Wanita, berkulit sawo matang tampak bersemangat menenteng alat selam di sebuah pagi . Seolah, tak ada keraguan dalam dirinya. Dia melangkah dengan senyum dan keikhlasan menyelami lautan mengangkut beraneka ragam sampah yang mencemari lautan. Letih memang, apalagi sampah–sampah tersebut berserakan di laut yang cukup dalam.
Swietenia Puspa Lestari atau Tania, begitu sapaan akrab dari rekan–rekannya sempat menyelam di kedalaman 15 hingga 30 meter di perairan Berau. Dia merasa heran melihat banyak sampah kaleng, kantong kresek, dan saset, berserakan di sisi kedalaman lautan dengan arus yang kuat. Tanpa pikir panjang, wanita berusia 25 tahun ini memberanikan diri memunguti sampah–sampah tersebut. Instruktur selamnya pun, memarahi Tania karena tindakan itu dapat membahayakan dirinya.
Kejadian tiga tahun silam ini, selalu yang ada di dalam benak Tania. Dia berfikir apabila sampah itu tidak dipunguti, akan mencederai hewan–hewan yang hidup di sekitar. Melihat kondisi laut yang tercemar oleh polusi, membuat perempuan hebat ini terus menggelorakan ajakan kepada masyarakat untuk mengurangi penggunanan plastik. Dia berusaha menyadarkan masyarakat agar tidak membuang sampah ke laut.
Tak jarang, orang–orang awam yang aneh melihat Tania bergumul dengan sampah bertanya, “Mbak cantik – cantik kok, mulungi sampah”. Mendengar itu dia menjawab dengan senyum simpul tak mau ambil pusing dan tetap fokus pada misi utamanya, menjaga kelestarian lingkungan laut.
Ia, kemudian mendirikan komunitas Divers Clean Action (DCA). Pada tahun ketiga, dirinya menimba ilmu di jurusan teknik lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 2015.
Alhasil, Tania masuk dalam daftar 100 perempuan yang dianggap menginspirasi dan berpengaruh dari seluruh dunia untuk tahun 2019. Kisah tania, menjadi contoh baik bagi pembangunan revolusi mental terutama, terhadap generasi muda. Tak hanya sekedar prestasi, sadarilah keperdulian terhadap lingkungan dangat penting demi keberlangsungan hidup bersama.
Ikuti tulisan menarik sangpemikir lainnya di sini.