x

Iklan

Ihsan Mabruri

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 1 Desember 2021

Sabtu, 4 Desember 2021 20:43 WIB

Wujudkan Merdeka Belajar Melalui Permainan Tradisional

Permainan tradisional adalah salah satu warisan budaya nusantara. Banyak nilai-nilai luhur yang bisa dipelajari dari memainkan permainan tradisional.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Anak dan bermain bagaikan dua kepingan mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermain, baik seorang diri ataupun dengan teman-temannya. Anak biasa bermain di rumah, lingkungan sekitar atau bahkan di sekolah. Melalui suatu permainan, anak akan memperlajari banyak hal. Mungkin itulah sebab, orang-orang zaman dahulu menciptakan berbagai permainan tradisional sebagai sarana anak-anak untuk belajar. Sebuah permainan yang tidak hanya untuk bersenang-senang saja, namun juga ada ilmu pengetahuan atau keterampilan yang diajarkan.

Permainan tradisional yang biasa dimainkan anak jaman dahulu adalah engklek. Pada permainan engklek, anak bermain dengan cara melompat menggunakan satu kaki pada kotak-kotak yang telah dibuat.  Pada permainan ini, masing-masing pemain memiliki gaco, berupa pecahan genting atau batu yang digunakan untuk melempar. Masing-masing anak akan mengundi diri mereka untuk mendapatkan urutan giliran bermain. Pemenang dalam permainan ini adalah yang paling banyak memiliki rumah dari kotak engklek yang telah di gambar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

kolase permainan tradisional nusantara

Melalui permainan engklek, anak akan belajar banyak hal. Saat melompat dengan satu kaki melewati kotak-kotak engklek, mereka belajar pola keseimbangan dengan satu kaki. Kemampuan anak akan semakin terasah seiring semakin sering mereka bermain. Anak juga belajar disiplin, dengan menunggu giliran bermaian berdasarkan urutan yang telah diundi. Belajar berkompetisi dengan adil menjadi pelajaran paling berharga bagi mereka saat mereka berusaha mendapatkan kotak-kotak rumah engklek. Selain engklek ada lagi permaianan tradisional yang lain seperti patil lele.

Permainan patil lele merupakan permainan khas daerah jawa timur yang dimainkan dengan menggunaan tongkat kayu. Permainan yang menggunaan dua buah tongkat kayu, tongkat Panjang untuk pemukul dan tongkat pendek untuk dipukul ini, dimainkan secara berkelompok. Biasanya, pembentukan kelompok dilakukan dengan hompimpa, atau dengan cara sparing, yaitu masing-masing anak akan berpasangan berdasarkan kemampuannya yang seimbang. Masing-masing pasangan akan suit sehingga kelompok menang akan berkelompok dengan para pemenang suit begitu juga sebaliknya. Tim akan dibagi menjadi dua, tim pemukul dan tim penjaga. Masing-masing tim akan bergantian sehingga salah satu tim menjadi pemenangnya. Pemenang permainan patil lele ditentukan dari tim mana yang lebih dahulu mencapai skor yang telah ditentukan.

Dalam permainan patil lele, anak belajar menggunanak keterampilan motoriknya. Bagi tim pemukul, semakin mahir mereka memainkan patil lele, dia akan semakin cepat mendapatkan skor untuk dimenangkan. Sedangkan untuk tim penangkap, mereka akan mendapatkan nilai jika berhasil menangkap tongkat pendek. Permainan patel lele juga mengasah kemampuan kognitif anak. Anak akan belajar penjumlahan dan pengurangan. Hasil pukulan masing-masing pemain pemukul akan dijumlahkan dan pemain penjaga yang menangkap tongkat kecil akan mengurangi skor tim pemukul. Begitu banyak permainan tradisional lain seperti gobak sodor, ular tangga Panjang, cublek-cublek suweng dan lain-lain. Permainan tradisional itu apabila dimainkan, anak akan mempelajari sesuatu, tanpa sadar bahwa mereka telah belajar.

Keseruan Siswa SDN 1 Bugeman saat memainkan permainan ular tangga modifikasi sistem pencernaan manusia

Beberapa permainan tradisional telah dimodifikasi di kelas sedemikian rupa sehingga bisa dimasukkan materi-materi pembelajaran sesuai kebutuhan pembelajaran. Permainan ular tangga Panjang, dimodifikasi permianannya untuk pembelajaran IPA materi sistem pemcernaan manusia. Cara bermain tetap sama, yaitu ada ular tangga dan ada gerbangnya. Namun yang membedakan adalah masing-masing anak ular membawa identitas sendiri sesuai komponen makanan. Dan gerbangnya juga memiliki identitas berupa organ pencernaan makanan. Pada permainan ini anak saling bertanya, menjawab dan menentukan akan dibawa kemana anak ular komponen makanan berdsarkan pelajaran yang mereka dapatkan.

Melalui permainan tradisonal modifikasi, anak diajak untuk belajar sambil bermain. Mereka belajar dalam suasana yang menjadi kebiasaan dan kesenangan mereka, yaitu bermain. Dalam permainan ular tangga modifikasi, anak mempelajari alur sistem pencernaan makanan yang menyenangkan, sampai-sampai mereka tidak sadar telah belajar. Albyan Faeza siswa SDN 1 Bugeman menceritakan pengalamannya setelah permainan ular tangga modifikasi sistem pencernaan, bahwa sangat menyenangkan belajar di luar kelas. memainkan ular tangga bersama teman-temannya sambil mengikuti alur sistem pencernaan makanan membuat dia merasa telah mempelajari sesuatu tanpa sadar.

Alangkah indahnya, jika dunia anak saat ini bisa dikembalikan pada realitas dunianya. Anak-anak yang selalu bermain, memainkan sesuatu sebagai sarana mereka untuk belajar. Masalah anak-anak zaman sekarang adalah dengan begitu banyaknya media permainan yang terlepas dari nilai-nilai permainan tradisional. Permainan dengan kekerasan, pornografi dan nihil ilmu pengetahuan, yang biasa mereka mainkan melalui perangkat seluler. Sehingga tantangan guru zaman sekarang adalah bagaimana mereka bisa menghadirkan lagi Ruh permainan tradisional dalam aktivitas belajar. Karena sejatinya, mengembalikan anak pada naluri bermain mereka adalah sebuah keniscayaan sehingga terwujud sebuah Merdeka Belajar.

Salam Merdeka Belajar 

 

Ikuti tulisan menarik Ihsan Mabruri lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler