x

Gawai

Iklan

Ahmed Adrianov

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 12 November 2021

Minggu, 5 Desember 2021 12:25 WIB

Gawai

Gimana ceritanya kalo gawai punya sifat posesif ya?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

GAWAI

Mario’s confession *)

Namaku Mario. Aku adalah sebuah gawai, tepatnya sebuah smartphone alias ponsel pintar. Sebagai gawai yang sangat canggih, kami selalu menjadi tumpuan umat manusia di mana pun dalam aktivitas sehari-hari. Segala kegiatan manusia saat ini tak bisa lepas dari kami. Bisa dibilang, hampir tidak ada hal yang tidak bisa kami lakukan. Kami bisa melakukan apa saja. Dari mulai memproses tugas-tugas kantor yang berhubungan dengan transaksi keuangan yang sangat besar, perhitungan yang rumit, multimedia, animasi, grafis sampai dengan menyajikan hiburan seperti menonton film, mendengarkan musik, berita, sampai dengan melakukan aktivitas ringan seperti sekadar mengobrol dengan teman atau sanak saudara. Demikian besarnya peranan kami dalam setiap aktivitas, hingga tidak mungkin terpisahkan dengan kehidupan keseharian manusia saat ini. Kami memang sangat bisa diandalkan karena dilengkapi dengan bermacam-macam aplikasi untuk menunjang berbagai kegiatan manusia yang beraneka ragam. Sebagai sebuah ponsel pintar, sudah menjadi tugas kami untuk mengabdi kepada sang empunya, tuan atau majikan kami yang harus selalu kami layani dalam kehidupannya sehari-hari, kapan pun dan di mana pun itu. Singkatnya, kami harus selalu siaga selama 24/7 – dua puluh empat jam, tujuh hari seminggu demi sang majikan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagiku, Nadia sudahlah lebih dari seorang majikan. Ia memperlakukanku dengan sangat baik. Karena itu aku menjadi sangat senang berada di dekatnya. Kami sudah bersama sejak empat tahun yang lalu, saat Nadia baru mulai berkuliah. Saat ini ia sudah lulus kuliah dan sudah bekerja. Nadia adalah seorang gadis yang cerdas dan menyenangkan. Tentu saja aku bisa memberitahukan lebih banyak lagi tentang Nadia termasuk hobinya, makanan favoritnya, film apa yang sudah ditontonnya, bahkan tipe cowok idamannya, karena pastinya semua data tersebut sudah tersimpan rapi dalam internal storage-ku, ponsel pintar kesayangannya merangkap asisten pribadi satu-satunya yang paling setia.

***

Narasi cerita

Sore itu sepulang dari kantor, Nadia bergegas masuk kamar. Ia menuju meja di sudut ruangan dan mengambil posisi duduk yang nyaman di sana. Sambil menghela nafas panjang, ia memperhatikan pantulan wajahnya di cermin kecil yang ia letakkan di antara buku-buku di atas meja. Meskipun sedikit letih, wajahnya terlihat sumringah. Kemudian ia mengeluarkan sebuah buku diary dari dalam laci. Sudah menjadi kebiasaannya untuk mencurahkan apa-apa yang sedang ia rasakan ke dalam buku diary. Ia sudah melakukan kebiasaannya menulis diary semenjak ia duduk di bangku SMP.

Dear Diary, ia mulai menulis, Hari ini aku rasanya capek banget sekaligus bahagia. Capek banget karena di kantor lagi banyak kerjaan tapi bahagia karena besok libur. Btw besok rencananya aku akan ketemuan sama seseorang. Namanya Farhan, kalo liat fotonya di Tinder sih sepertinya dia baik orangnya. Untungnya dia setuju aja aku minta ketemuan di kafe yang baru dibuka di ujung jalan itu, jadi aku ga usah repot-repot, tinggal jalan juga nyampe.. heheh…

Ia berhenti sejenak, senyum tipis tersungginng di bibirnya. Sambil memutar-mutar bolpoin di tangannya ia mencoba mengingat-ingat sesuatu. Tak lama kemudian ia melanjutkan menulis, Dear Diary, kamu inget kan bulan kemarin beberapa kali aku pernah janjian sama cowok, tapi Tinder-nya error terus sampe akhirnya ga jadi ketemuan? Nah, semoga aja besok ga kejadian seperti gitu lagi yah.. wish me luck, please.. Kalau nanti sampai error lagi, mungkin udah saatnya ganti hape.. heheh…

“Ooaahhhmmm..!” Nadia menguap lebar tak kuasa menahan rasa kantuknya. Buru-buru ia menutup buku diary-nya dan melompat ke atas tempat tidur.

***

Mario’s confession *)

Namaku Mario. Aku adalah sebuah gawai, tepatnya sebuah smartphone alias ponsel pintar. Kemarin, Nadia mengunduh ulang aplikasi dating online-nya. Kalau mau jujur, sebenarnya tidak ada yang salah dengan aplikasi yang lama. Seandainya saja ia tahu kondisi yang sebenarnya, mungkin ia akan sangat marah kepadaku. Akulah yang sebenarnya harus dipersalahkan, karena dengan sengaja melakukan sabotase pada operating system sehingga mengakibatkan aplikasi itu seolah-olah error. Tentu mudah saja bagiku untuk melakukannya, sama artinya dengan mengendalikan sistem dalam diri sendiri; Semudah seseorang yang berpura-pura mengatakan ia sakit kepala hanya untuk menghindari kerja lembur, misalnya. Tak perlu diragukan, tujuanku bukanlah untuk menyusahkan Nadia, tapi semata-mata adalah untuk menjaganya dari orang-orang di luar sana yang belum tentu memiliki niat baik. Sudah menjadi kewajibanku untuk selalu menjaga Nadia, apapun risikonya.

Namaku Mario. Aku adalah sebuah gawai, tepatnya sebuah smartphone alias ponsel pintar. Sebagai sebuah gawai yang notabene hanya merupakan sebuah alat bagi manusia, semestinya tidaklah patut bagiku untuk membiarkan perasaanku tumbuh dan hidup seperti layaknya manusia dan benda-benda bernyawa lainnya. Aku hanyalah sebuah benda mati, dingin dan statis. Untuk itu, biarlah perasaanku ini hanya aku saja yang tahu. Sebuah perasaan cintaku yang besar kepada seorang gadis bernama Nadia, yang mengalami kejadian aneh yang berujung dengan kegagalan hubungan asmaranya lantaran aku, gawainya yang selama ini menghalangi acara-acara kencannya.

Namaku Mario. Aku adalah sebuah gawai, yang selama ini memendam rasa cinta kepada seorang gadis, yang tidak akan pernah bisa terungkap.

***

04/12/2021

Catatan:

*) Bagian ini terpisah dari narasi cerita, dimaksudkan sebagai perenungan dan pengakuan (inner contemplation) dalam diri tokoh Mario.

Ikuti tulisan menarik Ahmed Adrianov lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler