x

Iklan

Azki Azifa Nabila Zahra

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 November 2021

Sabtu, 27 November 2021 06:42 WIB

Sendu

Cerpen Fiksi

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Setiap kata yang kau ucap memiliki makna. Setiap sikap yang kau tunjukkan menyiratkan rasa. Hanya aku yang abai. Air mata terakhirmu, aku yang membuatnya menetes.

*          *          *

Hanya untaian kata tuk melepas rindu..

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hai.. Apa kabar??

Lama tak jumpa, bukan berarti kan terlupa

Aku percaya pada kata, yang selalu kau ucapkan. Bahwa perbedaan itu bukan tuk dibanding-bandingkan. Tapi bolehkah aku bandingkan sekarang? Antara keadaan yang dulu dan sekarang, tempat yang dulu dan sekarang, waktu yang dulu dan sekarang, jarak yang dulu dan sekarang, perasaan yang dulu dan sekarang. Kaupun pasti tahu, semuanya telah berbeda. Bukan perbedaan yang buruk memang, karena semua masa pasti kan berlalu. Satu hal yang tak boleh terlupa, kau juga pasti tahu jawabannya.

Ingat ini?

“..Aku pernah melihat cahaya bulan, bahkan sering, setiap hari tepatnya. Tapi tidak ada satu hari pun cahaya dari bulan itu melebihi indahnya cahaya hati yang kau pancarkan. Kau baik Aruna, dan tidak semua orang menyadari itu. Tetaplah berbuat baik, tapi bukan untuk dinilai orang lain..”

Diantara barisan kata yang kau rampungkan kala itu, ini yang paling kusuka. Kau si pembuat rindu, menjadi candu setiap membaca goresanmu. Hal yang baru saja kusadari, hadirmu takkan pernah sempurna tergantikan.

Aku yang rapuh. Mengandalkan tawa sesaat tuk menyamar luka. Melewati batas kadang mereka lontar canda. Seringnya diri ini yang berputih mata. Tapi setelahnya kujumpa cahaya. Lalu sang pangeran hadir dengan filsufnya “akan berada di sampingku kala senang maupun sedih”, begitu kurang lebih.

Tapi takdir berkata sebaliknya. Pangeran itu dijemput bidadari lain. Tanpa disadari sang pangeran tak mampu untuk menolak. Hingga akhirnya pergi mengarungi surga yang telah lama kita dambakan bersamanya.

Aku baik-baik saja. Hanya sesekali teringat, mengenang akan semua kata penghapus luka yang selalu kau berikan. Untukku, untuk hatiku. Jangan khawatir, aku sudah berdamai dengan semua ini.

 

Diaruna Khalista

*          *          *

Tanpa sadar menetes air mata ini. Membasahi kertas putih yang dikirim satu bulan lalu. Sampai ke kediamanku sekitar tiga hari setelah dikirim. Dan baru detik ini bisa kubuka dan kubaca isinya. Menangis hatiku membaca kata demi kata yang ia susun. Sesak rasanya memahami makna setiap baris yang ia sampaikan. Rasanya sekarang aku menjadi manusia paling kejam di dunia.

Apa yang kuharapkan ternyata tak seindah yang dibayangkan. Bijak sekali dulu kuberikan kata demi kata tuk menghapus lukanya. Pada akhirnya aku sendiri yang menggoreskan luka paling dalam di hatinya. Apa aku egois? Tidak. Jika dulu papa tidak menghadirkan sosok lain diantara kami, ia tidak mungkin tersakiti, aku tidak akan kehilangan harapan untuk mengarungi surga dambaan bersamanya. Dan surat ini tidak akan sampai kesini.

Tapi dengan terpaksa aku harus menerima permintaan papa, sebelum akhirnya dia pergi dari dunia tuk selamanya. Dua tahun kujalani indahnya bahtera rumah tangga bersama wanita pilihan papa. Namun suatu hari dengan anggunnya dia berkata “Maaf, aku sudah menemukan yang lebih baik darimu”. Siapa yang salah disini? Aku? Papa? Wanita pilihan papa?. Entahlah. Aku sudah terlalu lelah memikirkan semua ini.

“Papa handphone mu berdering”. Nawal, anak semata wayangku dengan wanita itu. Ya, dia juga meninggalkan anak kita, buah cinta kita, tanpa sedikitpun memikirkan perasaannya. Tapi sudahlah jangan terlalu dibahas, lagipula semuanya sudah berlalu. Dan Nawal bisa menjadi anak yang sangat baik dan pintar tanpa kasih sayang dan didikan seorang ibu. Kuambil handphone yang berjarak tak jauh dari tempatku duduk. Ternyata pesan dari manager kantorku, memberitahu bahwa besok deadline penyerahan berkas proyek bulan ini. Tenang, aku sudah menyelesaikan berkas itu jauh-jauh hari.

Dengan sampainya surat ini mengingatkanku kembali pada sosok sendu menenangkan itu. Aruna. Penasaran kucoba buka instagram miliknya. Sebenarnya telah lama diri ini menahan rasa untuk tidak membuka laman itu. Menutup rapat-rapat kisah yang pernah terukir dahulu. Berdamai dengan hatiku sendiri. Tak ingin menggores luka lebih dalam lagi. Dan tak ingin membuatnya teringat akan semua duka itu. Tapi semua tak semudah yang dibayangkan. Hati ini berkhianat dengan pikiran. Selalu ku kenang kebahagiaan itu, angan yang belum dan tak akan tercapai, karena terlalu indah tuk dilupakan. Memutar memori yang berakhir pilu. Sendu menenangkan-ku ternyata melakukan hal yang sama.

Masih sangat kuhafal akun instagram-nya, sejak dulu namanya tidak berubah. Lihatlah dia berhasil mewujudkan mimpinya. Tak sadar terukir lengkung di bibirku. Tertancap duri hatiku.

*          *          *

9 tahun yang lalu…

 

“Aku bermimpi suatu hari nanti dunia akan selalu berpihak kepadaku. Kau tahu aku sangat menyukai tas-tas branded yang banyak dipajang di  mall mewah?”

“Iya aku tahu, hampir setiap hari kau memuji kemewahannya Aruna.”

“Mungkin saat ini aku belum mampu untuk memiliki salah satu dari mereka. Tapi dengarkan aku Ares. Suatu hari nanti aku akan membuat brand tas milikku sendiri, tidak akan kalah mewah dengan tas-tas branded yang terpajang di mall mewah itu. Pegang janjiku Ares, kupastikan kau adalah orang pertama yang paling berpengaruh dalam suksesnya mimpiku.” Segaris senyum terukir di bibir ranum miliknya.

“Satu lagi Ares. Kita akan bahagia dalam satu keluarga. Kau, aku, dan anak-anak kita nanti.”

“Aruna, mimpi-mimpimu itu sangat indah. Aku bahkan bisa dengan mudah membayangkan semua itu terjadi.”

*          *          *

Malam itu. Saat bulan bersinar terang, saat cahaya bintang memenuhi langit, Aruna menyampaikan mimpinya kepadaku. Membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Mempercayaiku untuk memegang janjinya. Menaruh harapan besar pada diri ini. Aku masih tak percaya. Aku yang dia yakini akan menjadi orang paling berpengaruh dalam mimpinya, aku yang dia yakini akan selalu mendampinginya, aku yang dia yakini akan menjadi imamnya. Nyatanya sekarang aku bukanlah siapa-siapa baginya. Bukan tidak mungkin, aku adalah orang pertama yang menggoreskan luka di hatinya. Menciptakan derita dalam hidupnya.

Mengapa tuhan memberikan takdir seperti ini kepadaku?

Sebenarnya apa salahku?

Maafkan aku ya tuhan, karena menyalahkan takdirmu. Aku tahu tuhan pasti selalu merencanakan yang terbaik bagi setiap hambanya, hanya hambanya yang tak mengerti. Aku yang tak mengerti dimana sisi baik dari takdirku ini. Sekali lagi maafkan aku ya tuhan.

Dan lihatlah sekarang. Dunia memang berpihak padanya. Brand tas yang ia impikan sudah berhasil terkenal di banyak negara. Itu bukan sekedar mimpi. Aruna memang telah mentekadkan semuanya secara matang. Mewujudkan mimpinya. Tanpa diriku. 

Kembali lagi ke instagram miliknya. Cantik. Semua foto yang menampakkan dirinya terlihat sangat cantik. Tapi ada satu foto yang membuatku terdiam seketika, hanya satu diantara barisan foto yang menampilkan paras ayu nya. Entah mengapa rasanya sangat menyakitkan. Tak lepas kupandangi foto itu. Semakin sesak rasa di dada, semakin deras air mata mengalir. Belum pernah kulihat foto ini sebelumya, belum pernah kurasakan hatiku sesakit ini. Melebihi sakitnya pengkhianatan mantan istriku.

Disana dia berdiri dengan anggun. Berlatar belakang pantai yang sering kami kunjungi, memakai dress warna biru teduh selutut, tanpa alas kaki. Masih kuingat kebiasaanya ketika mengunjungi pantai, berjalan diatas pasir tanpa alas kaki, dia sangat suka ketika telapak kakinya menyentuh butiran pasir pantai. Dia masih secantik dan semenenangkan dulu saat pertama kali kami bertemu. Senyumnya sejuk bagi siapapun yang memandang, matanya menyiratkan kebahagiaan nyata, pipinya masih merona walau tak semerah dulu, raut wajahnya jelas tidak menunjukkan kesedihan. Dia terlihat bahagia, sangat bahagia. Dengan seorang pria dan gadis kecil disampingnya.

Aku baik-baik saja.

Ikuti tulisan menarik Azki Azifa Nabila Zahra lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler