x

Gambar di atas menggambarkan bahwa literasi tidak hanya membaca tetapi juga menulis.

Iklan

Luthfia Annisa Zahra

Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Bergabung Sejak: 15 Desember 2021

Kamis, 16 Desember 2021 14:28 WIB

Literasi Sastra pada Kawula Muda

Literasi sastra merupakan kegiatan positif yang bermanfaat. Literasi tidak melulu membaca novel atau cerita tetapi juga bisa membuat novel atau cerita dari gagasan yang kita punya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Literasi menurut KBBI adalah kemampuan menulis dan membaca, pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu, serta kemampuan indivisu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup.

Sebagian orang memiliki konsep bahwa literasi adalah hanya membaca Novel. Padahal, Literasi adalah membaca semua sumber belajar, membaca semua materi, membaca semua ilmu pengetahuan, dan menulis hal tersebut. Jadi bukan melulu bahwa literasi adalah membaca novel.

Dengan kegaitan utamanya yaitu membaca dan menulis, lalu siswa harus mampu menganalisis, meresume, berargumentasi dan lain-lainnya. Artinya, siswa atau peserta didik harus mampu membaca dan memproduksi bahan bacaannya. Dengan cara apa? Salah satunya adalah berkarya. Karya yang bagaimana sih? Siswa dapat mengembangkan kemampua menulis dengan cara mengembangkan dari apa yang telah dibacanya. Dari yang tadinya satu kata menjadi satu paragraf.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun, generasi muda di Indonesia memang tidak memiliki tradisi membaca dan menulis yang baik. Keterbatasan yang dimiliki oleh masyarakat dalam penunjang minat literasi kebanyakan tidak memadai. Hal itulah yang menyebabkan rendahnya tradisi membaca dan menulis di Indonesia.

Bahkan bersadarkan penelitian UNESCO pada 2016 menunjukkan, kebiasaan membaca di Indonesia tergolong sangat rendah. Hasil studi berjudul "The World’s Most Literate Nations" menyebutkan, Indonesia berada di peringkat ke-60 dari 61 negara.

Selain itu, berdasarkan survei PISA yang dirilis OECD pada tahun 2019, tingkat literasi Indonesia berada di peringkat 10 terbawah dari 70 negara.

Rendahnya budaya literasi di Indonesia menjadi tantangan yang perlu disikapi dari tahun ke tahun. Keterbatasan akses terhadap sumber bacaan kerap jadi masalah dalam meningkatkan tingkat literasi di Indonesia.

Pemerintah menyikapi hal ini dengan membuat program literiasi di setiap sekolah. Dengan harapan minat literasi pada siswa dapat meningkat. Pemerintah membuat program belajar dengan model belajar teks pada siswa yang dimana siswa diharuskan untuk membaca dan mengeluarkan argumentasinya sendiri. Hal ini juga merupakan salah satu sikap pemerintah yang masih diterapkan saat ini.

Bagaimana minat literasi tentang sastra pada kawula muda saat ini?

Berdasarkan wawancara acak pada 34 kawula muda usia 12-13 tahun yang artinya sedang menempu pendidikan jejang SMP/MTS. Tingkat membaca kawula muda tersebut dalam kategori jarang mencapai 26,5%, kategori tidak terlalu jarang mencapai 29,4%, kategori sedang mencapai 23,5%, katergori sering 14,7%, dan kategori selalu mencapai 5,9%.

Dapat dilihat dari data di atas bahwa  antara kategori jarang dan kategori selalu termasuk berselisih banyak angka bahkan mencapai 20,6% pada presentasenya. Artinya tingkat literasi pada kaula muda masih rendah pada saat ini. Dan upaya yang dilakukan oleh pemerintah belum berjalan maksimal.

Berdasarkan wawancara acak pada kawula muda pula. Tingkat pengetahuan kawula muda terhadap penulis-penulis yang ada di Indonesia sangat minim. Bahkan 3 orang diantaranya menulis bahwa tidak tahu siapa saja penulis di Indonesia. Meski sebagian besar kawula muda pengetahui penulis-penulis populer pada saat ini. 

Juga, kita dapat melihat banyaknya minat pada kaula muda menggunakan waktunya dengan cara apa ya? 14 dintaranya memilih novel sebagai bahan yang digunakan, 25 diantarnya memilih mononton film sebagai bahan yang digunakan, dan 3 diantaranya memilih komik sebagai bahan yang digunakan.

Pada data di atas ada beberapa kawula muda yang menghabiskan waktunya lebih dari satu kegiatan. Serta minat pada bahan yang gunakan lebih banyak menonton film jika dibanding dengan yang lainnya. Dapat disimpulkan bahwa siswa lebih suka menonton film dibandingkan dengan membaca atau mengembangkan kemampuan literasinya. 
Diantara banyaknya bentuk karya yang dapat dibuat oleh kawula muda. Sebagian besar kawula muda memilih membuat karya sastra berupa cerpen, naskah drama, novel, puisi, dan, pantun serta light novel dari pada yang lainnya.

Kesimpulannya pada kawula muda generasi Z sekarang ini lebih banyak mengisi waktunya dengan cara menghibur diri. Baik itu berbentuk tayangan visual atau tulisan. Kebanyakan kawula muda jika membaca sastra tidak merasa cepat jenuh. Karena dengan membaca karya sastra siswa tidak merasa tertekan atau mendapat tuntutan untuk mendapat ilmu. Padahal kenyataannya membaca karya sastra juga dapat menambah wawasan dalam nilai-niali yang terkandung. Baik secara tersirat maupun tersurat. Di setiap karya sastra pasti memiliki manfaat tersendiri bagi pembacanya. Terlebih jika pembacanya sudah mengetahui unsur-unsur yang terkandung dalam suatu karya. Karya sastra yang baik dapat membawa dampak positif bagi pembacanya.

Sumber rujukan: 
https://www.kompas.tv/article/174618/sejarah-hari-buku-nasional-bagaimana-tingkat-literasi-di-indonesia#:~:text=Penelitian%20UNESCO%20pada%202016%20menunjukkan,di%20Indonesia%20tergolong%20sangat%20rendah.&text=Selain%20itu%2C%20berdasarkan%20survei%20PISA,10%20terbawah%20dari%2070%20negara.

 

Ikuti tulisan menarik Luthfia Annisa Zahra lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB