x

Iklan

Rahadyan Yafi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 November 2021

Rabu, 8 Desember 2021 10:25 WIB

Wisata Masa Lalu...

Si anak famous, berprestasi, supel ramah, dan seorang kpopers. Mungkin, itu kata-kata yang tepat untuk menggambarkan Tomo. Setelah pindah ke sekolah baru, banyak sekali improvement yang dialami Tomo. Walaupun berasal dari keluarga yang biasa-biasa aja, tapi, ia mampu bersaing dengan kawan-kawannya. Di sekolah barunya, ia bersahabat dengan Rian. Tak disangka, Rian sudah sering menusuknya dari belakang. Tomo mencoba memendam semua ini sendirian, hingga akhirnya semua rasa ini mulai berkoar-koar. Karena tak tahu harus bercerita dengan siapa, ia memutuskan untuk membeli buku diary. Kira-kira, apa yang terjadi setelah Tomo mencurahkan isi hatinya? Apakah sesuatu tidak terduga akan terjadi kepadanya?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Wisata Masa Lalu..

Kenalin, namaku Tomo. Sekarang aku duduk dibangku kelas 7. Aku bersekolah di Earthix Academy. Ini kisah perjalanan “Wisata masa lalu” yang pernah ‘ku alami.

Sekolahku bisa dibilang sebagai sekolahnya “anak orang elit”. Kebanyakan teman-temanku lahir di keluarga yang berkecukupan, seperti anak direktur utama di sebuah perusahan, anak seorang dokter, dan lain sebagainya. Mereka selalu diantar-jemput dengan mobil mewahnya. Mereka juga selalu menggunakan barang branded dari ujung kepala hingga ujung kaki, mulai dari sepatu, tas, sampai dompet. Bahkan, mereka juga punya hp keluaran terbaru.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Wow! Sepertinya, mereka sudah ditakdirkan kaya 7 turunan, haha”, Ucapku dalam hati sambil terkagum melihat mereka. Biaya masuk ke sekolahku pun gak murah, makanya sekolahku sering disebut sebagai “sekolahnya anak sultan”. Awalnya, aku merasa minder, karena, jujur saja, aku bukan anak orang kaya, tetapi, anak dari keluarga yang biasa saja. Ayahku bekerja sebagai pengusaha properti dan ibuku bekerja sebagai pegawai bank ternama. Ya, aku memang bukan terlahir dari keluarga berada, tapi aku yakin aku bisa bersaing dengan mereka. Beda dengan teman-temanku yang lainnya, aku selalu diantar-jemput menggunakan motor merk "Hondo" milik ayahku. Terkadang, aku merasa iri, tapi, aku selalu yakin kepada diriku sendiri, bahwa aku bisa menjadi orang sukses dimasa depan.

“Aku akan membanggakan ayah-bundaku. Aku akan tunjukkan, walaupun aku tidak terlahir dari keluarga yang kaya, aku tetap bisa bersaing dan meraih mimpiku”, Ujarku dalam hati dengan mata yang berbinar-binar. Di sekolah inilah, perjalanan baruku dimulai. Sebelum pindah ke Lembaga Pendidikan Earthix, aku pernah bersekolah di Worldist Academy. Jika kalian bertanya,

“Mengapa kamu memutuskan pindah sekolah?”, aku pun bingung harus menjawab bagaimana. Karena aku pindah ke Earthix Academy bukan karena apa-apa, bisa dibilang seperti “tanpa alasan”.  Awalnya, ayahku mengajak pindah ke Earthix Academy agar bisa menjaga kakak perempuanku di sana, jadinya, aku mengiyakan perkataan ayah. Kira-kira, gitu deh, ceritaku bisa pindah ke Earthix Academy “tanpa alasan”. Gimana?? Kalian kaget gak? Haha, ya, aku memang punya kakak perempuan, namanya Mira. Dia memiliki kepribadian yang supel serta ramah. Aku dan kakakku merupakan salah dua murid yang bisa dibilang “Famous” di Earthix Academy. Kita famous bukan karena suka nge-labrak orang kayak di sinetron-sinetron gitu, tapi, karena prestasi kita. Gak ada orang yang gak kenal kita dan kedua orang tua kita, haha. Okay, cukup basa-basinya sampai sini, let’s go back to the story.

“Hari ini, hari pertamaku pergi ke sekolah baru.. Aku harus semangat demi masa depanku yang cerah dan orang tuaku..”, Ujarku sembari memotivasi diriku sendiri. Setelah 15 menit perjalanan, akhirnya, aku tiba di sekolah baruku, yakni Earthix Academy.

“Wah! Sekolahnya megah sekali, bak istana kerajaan.. Haha”, Itulah kesan pertamaku ketika melihat gedung sekolah untuk pertama kalinya. Ketika aku memasuki lorong sekolah, terasa aura klasik nan mewahnya. Setelah terkagum-kagum melihat sekolah, aku pun mulai mencari ruang kelas.

“Akhirnya, ketemu juga kelasnya..”, Ucapku dengan napas terengah-engah karena berlarian mencari ruangan kelas. Ketika aku mulai menginjakkan kaki ke dalam kelas, terasa sekali aura “mahal” dari teman-temanku.

“Halo, selamat pagi”, Ucapku sembari menyapa seisi kelas sambil melambaikan tangan. Kemudian, mereka pun membalas sapaanku,

“Hai.. kamu anak baru ya??”, Tanya mereka.

“Iya, salam kenal semua..”, Jawabku sambil berusaha tersenyum, walaupun sebenarnya canggung. Setelah saling menyapa, akupun mulai memilih bangku yang akan aku tempati. Bel masuk pun berbunyi, kami semua mulai berdoa dan ikrar bersama-sama. Tiba-tiba ustazah bertanya,

“Yang anak baru tolong angkat tangan..”. Lantas, aku dan temanku yang berasal dari Balikpapan mengangkat tangan. Ya, kamilah kedua murid baru tersebut. Akhirnya, ustazah mempersilakan kami untuk memperkenalkan diri.

“Assalamualaikum, hai! Namaku Ridho. Aku pindahan dari Balikpapan”, Ujar Ridho.

“Waalaikumussalam, hai Ridho!”, Jawab seluruh kelas dengan serentak. Setelah sekitar 10 menit Ridho memperkenalkan dirinya, tiba giliranku untuk memperkenalan diri.

“Assalamualaikum, halo! Namaku Tomo. Aku pindahan dari Worldist Academy. Salam kenal semua..”, Ujarku sambil tersenyum lebar dengan hati yang berdegup kencang.

“Waalaikumussalam, halo Tomo..”, Jawab mereka dengan serentak. Kemudian, setelah memperkenalkan diri, kami bersiap-siap pergi ke lapangan untuk melaksanakan apel. Pada saat itu, cuaca memang sedang panas, sehingga sedikit demi sedikit tetesan keringat pun mulai membasahi wajah kami.

“Duh, panase! Ndang mbalik ke kelas po’o.. Sumuk iki..”, Keluh teman-temanku.

“Semuanya juga kepanasan kali.. emang lu pikir, lu doang yang kepanasan?? Haha..”, Ujarku dalam hati sambil tersenyum kecil. Setelah 1 jam kami menjalani apel, akhirnya, kami bisa kembali ke kelas.

“Akhirnya, kita mbalik ke kelas..”, Ujar teman-temanku yang tampak lelah sebab apel tadi pagi. Setelah sekitar 15 menit, tiba-tiba, datang guru BK.

“Waduh! Kenapa ini??”, Ucapku dalam hati sambil bertanya-tanya. Kemudian, ustazah tersebut membagikan kertas HVS ke seluruh siswa di kelasku. Kemudian, beliau berkata,

“Nah, ustazah sudah bagikan kertasnya, silakan kalian bisa gambar cita-cita kalian di selembaran kertas itu”. Lantas, kami pun menggambar cita-cita kami. Tiba-tiba, 2 teman sebangku ‘ku berkata,

“Wih! Apik pek, gambare Tomo..”. Aku hanya membalas pujiannya dengan tersenyum kepadanya. Padahal, sebenarnya aku lagi nge-“fly”, haha. Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 11.15 WIB, ini waktunya makan siang. Lantas, kami pun berdoa dan mengantre mengambil makanan. Setelah makanan kami habis, kami langsung bergegas pergi ke masjid untuk melaksanakan salat berjamaah. Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 12.15 WIB, kami mulai bersalam-salaman sesama murid, lalu, kembali ke kelas masing-masing.

“Baik, anak-anak.. sekarang waktunya doa pulang.. Silakan ketua kelas memimpin doanya..”, Ujar ustazah.

Isti’dadan.. Sikap berdoa ! Doaan !”, Ucap Putra, sang ketua kelas. Lantas, kami pun berdoa bersama-sama. Kemudian, bel pulang berbunyi, saatnya pulang. Sesampainya di rumah, aku pun langsung bercerita banyak hal ke orang tuaku.

Tak terasa, satu semester sudah ‘ku jalani di Lembaga Pendidikan Earthix Academy. Tiba saatnya untuk liburan kenaikan semester. Tanpa kusadari, liburan usai. Saatnya memasuki semester 2. Sayangnya, di hari pertama, aku gak bisa masuk. Karena, pada saat itu aku lagi diare. Agak sedih sih, tapi gimana lagi?? Tapi, kondisiku kian membaik, dokter pun mengatakan bahwa aku sudah bisa masuk sekolah besok.

”Yey..”, Ujarku dalam hati sambil kegirangan. Pada malam itu juga, aku mulai mempersiapkan semua peralatan sekolah. Keesokan harinya, aku pun berangkat ke sekolah. Sesampainya di sekolah, aku bergegas pergi ke kelas.

“Akhirnya, bisa nge-hirup udara di kelas ini lagi, haha..”, Ucapku dalam hati. Namun, ada pemandangan yang berbeda di kelasku. Ternyata, ada anak baru lagi, omg! Haha. Namanya Bagus, dia pindahan dari Public School. Akhirnya, kami menjalankan semester 2 ini bersama-sama, tentunya dengan hati yang senang dan bahagia. Tak terasa, PAT dan liburan kenaikan kelas sudah di depan mata. Umur kami pun bertambah satu tahun, cukup sedih untuk menerima kenyataan bahwa kami akan semakin tua, haha.

Setelah menjalani PAT, liburan kenaikan kelas tiba. Inilah saat yang tepat untuk meluangkan waktu bersama keluarga.

Liburan kenaikan kelas sudah berlalu, kini, saatnya kami masuk ke sekolah lagi, dengan tingkatan yang lebih tinggi, yakni kelas 4.

“Huh! Kok udah masuk sih?!?!”, Keluh teman-temanku. Aku hanya bisa tertawa mendengar perkataan mereka. Tak terasa, sudah setengah jalan kami lalui semester 1 ini. Ada hal yang membuatku sedih, salah satu sahabatku yang bernama Abror akan pindah ke Ponorogo. Sedih sih, tapi gimana lagi? Ikhlasin aja, setiap pertemuan pasti ada perpisahan, tidak ada yang abadi, kecuali Allah SWT. Setelah mendengar kabar tersebut, aku selalu mencoba untuk meluangkan waktuku bersama Abror. Tak terasa, semester 1 di kelas 4, sudah selesai. Kini saatnya mengucapkan “Selamat tinggal” ke Abror.

“Abror, hati-hati di jalan ya.. Jangan lupakan kami! Jika ada waktu, jangan lupa mampir ke Surabaya ya.. Byee”, Ketikku di grup WA kami berdua. Lantas, ia pun membalas pesanku,

”Iya, mo.. Aku pergi dulu ya! Jangan lupa hafalan Qurannya ditambah, biar kita jadi hafiz bareng-bareng, haha.. Aku pergi ya, byee.. Assalamualaikum..”. Aku pun membalas pesannya.

“Waalaikumussalam, hati-hati Bror..”. Aku tak ingin larut dalam kesedihanku, akhirnya aku menjalani semester 2 ‘ku, tanpa sahabatku, dengan hati yang senang tentunya.

“Yes! Besok semester 2!! I should be a better person.. Semangat Tomo!”, Ucapku dalam hati. Akhirnya, hari yang ‘ku tunggu-tunggu datang, yakni semester 2. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 WIB, saatnya kami memulai hari dengan berdoa dan ikrar seperti biasanya. Tiba-tiba, wali kelasku berkata,

“Hari ini, kita akan kedatangan teman baru.. Silakan masuk, Riki..”. Kami pun terkejut, entah mengapa, seketika kelas menjadi ramai seperti pasar. Setelah dipersilakan masuk, anak baru itu pun mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas sembari mengucapkan salam.

“Assalamualaikum..”, Ucap anak baru itu. Lantas, kami pun menjawab,

“Waalaikumussalam..”. Setelah anak baru itu maju ke depan kelas, aku dan sahabatku yang bernama Rian pun meng-“gibah” bersama. Gak usah dibahas lah ya, namanya juga aib, haha. Kami menerima anak baru itu dengan senang hati. Time flies so fast, tak terasa, esok adalah waktunya PAT. Itu tandanya, sebentar lagi kami akan naik kelas, yakni kelas 5. Di sinilah “drama hidupku” di mulai, haha.

Setelah 7 hari kami melaksanakan PAT, akhirnya, tiba saatnya liburan kenaikan kelas. Dua minggu telah berjalan, kini saatnya kami masuk sekolah. Rasanya, setiap tahun di kelasku selalu ada murid baru. Kali ini namanya Fathiir. Dia murid pindahan dari Medan. Percaya atau gak, dia gak bisa lancar bicara bahasa Indonesia. Itu membuatku terkejut, seriusan deh. Tapi gapapa, untungnya aku dan Rian bisa berbicara bahasa Inggris, jadi, itu memudahkan kami untuk berkomunikasi dengan Fathiir.

Aku dan Rian sudah seperti saudara. Bahkan, aku sudah mengenal semua anggota keluarganya, haha. Setiap minggu, aku selalu main ke rumahnya. Tapi, suatu hari, tepatnya hari Minggu, kami mengerjakan tugas bersama. Tugas yang kami kerjakan adalah tugas klipping bahasa Arab yang diberikan oleh ustaz. Semua berjalan dengan lancar, tapi, esok harinya, Rian tampak menghindar dan enggan berbicara dengan ‘ku.

“Rian kenapa ya?? Kok kayaknya dia gak mau ngobrol sama aku? Apakah aku kemarin berbuat salah?? Perasaan kemarin kita cuma ngerjain tugas sama bercanda aja deh.. Biasanya, kalau Rian udah begini, tandanya dia lagi benci sama aku.. Udah berkali-kali aku disakitin sama Rian, “circle” dia juga toxic, apa ini saatnya aku harus pisah sama Rian ya??”, Tanyaku dalam hati dengan perasaan yang campur aduk. 3 hari sudah berlalu, kami tak kunjung berbaikan. Lantas, aku merasa sedih.

“Sepuluh kali disakitin Rian, sedih pasti.. Tapi, gapapa, ikhlasin dan sabarin aja.. Mungkin, ini bisa jadi ladang pahala buat dirimu. Semangat Tomo!”, Ucapku dalam hati sembari memotivasi diriku sendiri.

Tak terasa, bel makan siang sudah berbunyi, ini saatnya kami makan siang. Aku gak sadar, kalau salah satu teman “geng” -nya Rian, yaitu Emir sedang mengejekku.

"Ih, penyembah plastik (kpopers) kok dikancani..". Aku baru sadar setelah diberi tahu 2 sahabatku yang paling baik, mereka bernama Artha dan Reyhan.

“Jujur, aku kesel lihat mereka ejek kamu! Kenapa gak kamu tonjok aja sih?!?! Awas aja, kalau aku ketemu mereka, bakal hancur lebur mereka.”, Ujar Artha.

“Aku lho gapapa kalau diejek-ejek. Lagian, aku dah kebal, haha.”, Ucapku pada Artha dan Reyhan. Ujian tak berhenti begitu saja, mereka juga merestas akun IG-ku dan akun IG milik bundaku. Itu membuatku marah, tapi aku gak bisa mengungkapkannya, karena pada saat itu, orang tuaku gak tahu apa-apa. Akhirnya, aku dan kakakku, Mira, memutuskan untuk mengubah password IG kami dan mengaktifkan autentifikasi 2 faktor. Gara-gara kejadian itu, aku jadi susah tidur dan suka nangis setiap malam. Dan itu berlangsung selama 1 bulan. Di satu bulan itu, aku merasa frustrasi, aku bingung harus melakukan apa. Akhirnya, aku memutuskan membeli buku “diary” untuk mencurahkan isi hatiku. Ketika aku sampai di toko buku, terasa aura berbeda. Entah aura apakah itu, tapi, aku mencoba berpikir positif, 

"Mungkin karena toko ini sudah lama..", Ujarku dalam hati. Tak peduli bagus atau jelek cover bukunya, aku langsung membeli buku diary untuk mencurahkan uneg-unegku. Sesampainya di rumah, aku langsung membuka plastik yang masih menempel di buku diaryku. Kemudian, aku mulai menuliskan curahan hatiku.

“Dear diary, andaikan aku bisa kembali ke masa kecilku yang indah. Masa kecil yang selalu dipenuhi cinta dan kasih sayang. Masa dimana aku tidak mengenal tugas, PR, dan deadline. Jujur, Aku sudah lelah dengan semua ini, tapi, aku tak tahu harus bagaimana lagi.”, Tulisku pada buku diary tersebut. Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB, ini saatnya untuk tidur. Tiba-tiba, aku mendengar suara tangis bayi, lantas aku pun terheran-heran,

“Suara apa ini??”. Saat aku membuka mata, aku terkejut, karena melihat bundaku sedang berjuang melahirkan diriku.

“Ini aku lagi mimpi atau gak nih??”, Ucapku sambil terheran-heran. Sontak, aku langsung mencubit pipiku,

“Aww, sakit.. Berarti ini bukan mimpi dong??”. Tiba-tiba, daerah sekitarku menjadi buram. Tak disangka, aku melihat diriku yang masih kanak-kanak memasuki sekolah untuk pertama kalinya. Tiba-tiba, daerah sekitarku menjadi buram lagi, kemudian, aku dibawa ke momen diriku memasuki jenjang SD untuk pertama kalinya. Tak sadar, air mata sudah membasahi pipiku, sontak aku pun menyeka air mataku.

“Ya Allah, kangen banget sama masa kecilku.. Masa di mana aku tidak mengenal beban tugas dan PR. Yang ‘ku ketahui saat itu hanyalah bermain..”, Ucapku dalam hati sambil menyeka air mata. Tiba-tiba, aku mendengar bunyi alarm yang sangat keras. Kemudian, aku pun terbangun.

“Berarti, tadi cuman mimpi ya?? Tapi, kok kerasa nyata banget ya?”, Ucapku sambil menyeka air mata. Jujur saja, sebenarnya, jika aku punya masalah dengan teman-temanku di sekolah, aku selalu memendamnya sendirian. Hingga akhirnya, rasa capek ini sudah berkoar-koar. Biasanya, di masa-masa inilah aku rindu dengan masa kecilku.

“Terima kasih, ya Allah.. Sudah kasih aku kesempatan menjelajahi masa kecilku lagi, walaupun hanya sebentar dan hanya lewat mimpi.. Tapi, aku berharap, aku bisa melakukannya lagi..”, Ucapku dalam hati dengan air mata yang sudah membasahi pipiku.



 

 

Ikuti tulisan menarik Rahadyan Yafi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

13 jam lalu

Terpopuler