x

Iklan

Fitriani Fattah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 20 November 2021

Jumat, 26 November 2021 21:35 WIB

Stres dan Bagaimana Menanggapinya

" Sungguh, Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah." Ini merupakan penggalan dari ayat alquran Al-Balad ayat 4.Sebagai makhluk yang ber-Tuhan fakta ini menjadi melegakan karena nyatanya setiap manusia berpotensi menjadi stres.Anda tidak berjuang sendiri.Namun,di sisi lain hal ini membawa perasaan takut karena kita benar-benar berada dalam kesulitan.Ada kekhawatiran bagaimana jika kita tidak sanggup melewati tekanan hidup yang semakin lama semakin mencekik?Kita dibombardir dengan tuntutan hidup yang berasal dari dua dunia baik nyata ataupun virtual.Keduanya nampak bekerja sama untuk menyerang kita yang berujung pada mental yang semakin rapuh.Adakah langkah preventif yang dapat dilakukan untuk menghindari stres?Bagaimana eustress (stres baik) bisa menyelamatkan kita?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Beruntunglah manusia karena Tuhan tidak menjadikan stress sebagai perbuatan dosa.Bayangkan betapa beratnya hidup ini jika segala sesuatu yang berpotensi merusak tubuh masuk dalam kategori dosa.’Wah..siang ini kok berasa panas banget yah?Gimana kalo kita memesan ice coffee?ide yang bagus!Sepertinya disebelah café itu juga ada toko roti yang baru saja buka.Kombinasi yang menggiurkan bukan?Raut wajah Anda mungkin segera berubah setelah menyadari bahwa dunia lain sedang mempersiapkan toaster untuk tubuh yang berpenyakit.Tapi saya tidak sedang berbicara mengenai kebiasaan kita mengotak-atik tubuh dengan memasukkan berbagai kimiawi yang memicu munculnya berbagai macam penyakit.Lebih dari itu,dosa tidak hanya merusak tubuh tapi menyiapkan siksaan bagi pelakunya.Saya menolak menyandingkannya karena stress itu sendiri sudah sangat menyakitkan.

Saya pernah menonton berita di TV yang liputannya mengenai kesiapan rumah sakit menampung caleg stress akibat gagal menjadi anggota dewan.Saat itu adalah tahun pemilu dan sepertinya mereka sadar betul bahwa kegagalan tanpa persiapan bisa sangat mematikan.“Tidakkah mereka mempersiapkan diri untuk gagal?”Pertanyaan ringan yang pesimistik namun rasional.Kita senang mempersiapkan dan membayangkan kemenangan karena hal itu membawa kebahagiaan sementara kegagalan seperti kepungan awan hitam yang membawa petir dan siap menyambar kapan saja.Orang berbicara tentang keyakinan dan pentingnya berfikir positif namun niat yang baik tidak selalu berakhir dengan kegembiraan.Optimisme yang berlebihan membawa mereka pada tingkat ‘keyakinan’ yang tidak masuk akal.Kebiasaan mengaburkan antara harapan dan realita menjadi menyenangkan dan menenangkan.Fake it until you make it?How long?Konsep ini sedikit membingungkan meskipun terasa meyakinkan.Orang-orang selalu tertarik dengan bagiamana para orang sukses didunia menjalani hidupnya.Bangun jam 4 pagi,minum secangkir espresso,meditasi,olahraga..mengapa Anda menjalani hidup orang lain?Inikah cerminan dari be yourself?Bukankah hidup berdasarkan validasi orang lain itu membuat stress?Tidak.Saya bukan orang yang sarkastik.

Ketidaksiapan dan ketidaksigapan dalam menerima tekanan menjadi pemantik.Tidak fokus,mudah marah,dan menyebalkan menjadi ciri bagi mereka yang kurang memiliki control diri dalam menangani kuatnya tekanan batiniah dan lahiriah.Bukankah setiap dari kita memiliki ciri ini?Sejatinya manusia sangat lemah terhadap godaan.Ketika tercebur pun mereka masih sibuk mencari pembenaran.Adakah langkah preventif yang dapat dilakukan untuk menahan arus kuat tekanan ini sehingga tidak menjadi distress?Bukankah segala emosi harus tersalurkan agar tidak menggunung dan memicu erupsi?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Merasakan setiap emosi yang bersemayam dalam diri baik itu positif atau negatif menjadikan kita manusia seutuhnya.Saya harus merasakan pahitnya dikecewakan,merahnya wajah karena menahan amarah,pedihnya perjuangan,dan segala sesuatu yang menjadikan tekanan darah saya naik dan kolesterol tidak terkontrol agar menjadi manusia yang bijak.Hidup ini tidak melulu soal kebahagiaan,bukan?We need struggle to experience things.Dan pengalaman itu mensyaratkan adanya stress.Dalam level tertentu stress begitu bermanfaat bagi Anda.Kita menjadi siaga dan mempersiapkan diri dari kemungkinan terburuk yang akan terjadi akibat kekeliruan dalam mengambil keputusan.Sedih dan sakitnya akan tetap terasa tapi seberapa lama kita membenamkan diri didalamnya akan menjadi sinyal sejauh mana hal buruk akan terjadi.

Tentunya ini bukan ajakan untuk ‘mari stress bersama’. Psikosomatik bukan mitos.Biarkan stress itu menjadi ‘anugerah’.Sesuatu yang diberikan bukan dicari-cari.Anda memilih gaya hidup tertentu karena menyadari manfaat yang dibawanya bukan citra yang melekat padanya.Orang-orang harus berhenti menyebut dirinya vegetarian untuk membuat kesan.Hidup sehat menjadi sangat menyehatkan sampai Anda melakukannya untuk instagram.Kalau Anda merasa overwhelming dengan bagaimana media social saat ini tidak ada salahnya hijrah ke lingkungan yang jauh lebih melapangkan.Bukan..saya tidak berbicara soal dogma.Grounding atau earthing.Sering-seringlah bersentuhan dengan alam karena penelitian terakhir mengatakan bahwa tanaman bisa berbicara (https://www.bbc.com/indonesia/vert-fut-58661333).Jangan khawatir berkeluh-kesah sementara disekeliling Anda nampak tidak ada satupun manusia yang menyimak.Mungkin saja secara diam-diam mereka (para tanaman) berdoa kepada pemilik cosmos untuk meringankan beban Anda.

Saat ini musim pandemi dan hampir semua dari kita tampak ‘berantakan’.Bukan hanya ajakan untuk mengikuti prokes yang terus digalakkan namun,anjuran-anjuran serta tips-tips untuk menjaga kesehatan mental pun terus disuarakan.Kita yang berada dirumah semakin seenaknya.Bangun pada jam yang ‘tepat’ dan makan berlebihan dengan dalih stress.Ini seperti lingkaran setan.Kita menginginkan stress segera menghilang dan pada saat yang sama melakukan aktivitas yang bisa mengundang stress.Bukankah makanan manis bisa menyebabkan obesitas? Tidakkah Anda segera panik sesaat setelah timbangan mengejutkan Anda?Cokelat?Yaa..mood akan segera membaik dan mari kita hidup pada saat ini.Sebagai makhluk hormonal saya harus mengakui bahwa ada saatnya dimana saya mengabaikan rasionalitas dan memilih makanan manis yang sudah terbukti secara ilmiah menyebabkan kegemukan.Ini menjadi bukti bahwa kita semua benar-benar lemah terhadap godaan dan tidak tahan dengan rasa sakit.Kita ingin sesegera mungkin menyingkirkan frekuensi itu.Sayangnya,solusi yang kita pilih saat ini mungkin bisa menjadi bencana kedepannya.Tiga cangkir kopi dalam sehari sepertinya memang paling ideal. Kita semua punya batasan yang moderat bukan?

Masa depan yang gaib mendorong kita unrtuk menebak-nebak kemungkinan yang terjadi.Dan ‘kemungkinan’ itu memaksa kita berjuang dengan cara yang mencolok dan terukur.Sementara kegaiban itu sendiri begitu mengejutkan.Saya menjadi orang yang begitu menyebalkan ketika secara akurat memprediksi kemungkinan kejutan ulang tahun yang telah disiapkan oleh kawan-kawan saya.Secara hati-hati dan begitu detail saya mengatur ekspresi ‘normal’ untuk setiap kejadian yang janggal.Tak ada ‘surprise’ karena saya mengetahui segalanya secara terperinci.Ditambah lagi saya bukan orang yang mudah berekspresi.Mereka mungkin kecewa,tapi ini menjadi dorongan penyemangat kreativisme mereka dalam menyiapkan surprise party yang lebih tak terduga.Pening dan penat mungkin ada pada proses itu.Namun, kesungguhan untuk berhasil mengalahkan kadar kortisol dalam tubuh mereka.Sebaliknya,kejanggalan-kejanggalan yang terjadi tidak membuat saya kewalahan.Stres karena memikirkan kenapa hari itu semua orang bertingkah aneh menjadi hal yang biasa karena segalanya dapat diukur secara pasti.Bukankah perayaan ulang tahun terjadi setiap tahunnya?Cukup mudah bukan mengambil pelajaran dari hal-hal yang terus berulang?

Di masa pandemi saat ini pemberitaan banyak memuat tips-tips untuk menjaga kesehatan mental.Isu mengenai mental health memang saat ini menjadi ‘istimewa’Yang terbiasa diluar harus didalam.Dan yang didalam tetap didalam.Haruskah khawatir mengenai introvert karbitan? Bisakah kepribadaian berubah mengikuti lingkungan sekitar?Belakangan saya jadi khawatir orang-orang mendiagnosa dirinya secara serampangan.

Saya bukan dokter,psikolog,atau pskiater sehingga saya tidak memiliki ‘kekuatan’ untuk mengatakan kepada Anda untuk ‘jangan stress,kolesterol Anda bisa naik,tekanan darah Anda tinggi,jantung Anda tidak sehat,kulit Anda menjadi keriput dan..bla..bla..bla..’ Tentunya ini menjadi pertimbangan yang sangat rasional.Apa yang ingin saya sampaikan adalah kenali dan pahami diri Anda ketika segala sesuatunya tampak begitu memuakkan.Akuilah jika Anda memang sedang berada dibawah tekanan.Menangani stress butuh usaha yang benar.Mencari pertolongan bukan sesuatu yang memalukan.Sama seperti tubuh jiwa juga butuh nutrisi.Kita benar-benar butuh bicara apalagi Anda seorang Wanita.Ketika 20 ribu kata tidak terucap dalam sehari kita mungkin akan berakhir pada ruang kemarahan.Paling tidak medium untuk releasing stress telah tersedia.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Fitriani Fattah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Sengketa?

Oleh: sucahyo adi swasono

1 jam lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB