x

Dokumentasi saat saya melakukan project bersama anak didik saya dengan metode hybrid learning

Iklan

Saut H Siregar

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Desember 2021

Minggu, 5 Desember 2021 08:39 WIB

Belajar Nyaman dan Menyenangkan Sebagai Wujud Merdeka Belajar

Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi anak didik dan bagi guru itu sendiri sangat perlu sebagai wujud merdeka belajar. Hal itulah yang saya praktikkan di sekolah tempat saya mengajar.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Belajar Nyaman dan Menyenangkan Sebagai Wujud Merdeka Belajar”

 

Sejak duduk di bangku SD, seringkali bapak/ibu guru bertanya apa cita-cita anak muridnya. Saya selalu menjawab ingin menjadi seorang guru. Bahkan ketika menginjak SMP masih tetap ingin menjadi guru. Sampai akhirnya setelah SMA berubah sedikit, tetap tidak jauh berbeda yaitu ingin menjadi seorang dosen. Akhirnya kuliah di program studi pendidikan Kimia. Awalnya, saya berpikir akan menjadi seorang ahli kimia karena minimnya wawasan saya tentang jurusan kampus waktu itu. Maklum saya dulu tinggal di daerah yang jangkauan internet masih sangat susah dijangkau, tidak seperti sekarang. Setelah menjalani perkuliahan akhirnya paham kemana arah saya nantinya. Saat menyadarinya, saat itulah mulai muncul di benak saya, saya tidak ingin menjadi guru lagi. Akan tetapi, semakin saya jalani ternyata panggilan saya adalah menjadi seorang guru. Hal itulah yang membuat saya sampai sekarang menjadi guru.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Sekarang enam tahun sudah saya menjadi seorang guru di salah satu sekolah swasta di kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Awalnya seakan tidak ada tantangan. Hanya perlu mempersiapkan materi pelajaran, masuk kelas, mengajar, melakukan penilaian, dan selesai. Walaupun di tahun-tahun berikutnya mulai meningkatkan kualitas pengajaran, tetap saja terlihat biasa saja. Apalagi saya fokus akan target yang saya harapkan terhadap anak didik. Sampai pada akhirnya pandemi Covid-19 mengubah semuanya. Pembelajaran yang sudah terbiasa dengan tatap muka berubah menjadi jarak jauh. Jujur hal itu adalah tantangan yang besar bagaimana akan mendidik anak murid dari jauh. Namun dengan keraguan itu memotivasi saya mempersiapkan diri mendidik anak-anak dan sangat bersyukur dengan adanya usaha dan kerja keras semuanya bisa dilewati walaupun masih ada yang masih perlu diperbaiki ke depan.

 

Pandemi telah menegur saya untuk instropeksi diri. Sudahkah saya berhasil menjadi seorang guru bagi anak didik saya? Semuanya akhirnya berubah mulai dari menyampaikan materi pembelajaran melalui zoom meeting, memanfaatkan google classroom, dan beruntungnya ada google for education. Saya bisa memanfaatkan google formulir, google sheets, google meeting, dan lain-lain di dalam kelas daring. Hal itu sangat membantu menyampaikan pengajaran terhadap anak didik. Namun tetap saja kalau kita tidak mampu mengelola dan mengemasnya dengan baik, pembelajaran akan membosankan bagi anak didik. Disinilah saya berpikir keras apa yang harus saya lakukan agar anak didik merasa bahwa mereka benar-benar sekolah seperti sebelum pandemi. Bersyukurnya dengan adanya gagasan Bapak Menteri Pendidikan “Merdeka Belajar” menuntun saya untuk melakukan terobosan baru agar pembelajaran menjadi lebih bermakna.

 

Awalnya saya menentukan sendiri alur pembelajaran di dalam kelas. Tetapi akhirnya saya mengubahnya. Saya mencoba bertanya kepada anak didik mereka belajarnya mau seperti apa, apa penugasan yang mereka mau kerjakan, atau misalnya mereka mau membuat project apa. Saya melibatkan mereka dalam proses pembelajaran dan saya melihat mereka menyampaikan ide-ide yang luar biasa meskipun ada beberapa siswa yang memilih kata “terserah”. Mulailah saya menyelipkan games, seperti bamboozless, quizizz, dan masih banyak lagi yang tersedia di web yang bisa membantu saya melakukan penilaian terhadap anak didik. Di samping mereka nyaman belajar, mereka juga akan merasa senang dengan adanya variasi pembelajaran dari kita. Terutama ketika saya memberikan penugasan sesuai yang mereka mau, pastinya mereka akan lebih mengerjakannya tanpa beban karena itu pilihan mereka. Hal lain yang saya lakukan agar pembelajaran tidak berpusat kepada saya adalah melakukan project. Dengan melakukan project, saya bisa membimbing mereka dan sekaligus melakukan penilaian langsung bagaimana mereka mengerjakan project. Hal itu akan membuat mereka berpikir dan berkreasi.

Belajar menyenangkan

Berdasarkan pengalaman saya, media pembelajaran yang menarik sangat penting. Penyajian powerpoint dan video pembelajaran yang menarik akan merangsang mereka untuk semangat belajar yang awalnya mereka tidak ada niat belajar. Karena saya mengajar bidang IPA, saya selalu menyajikan seperti apa topik yang kami pelajari dalam hubungannya dalam kehidupan sehari baik melalui penayangan video dan literasi. Bersyukurnya ada banyak software atau bahkan aplikasi yang gampang dipelajari untuk dimanfaatkan mendesain sebuah media pembelajaran yang bagus dan menarik. Sekarang ini, saya sedang menggunakan Canva dan Smartappcreator untuk mendesain media pembelajaran saya, karena ketika saya ingin menyampaikan sesuatu kepada anak didik seperti bimbingan pengerjaan project, saya membutuhkan media tersebut ketika saya berbicara sehingga tidak terkesan  monoton.

 

Saya mau menceritakan pertama kali saya mencoba melibatkan anak didik saya dalam hal penugasan. Waktu itu saya menanyakan tugas apa yang ingin mereka kerjakan. Ada yang menjawab membuat video, tetapi hanya beberapa orang. Ada yang menjawab “terserah”. Lalu saya merespon dengan menyampaikan akan menunggu tugas mereka dan mengumpulkan pada saya secara pribadi sesuai dengan kesepakatan deadline pengumpulan. Saya menuggu sampai seminggu tidak ada yang mengumpulkan tugas mereka. Akhirnya pada pertemuan berikutnya saya menyiapkan beberapa pilihan tugas dan ada tambahan pilihan dari mereka saya masukkan ke dalam daftar. Lalu kemudian mereka bisa memilih tugas mana yang akan mereka kerjakan. Barulah mereka membuat pilihan dan mengerjakan tugas sesuai yang mereka pilih.

 

Sekarang ini, saya lebih mengurangi penugasan terhadap anak didik. Menurut saya jika sudah dianggap beban, maka hasilnya pun pasti tidak maksimal. Saya lebih sering menyuruh anak didik literasi seperti membagikan artikel-artikel, berita, dan bacaan yang  bisa memperkaya pengetahuan mereka selain dari buku pelajaran. Juga video-video yang berhubungan dengan pelajaran yang bisa didapatkan dari youtobe agar lebih bervariasi.

 

Menjadi seorang guru bagi saya tidak sebatas dia cakap dalam mengelola kelas, kreatif mengajar, dan pandai mentransfer ilmunya pada siswa. Tetapi tidak boleh diabaiakan bagaimana kita bersikap ramah dan responsif terhadap anak didik, karena dengan sikap ramahnya kita akan membangun koneksi yang kuat dengan anak didik. Kita tidak boleh berhenti belajar meningkatkan kualitas diri. Wadahnya saat ini sangat banyak tersedia. Pelatihan-pelatihan secara gratis dan bisa kita ikuti darimana saja. Asalkan ada kemauan yang tinggi saya merasa kita bisa memulihkan pendidikan.

 

Akhirnya menjadi guru adalah panggilan dari diri kita. Untuk itu teruslah semangat untuk mendidik dengan tulus, ikhlas, dan dengan sepenuh hati mengerahkan tenaga dan pikiran kita demi tujuan pendidikan yang sesungguhnya karena anak didik sangatlah berharga. Saya bangga menjadi seorang guru.

 

 

Ikuti tulisan menarik Saut H Siregar lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan