katanya sambil menjulurkan tangannya

"Halo, namamu siapa?" Kataku

"Nama ku Erin dan aku ingin jadi penyelamat bumi" jawabnya dengan semangat

Aku pun tersenyum, teringat akan seberapa terobsesinya diri ku tentang bumi. Erin kecil menarik ku dan aku pun mengikuti langkahnya

"Kita mau kemana?" Tanya ku

"Mau melihat bumi" jawab Erin kecil

"Oohh oke"

 

Ketika kata kata tersebut keluar, aku kembali ditarik kali ini lebih kuat oleh Erin kecil yang berlari. Saking cepatnya kami berpindah tempat segala hal disekitar kami menghablur. Kami lalu berhenti di pinggir hutan yang cukup rindang. Rindu sekali aku dengan pemandangan ini, sudah sangat lama sejak terakhir kali aku melihat pohon asli. Erin kecil dan aku lalu mulai bermain main di hutan tersebut, bermain petak umpet, berlarian disekitar pohon pohon, dan mengumpulkan daun daun berbentuk lucu. Aku lalu memberi tahu segala hal yang aku tahu tentang hutan, Erin kecil tampaknya sangat penasaran dengan hal hal seperti ini. Erin kecil lalu kembali mengajak ku ke tempat lain, kami sampai di sebuah air terjun. Erin kecil lalu mulai bermain-main dengan air dan kami bersiram-siraman, aku juga kembali menuturkan segala yang ku ketahui tentang air terjun. Kami terus berpindah-pindah tempat, ke puncak gunung yang sejuk, ke padang rumput yang luas, ke pantai yang indah, pokoknya segala macam tempat yang aku rindukan.

 

Ketika kami kembali ke taman hari sudah sore, Erin kecil lalu duduk di sebuah bangku dekat sebuah pohon rindang. Aku pun ikut duduk disebelahnya lalu ia berkata

 

"Tante keren, bisa tahu banyak hal"

"Terima kasih, kau juga keren. Sudah bisa mengenal bumi semuda ini"

Erin kecil hanya meringis

"Tante, kira-kira aku bisa tidak ya bisa pintar tante? Apa kira kira aku benar benar bisa jadi penyelamat bumi?" Tanya Erin kecil

"Tentu, dengan berusaha keras kau pasti bisa. Ohya kenapa kau tadi di kerubungi anak anak? Apa ada masalah?" Tanya ku

"Oh mereka, mereka bilang kalo kita masih anak anak yang gak perlu mempedulikan hal hal rumit seperti menyelamatkan bumi. Kata orang tua ku malah kita harus yang jadi penyelamat bumi, bumi sudah memberi banyak sekali, bumi jarang marah dengan kita walau kita cukur hutan hutan dan limbahi sungai. Aku heran, kenapa mereka pikir jadi penyelamat bumi itu tidak keren?" 

"Erin, menjadi penyelamat bumi itu adalah hal yang keren. Iya hal itu akan menjadi sulit semakin kau bertambah dewasa tapi tante yakin kamu pasti bisa menjadi penyelamat bumi" 

 

Aku segera menghadap arah yang lain dan mengeringkan air mataku yang mulai muncul. Kenyataanya aku gagal di masa depan, dan aku hanya memberi harapan palsu kepada diri ku yang masih polos. Aku benci harus mengingat bahwa semua ini mimpi dan ketika aku kembali segalanya akan tetap sama dalam hal yang buruk. Suara Erin kecil terdengar kembali.

 

"Tante" aku pun menoleh

"Bagaimana kalau aku gagal, kalau aku tidak bisa melihat bumi yang indah lagi?"

Aku menarik nafas lalu berkata "Kamu tidak akan gagal, kamu pasti bisa Erin. Kamu harus belajar dengan giat & rajin agar bisa memberitahukan ke semua orang di dunia ini tentang menjadi pahlawan dunia" kata ku memegang kedua pundaknya. Erin kecil pun tersenyum, aku bisa melihat munculnya harapan harapan baru dimatanya, di mata ku.

 

Erin kecil lalu dipanggil kedua orang tuanya untuk pulang. Sebelum pulang Erin berkata 

 

"Tante ini hadiah buat tante, terima kasih sudah menemani Erin jalan jalan" katanya sembari menyerahkan sekantong biji bijian, aku pun menerimanya dengan senang hati

"Erin, kamu janji sama tante ya" kata ku menunjukan jari kelingking ku

"Kau janji akan menjadi pahlawan bumi yang hebat, kamu janji bahwa kamu akan terus menyuarakan pendapat mu tentang bumi, oke?" Kata ku

"Aku janji" kata Erin kecil mengaitkan jari kelingkingnya dan berlari menunju orang tuanya

 

Aku kembali duduk di bangku taman, sembari memandang kantong biji bijian tersebut. Aku juga berjanji akan menjadi berani, untuk mereka yang ada di masa lalu, untuk mereka yang ada bersama ku sekarang, dan untuk mereka yang akan datang. Aku berjanji aku akan menjadi berani, aku janji akan menjadi pahlawan bumi.

 

Aku pun terbangun dari mimpi ku dan menemukan kantong biji bijian tersebut di meja tidur ku. Ku raih kantong tersebut dan segera ku hubungi Cecilia. Sebelum keluar aku melihat ternyata ada sebuah kertas yang jatuh di kaki tempat tidur ku, segera ku ambil kertas tersebut dan aku tersenyum membacanya. Kertas ini adalah janji yang kutulis ketika aku berusia 10 tahun di sekolah. Aku berjanji akan menjadi pintar lalu berkeliling dunia dan memberitahukan ke semua orang bahwa bumi itu indah dan bahwa kita harus menjadi pahlawan bumi. Sebelum keluar ku lirik lagi poster bumi tersebut dan janji tadi kembali ku ingat dan ku resapi.

 

Sekarang manusia sudah mulai membersihkan bumi lama. Sampah sampah dan limbah sudah mulai dibersihkan dan semua berkat diri ku yang ingin menjadi berani. Perjalanan ke masa lalu tersebut telah membuat aku berubah, aku akan terus menjadi pahlawan bumi selama bumi masih ada. Oh maaf tapi aku harus kembali bekerja, ada error di mesin perubah energi kami, terima kasih telah mendengarkan ceritaku. Ingatlah kalian semua bahwa : Sekarang belum telat. Semoga beruntung para penghuni bumi lain, semoga bumi kalian mempunyai masa depan yang cerah. Secerah matahari baru.

Ikuti tulisan menarik Theresia Ria Andika lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB