x

Eka Kurniawan. Facebook/@Eka Kurniawan

Iklan

Ridho Hafiedz

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 18 Desember 2021

Sabtu, 18 Desember 2021 15:50 WIB

Cerpen Cinta Tak Ada Mati, Ketika yang Terbuang Melawan Kenyataan

Sebuah informasi mengenai makna, pesan atau nilai yang terkandung dalam sebuah cerpen karya Eka Kurniawan yang berjudul Cinta Tak Ada Mati

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Eka Kurniawan merupakan sastrawan Indonesia yang akhir-akhir ini namanya melejit dikarenakan karyanya diadaptasi menjadi sebuah film dengan judul ‘Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas’. Dalam hal penulisan karya sastra, sastrawan asal Tasikmalaya ini telah melahirkan berbagai karya sastra yang telah mendulang perhargaan baik dalam dan luar negeri. 

Adapun karya sastra yang dibuat  berbentuk novel atau kumpulan-kumpulan cerpen diantaranya adalah Cantik Itu Luka (2002), O (2016), dan Cinta Tak Ada Mati (2005). Setiap karya sastra yang dibuat selalu mengandung unsur fantastik, magis, dan plot twist yang mengundang rasa penasaran pembaca. 

Adapun karya sastra yang sangat menarik untuk dibaca salah satunya berjudul ‘’Cinta Tak Ada Mati’’ yang terbit pertama kali pada tahun 2005, kemudian dilakukan pembaharuan di tahun 2018 dengan tambahan dan pengurangan beberapa cerpen di dalamnya. Kumpulan cerpen dalam buku Cinta Tak Ada Mati ini terdiri dari beberapa tema yang menampilkan peristiwa yang absurd, orang-orang terbuang dan sebab-akibat yang dilakukan setiap karakter yang berusaha melawan kenyataan dan ketidakadilan yang ada.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saat pertama kali membaca kumpulan cerpen Cinta Tak Ada Mati karya Eka Kurniawan, awalnya saya mengira bahwa alur dan plot yang akan disajikan dalam cerpen ini adalah romansa anak muda yang gigih dalam mendapatkan cinta. Namun, kenyataan setelah membaca berbanding terbalik dengan ekspetasi yang dipikirkan. 

Cerita yang disajikan berbentuk persitiwa aneh, plot twist yang tidak terduga dan respon-respon ajaib dari setiap karakter. Bagaimana ada sastrawan Indonesia yang berpikir secara diluar nalar kemanusiaan yang mampu menciptakan karya apik seperti ini? —begitulah respon saya setelah membaca keseluruhan naskah cerita pendek dalam kumpulan cerpen ini. Eka Kurniawan telah melahirkan karya sastra yang mengundang pembaca membuka pikirannya lebih luas dalam membaca.

Fokus utama yang sering ditampilkan pada cerpen Cinta Tak Ada Mati yaitu bagaimana Eka Kurniawan menggambarkan orang-orang terbuang melawan kenyataan dan ketidakadilan yang ada dengan tindakan yang bukan subversif dan pemberotakan yang gagah. Namun, setiap karakter digambarkan melakukan perlawanan dengan tindakan yang unik, piawai dan senyap alias melakukan hal tersebut tanpa dapat diketahui dengan jelas oleh pembaca.

Ada 13 cerita pendek yang disajikan dalam buku ini. Setiap cerita pendek dalam buku selalu didasari pada konteks karakter orang-orang yang terbuang. Ada perempuan dapur dan budak kolonial Belanda yang melawan dengan memasukan tanaman beracun pada masakannya. Lalu, seorang gadis yang rela hilang keperawanan untuk melawan dari pernikahan yang tidak dinginkannya dan seorang pemuda yang gigih berjuang mendapatkan cintanya selama 60 tahun dan melawan kepahitan dilema percintaan.

Setiap karakter diposisikan berada pada latar yang aneh dan memaksa mereka untuk melakukan tindakan perlawanan dan respon ajaib untuk mencapai kemenangan. Eka kurniawan secara tersirat menggambarkan berbagai situasi dan kondisi politik, sosial-budaya, ekonomi bahkan sejarah lewat setiap tindakan dan latar yang disajikan dalam buku ini. Adapun beberapa deskripsi singkat dan pesan yang disampaikan dari beberapa cerpen dalam buku ini adalah sebagai berikut.

Kutukan Dapur : Melawan Dogma Patriarki Demi Kesetaraan Gender

Cerita pendek dengan latar kolonialisme Belanda yang menceritakan, seorang wanita bernama Maharani yang berharap menemukan sebuah resep masakan baru untuk suaminya. Namun, yang ia temukan adalah sebuah sejarah seorang “koki masak” di zaman kolonial yang mempunyai kelihaian dalam memasak bernama Diah Ayu yang ditemukan pada museum tua. Dari temuannya itu lah tercetus sebuah ide yang bagi perempuan yang bernama Maharani, ini akan mengubah hidupnya melalui dapur masakan.

Bukan tanpa alasan Eka Kurniawan menempatkan cerpen ini di awal sebagai pembuka. Namun, nampaknya beliau ingin segera memberikan informasi bahwa banyak kegilaan yang bisa dilakukan oleh orang yang selalu ditindas dan dalam cerpen ini adalah Diah Ayu yang tertindas oleh orang Belanda karena dijadikan istri hanya sebagai babu dan penikmat nafsu belaka. Sama halnya dengan Maharani, digambarkan bahwa perempuan tersebut hanya boleh bekerja di dapur dan penikmat nafsu belaka oleh suaminya. Maka dari itu Maharani mendapat inspirasi dari Diah untuk melakukan perlawanan melalui masakan yang sedap namun mematikan.

Nilai yang terkandung dalam cerpen ini berpandangan terhadap stigma "patriarki" dan "kesetaraan gender". Diah Ayu dan Maharani adalah seorang perempuan dan Ibu yang selalu tertindas oleh Suaminya. Pada masa kolonial atau bahkan sampai sekarang isu "Lelaki di atas segalanya" dan "Perempuan itu tugasnya hanya di dapur dan memasak" masih sangat kental dan aktual untuk dibahas. 

Eka Kurniawan menggambarkan dua tokoh tersebut sebagai perempuan dan juru masak yang hanya dijadikan sebagai babu dan bahkan setelah menjadi istri sah pun tugasnya adalah selalu hanya untuk memasak didapur sebagai juru masak dan tanpa ada kebebasan sama sekali. Pemberdayaan perempuan sangat kental dalam cerpen ini dan Eka kurniawan menyampaikan unsur ini dengan cara alternatif yaitu seorang perempuan juga bisa melawan penjajahan dan menghentikan perang hanya dengan bumbu masak dengan makanannya.

 Cerpen ini ditujukan agar pembaca menghilangkan dogma patriarki dalam hidupnya dan berpikir secara rasional bahwa seorang perempuan dan laki-laki bebas dalam menentukan jalan hidupnya. Perlawanan digambarkan bagaimana Diah Ayu dan Maharani membuat masakan dengan dicampur tanaman beracun untuk mengakhiri hidup suaminya masing-masing. – Cukup gila bukan?.

Lesung Pipit : Perempuan Perlu Kebebasan, Bukan Ajang Taruhan

Pada cerpen ini menceritakan mengenai seorang gadis yang mempunyai paras cantik dan berlesung pipit. Gadis ini  menjadi primadona di kampungnya karena kecantikan yang dia miliki. Namun suatu hari nasibnya berubah karena kejadian tak terduga dialami oleh ayahnya. Sampai saat baginya, kecantikan yang dimiliki dan keluguan hanya membuat dirinya terluka.

Pemberdayaan perempuan dijadikan sebagai nilai tersirat di dalam cerpen karangan Eka Kurniawan yang berjudul "Lesung Pipit". Cerpen ini menggambarkan pemberdayaan perempuan yang signifikan. Pada cerpen "Lesung Pipit" digambarkan perilaku tokoh yang melakukan tindakan ekstrim dilakukan oleh perempuan. Pada tokoh utama yaitu si Lesung Pipit kita bisa merasakan bagaimana menderitanya anak perempuan yang tidak memiliki hak untuk berbicara. 

Digambarkan seorang lesung pipit adalah perempuan yang kuat dan independen. Takdir malang telah menimpa gadis ini, terpaksan harus menikah dengan dukun tua tanpa adanya kebebasan berbicara untuk menolaknya. Namun meski begitu tokoh digambarkan menolak untuk pasrah pada keadaan dan berusaha melakukan segala hal untuk merebut haknya dalam memperoleh kebebasan, melawan ketidakadilan dan menciptakan kenyataan yang sebenarnya. Hal ekstrim yang dilakukan adalah bagaimana gadis tersebut rela harga diri sebagai wanitanya dirampas oleh orang lain dibanding terpaksa menikah karena ia miskin dan dijadikan sebagai bahan taruhan ayahnya.

Walaupun dengan cara yang ekstrim tokoh melakukan hal tersebut untuk kebebasan walau merelakan harga dirinya. Nilai yang ingin disampaikan Eka Kurniawan adalah bahwa setiap perempuan memiliki hak untuk bersuara dan melakukan penolakan ketika tidak sesuai apa yang diinginkan. Bahwa perempuan bukan barang yang diperjualbelikan karena kemiskinan dan bukan barang yang hanya dijadikan penikmat nafsu saja. –BUKAN!.

Tetapi perempuan adalah sosok sejati manusia yang memiliki kebebasan atas apa yang diinginkan layaknya Adam dan Hawa maka perempuan dan laki-laki harus melengkapi satu sama lain untuk menciptakan keharmonisan hidup. Dari cerita tersebut membuka mata terhadap pemberdayaan perempuan. Bahwa pemberdayaan perempuan bukan berarti untuk menuntut perempuan mampu melakukan hal-hal yang lumrah dilakukan laki-laki, tetapi untuk lebih menghargai peranan kaum perempuan dalam kehidupan bermasyarakat.

Cinta Tak Ada Mati : Melawan Kenyataan Demi Cinta

Cerpen ini bercerita tentang sosok lelaki bernama Mardio seorang bujangan yang melawan kenyataan bahwa cintanya akan tiba pada waktu yang telah ditentukan dan tak akan luntur sampai mati.  Mardio memiliki cinta yang dalam terhadap perempuan dan tetap menunggu sampai dimakan usia. Bukan hanya penatian namun penolakan dialami oleh lelaki yang dalam keadaan dimabuk cinta. Namun, cintanya tak pernah padam walaupun sang perempuan sudah memiliki suami dan keluarga sendiri. Si lelaki tetap setia menunggu tetapi mengharapkan sesuatu hal yang buruk terjadi kepada keluarga kecil perempuan yang dia cintai. 

Cerita yang disampaikan cukup tragis, penantian panjang, cinta bertepuk sebelah tangan menghasilkan niatan-niatan keji dan jahat tetapi cinta juga yang membuat Mardio enggan melakukannya. Intinya Mardio digambarkan sebagai pemberontak kenyataan bahwa cintanya pasti terwujud. Pada cerpen ini diberi gambaran bahwa memang setiap orang punya pilihannya masing-masing entah Melatie yang memilih calon suami yang lebih kaya atau Mardio yang tak lekang mencintai Melatie tanpa henti, memang kedua hal tersebut terlihat sedikit buruk dimana Melatie terkesan materialistis dan Mardio yang buta akan cinta. 

Namun, setiap orang punya pilihannya masing-masing kita tidak akan menjadi orang yang menderita apabila mampu mengikhlaskan sesuatu hal yang memang bukan ditujukan untuk kita. Selain itu nilai lainnya yang bisa diambil dari perilaku Mardio adalah kesetiaan merupakan hal yang baik, namun bila hal yang kita dambakan itu sama sekali tidak dapat kita miliki, lebih baik kita bergerak untuk meninggalkan agar tidak membuat luka yang mendalam dan menyisakan dendam.

Begitulah sekiranya bagaimana orang terbuang dan lemah bisa saja menjadi pemberontak kuat yang melawan kenyataan atas realitas yang sebenarnya. Cerpen ini menggambarkan nilai dan pesan yang kuat terhadap kehidupan. Melalui respon ajaib karakter yang out of the box, dapat diperoleh kesimpulan yang baru dan bahkan tidak pernah terpikirkan secara rasionalitas. Ada baiknya bahwa kita harus memandang sesame manusia dengan sederajat tanpa memandang kasta dan status sosial, karena kami sama yaitu ‘’manusia’’.

Daftar Pustaka

Kurniawan, Eka. 2018. Cinta Tak Ada Mati. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Ikuti tulisan menarik Ridho Hafiedz lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB