x

Iklan

Thurneysen Simanjuntak

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Jumat, 3 Desember 2021 04:50 WIB

Merdeka Belajar di Kelas, Bisa Dilakukan dengan Cara Sederhana

Membangun kemerdekaan belajar memang ada banyak cara. Tidak harus menggunakan cara yang rumit dan terlalu konseptual. Cukup melakukan sesuatu yang sederhana, tetapi memberikan ruang kebebasan kepada siswa.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Silahkan kalian berimajinasi dan kemudian buat sebuah kartu, isinya tentang “Ingin seperti apa Anda dikenang?”

Begitu kira-kira pertanyaan refleksi pembelajaran yang saya berikan kepada siswa sebelum sesi pelajaran Sejarah berakhir. Refleksi ini dilakukan setelah kami menyelesaikan pembelajaran mengenai beberapa tokoh berpengaruh dunia.

Mereka adalah tokoh yang telah selesai dengan dirinya, sehingga seluruh hati, pikiran dan tenaganya dicurahkan untuk memperjuangkan kepentingan orang banyak. Terutama memperjuangan mereka yang tertindas karena kesewenang-wenangan penguasa, sistem yang tidak berpihak kepada rakyat, serta terjadinya diskriminasi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lantas, para siswa pun mulai berimajinasi dan mulai berkreasi.

Tidak lama berselang, notifikasi mulai bermunculan pada aplikasi pembelajaran yang kami gunakan. Ternyata para siswa sudah mulai mengirimkan hasil refleksi mereka.

“Aku ingin dikenang menjadi orang yang memperjuangkan keadilan.” Kata seorang siswa. “Aku ingin dikenang menjadi sebagai orang yang peduli dengan sesama tanpa melihat perbedaan.” Kata siswa lainnya. “Aku ingin dikenang menjadi pembawa damai dalam konflik.” Lanjut siswa berikutnya.

Menariknya, mereka membuat hasil refleksi tersebut dalam bentuk kartu digital. Modelnya pun tergolong unik dan kreatif. Ada yang membuat dalam bentuk kartu pelajar, kartu tanda penduduk, bahkan dilengkapi dengan gambar dan kata mutiara yang mereka ciptakan sendiri.

Kelihatannya hasil refleksinya sederhana, tetapi sesungguh itu sesuatu yang luar biasa. Itu adalah harapan dan doa mereka. Sekaligus mengantarkan anak pada sebuah imajinasi.

Nah, kalau ditanya, seberapa pentingkah imajinasi itu dikembangkan pada diri anak?

Menurut hemat saya, imajinasi adalah salah satu cara untuk memerdekan pikiran anak. Salah satu bentuk merdeka belajar yang harus dikembangkan pada diri anak tersebut.

Melalui imajinasi, sering sekali seseorang menemukan ide dan pemikiran baru, yang tidak pernah terpikirkan dalam dunia realitas.

Imajinasi adalah sebuah kekuatan yang tidak pernah diduga. Dengan imajinasi, ada banyak karya kreatif lahir dan berbagai karya inovasi dikembangkan.

Dari beberapa pernyataan tersebut, sesungguhnya kita dapat menyimpulkan arti pentingnya imajinasi dikembangkan pada diri anak tersebut.

Di dalam sebuah kelas, imajinasi sejatinya perlu dikelola dan diarahkan dengan baik, sehingga melalui imajinasi banyak pengalaman belajar berharga dan unik yang tercipta dalam diri anak. Kalau tidak demikian, imajinasi itu pun akan liar, bahkan bisa menjadi sesuatu yang kontraproduktif.

Khusus untuk pelajaran yang saya ampu, yakni pelajaran Sejarah, imajinasi tentu memegang peran penting. Dengan imajinasi, maka akan lebih mudah untuk melakukan rekonstruksi peristiwa sejarah. Dengan cara itu, maka akan memudahkan mereka pula memahami dan memaknai pembelajaran Sejarah tersebut.

Nah, selain melatih dan mengembangkan imajinasi para siswa, ada juga cara lain yang sering saya lakukan untuk mewujudkan kemerdekaan belajar siswa, yakni mendorong dan memberikan kebebasan untuk bertanya.

Adakalanya ketika saya mempersilahkan mereka bertanya, tidak jarang hingga seperempat anggota kelas tertentu berani untuk bertanya. Sesederhana apapun yang mereka tanyakan, saya akan tetap mencoba untuk menghargainya, atau ketika pertanyaan tersebut kurang tepat, saya akan mencoba meluruskan pertanyaan tersebut tanpa menyatakan bahwa pertanyaan itu salah. Menghargai siswa yang bertanya itu memang sangat penting untuk mempertahankan kebiasaan bertanya.

Membangun kebebasan bertanya, harus serta merta ditanamkan dengan anggapan dan perasaan bahwa yang bertanya itu bukan karena tidak tahu apa-apa. Sebaliknya, harus dibangun anggapan dan perasaan bahwa orang yang bertanya itu justru mereka yang memahami materi pembelajaran, tetapi ingin menggali dan mengembangkannya lebih dalam lagi.

Terkadang, tidak mudah memang menemukan anak yang mau bertanya di dalam kelas. Tetapi guru harus mampu mencari berbagai alternatif untuk membuat para siswa tidak enggan bertanya.

Bertanya adalah sebuah kekuatan untuk mengembangkan proses pembelajaran di kelas. Melalui kebiasaan bertanya siswa, seorang guru dapat mengukur pemahaman siswa tentang materi tertentu, mengevaluasi cara pandang siswa tentang sesuatu hal.

Dengan bertanya, akan banyak hal yang selama ini tidak terpikirkan, menjadi tersingkap. Siswa pun akan tumbuh percaya dirinya, kemampuan analisis dan daya kritis, serta terbangun cara berpikir bahwa tidak mudah menerima atau mempercayai sesuatu tanpa ada pembuktian.

Itulah adalah dua hal contoh penerapan kemerdekaan belajar di ruang kelasku. Baik semasa pembelajaran daring, maupun saat pembelajaran tatap muka sebelum masa pandemi.

Membangun kemerdekaan belajar memang ada banyak cara. Tidak harus menggunakan cara yang rumit dan terlalu konseptual. Cukup melakukan sesuatu yang sederhana, tetapi memberikan ruang kebebasan kepada siswa adalah bagian dari kemerdekaan belajar. Bukan begitu?

Akhir kata, saya ucapkan salam merdeka belajar. Semoga bermanfaat.

 

Ikuti tulisan menarik Thurneysen Simanjuntak lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler