Merawat Harapan Dari Orang Sakit Untuk Orang Sakit

Rabu, 8 Desember 2021 23:14 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Semangat hidup, pantang menyerah dan mentalitas yang kuat mampu membuat penderita sakit bertahan dan bahkan sembuh dari penyakit. Ini sudah dibuktikan oleh Emu.

Welhelmus Eduardus Nahak alias Emu (48), usianya sempat divonis dokter hanya tersisa tiga hari akibat penyakit HIV/AIDS yang diidapnya. Kejadian itu dialami Emu, saat menjalani perawatan medis selama dua pekan di rumah sakit, akibat penyakit yang terus menggerogoti tubuhnya sejak tahun 2010 silam. Ia pun sempat putus asa ketika menerima vonis itu.

Pria asal Kelurahan Oepura, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) selama dua pekan harus berjuang melawan virus mematikan di tubuhnya. Berkat dukungan istri dan tiga anaknya, dia akhirnya bisa melewati masa kritis dan bisa bertahan hidup hingga saat ini. Meskipun, Emu harus mengonsumsi obat seumur hidupnya. Emu merupakan salah satu Orang Dengan HIV/Aids (ODHA) yang masih bertahan hidup hingga sekarang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saat menikah pada tahun 1996 lalu, ia masih sehat walafiat hingga memiliki tiga orang anak. Namun, karena pola hidup yang kurang terkontrol, ia pun terkena virus HIV. Saat masuk rumah sakit, bukan saja menderita HIV namun ada pula penyakit lain yang menyertai, yakni TB Paru.

Komplikasi penyakit yang dideritanya, membuat dia nyaris lumpuh dan tak berdaya. "Penyakit itu sempat membuat saya putus asa dan drop," ungkap dia. Dalam perwatan, dokter malah memvonis usianya tak akan lama. Tapi mentalnya justru bangkit dan membuat dia ingin bertahan hidup demi istri dan anaknya.

Berkat semangat juang yang tinggi, dua pekan pun terlewati dan Emu justru perlahan mulai sembuh. Ia pun bersyukur mendapat dukungan penuh dari istri serta anaknya, yang dengan setia merawat dan memperhatikannya. Emu akhirnya diperbolehkan keluar rumah sakit setelah berhasil melewati masa kritis. Dia bisa kembali ke rumah dengan sejumlah resep dokter dan harus mengonsumsi obat sepanjang hidupnya. "Harus telaten dan tertib konsumsi obatnya," kata dia.

Begitu dahsyatnya semangat hidup Emu. Dia pun optimistis, setiap ODHA bisa bertahan hidup asalkan ada kemauan dan motivasi untuk bertahan dan berkeinginan untuk sehat. "Harus jujur bahwa banyak yang tidak percaya kalau ODHA bisa hidup sehat kembali. Saya sudah 11 tahun hidup pasca terinfeksi HIV dan tetap bisa beraktivitas seperti biasa sampai saat ini," kata dia.

Pengalaman menjadi ODHA inilah yang membentuk motivasinya untuk menjadi konselor dan motivator bagi para ODHA yang lain. Keyakinan dan semangat pantang menyerah, telah terbukti menjadi faktor yang ikut menentukan kesembuhannya.

Demi menularkan motivasi dan keyakinannya untuk pantang menyerah, ia pun memutuskan untuk mendirikan LSM Perjuangan sebagai rumah singgah bagi ODHA. Tak hanya itu, ia pun kini bergiat sebagai relawan bencana alam. "Sekarang, saya aktif sebagai relawan penanggulangan bencana alam (Tagana) NTT," ujar Emu, seperti dikutip sejumlah media, Selasa (12/10/2021).

Dia menuturkan, sebelum mendirikan LSM Perjuangan, dirinya sempat menjadi relawan pada LSM Flobamor Jaya Peduli, yang konsen dengan penderita HIV/AIDS. Namun, sejak 14 Februari 2014 lalu, ia menggagas pendirian LSM Perjuangan setelah ia kembali mengikuti pelatihan konselor di Yogyakarta.

Emu sempat memeriksakan kesehatannya di rumah sakit serta dinyatakan sehat walaupun tetap mengkonsumsi obat-obatan karena secara medis belum ada obat yang menyembuhkan HIV/AIDS.

LSM Perjuangan yang dirintisnya mendampingi dan merawat sejumlah warga yang terkena HIV dan penderita AIDS. Ia menyadari banyak ODHA yang cenderung tertutup dan tidak terbuka akan keadaannya kepada keluarga dan lingkungan. Padahal, keterbukaan sangat penting sehingga ada dukungan keluarga dan lingkungan.

Menurut Emu, pengindap AIDS yang cenderung menutup diri justru memacu tingginya risiko penderita yang meninggal. Karena kondisi yang tidak terbuka itu, malah membuat penderita menjadi sulit dirawat. Itu sebabnya, Emu bertekad menyelamatkan penderita lainnya dengan memberikan pendampingan dan berbagi pengalaman, menebarkan optimisme dan menularkan semangat untuk bertahan hidup.

Dalam pendampingan, penderita diajak untuk lebih peduli terhadap perasaan atau emosi yang dialami. Mereka dibuat untuk lebih terbuka dan menjadi tidak segan untuk jujur pada kondisi kesehatannya, baik fisik maupun mental.

Mengenali kesehatan mental yang kita miliki merupakan bentuk kepedulian terhadap diri. Dengan begitu, kita akan lebih mudah untuk memahami dan mengontrol diri. Terbukti, semangat hidup dan mentalitas yang kuat mampu membuat penderita bertahan dan bahkan sembuh dari penyakit. "LSM yang saya dirikan termotivasi karena pengalaman pribadi dan LSM ini dari orang sakit untuk orang sakit, sehingga saya memberikan pendampingan," imbuh dia.

Upaya Emu tidak sia-sia. Beberapa ODHA yang pernah dirawat di LSM Perjuangan saat ini sudah sembuh dan bahkan sudah menjadi relawan bagi penderita lain.

LSM Perjuangan masih terus konsisten bergerak. Pendampingan yang dilakukan, yakni layanan kesehatan dan terapi HIV dengan mengingatkan penderita agar mengonsumsi obat tepat waktu. Pihaknya juga mendampingi keluarga ODHA agar menjadi Pengawas Minum Obat (PMO) bagi ODHA itu sendiri. "Pendampingan oleh LSM Perjuangan pun dilakukan sepanjang masa tanpa batas waktu," ujar dia.

Emu juga mengungkapkan, para ODHA seringkali kesulitan mendapatkan pekerjaan karena adanya stigma negatif dari masyarakat terkait keberadaan ODHA. Untuk itu, LSM Perjuangan melakukan pemberdayaan ekonomi dan memberikan modal usaha, sehingga saat ini banyak ODHA yang memiliki usaha mandiri seperti warung makan, mebel dan kios.

Emu juga berusaha menepis anggapan kalau orang terinfeksi HIV/AIDS disebabkan pergaulan bebas dan menikmati dunia malam. Namun anggapan tersebut dianggap keliru, karena kebanyakan ODHA adalah ibu rumah tangga, ada tokoh agama, ada perawat dan bukan saja dari anak muda atau laki-laki dewasa.

Emu pun bersyukur dengan dukungan dari pemerintah, karena saat ini di setiap kelurahan di Kota Kupang sudah ada wadah Warga Peduli Aids (WPA) yang melibatkan berbagai elemen masyarakat.

Ia sendiri mengaku kalau LSM-nya sempat mendapatkan bantuan pemerintah provinsi NTT dan Kota Kupang, namun saat ini dia ingin LSM yang ia bentuk tidak dimanja sehingga masih tetap mandiri dan tidak bergantung pada donasi dari lembaga lain.

Untuk saat ini LSM Perjuangan juga mendampingi 214 ODHA di Kota Kupang, 350 ODHA di Kabupaten TTS dan sejumlah ODHA lain di Kabupaten Malaka, Belu, Rote Ndao, Sabu Raijua, Kabupaten Kupang dan Alor.

Sementara Emu sendiri kini tengah menampung dan mendampingi dua orang warga yang menderita HIV/AIDS di rumahnya, sejak tahun 2019 lalu. Ia bersyukur kalau para penderita ini sudah mulai pulih dan sudah bisa berjalan walau belum sepenuhnya normal, karena sebelumnya mengalami kelumpuhan.

Ia berharap keberadaan ODHA tidak dikucilkan oleh masyarakat dan meminta agar tidak ada diskriminasi di dunia kerja tetapi diberikan peluang yang sama karena ODHA bisa sembuh asalkan ada keterbukaan, kepedulian dan niat yang tulus.

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler