x

KH Yahya Cholil Staquf, alias Gus Yahya menjadi Ketum PBNU priode 2021- 2026. Foto- Ist.

Iklan

Djohan Chaniago

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 22 Desember 2020

Sabtu, 25 Desember 2021 09:08 WIB

Hasil Muktamar NU Lampung, Gus Yahya Ketua Umum PBNU 2021-2026

“ Saya tidak ingin ada capres atau cawapres dari PBNU, sehingga NU sebagai organisasi posisi tengah. PBNU tidak mau terlibat dalam persaingan politik, tetapi menjadi aktor. Mengkatalisasi hubungan berbagai pihak politik dengan masyarakat, sekaligus mendorong tumbuhnya demokrasi,” Kata Gus Yahya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Hasil rapat paripurna dalam Muktamar NU ke 34, pada hari Jumat siang, 24 Desember 2021, di Universitas Lampung (Unila). Tepatnya di GSG Unila. KH Yahya Cholil Staquf, alias Gus Yahya, dinyatakan terpilih menjadi Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) periode 2021-2026.   

Ketua Komite Pengarah (SC) Muktamar, M Nuh menjelaskan, setiap pengurus cabang dan wilayah NU, boleh mengusulkan nama sebagai calon ketua umum, asal memenuhi syarat. Minimal mendapatkan 99 dukungan suara, maka ia berhak untuk mengikuti pemilihan tahap ke-2, Bakal calon Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) periode 2021-2026, akan bersaing dengan incumbent, KH Said Aqil Siradj.    

Akhirnya pengurus cabang NU dari sejumlah wilayah mengusulkan 4 orang calon yang ikut dalam pemilihan suara pada tahap pertama (Ke-1). mereka diantaranya KH Yahya Cholil Staquf, alias Gus Yahya mendapat 203 suara, KH As'ad Said Ali mendapat 17 suara, KH Marzuqi  Mustamar mendapat 1 suara. Ramadan mendapat 1 suara, Abstain 1, Tidak sah 1.      

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dengan demikian maka, KH Yahya Cholil Staquf, alias Gus Yahya harus bersaing, untuk merebut suara terbanyak, bersama incumbent, Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) periode 2016-2021, yakni KH Said Aqil Siradj, dan akhirnya KH Said Aqil Siradj mendapatkan dapatkan 210 suara. Sedangkan Gus Yahya berhasil meraih 337 suara, lebih unggul dari KH Said Aqil Siradj.

Kiai Haji Yahya Cholil Staquf, berasal dari di Rembang, Jawa Tengah. Lahir pada 16 Februari 1966, merupakan salah seorang tokoh Nahdlatul Ulama, menjabat sebagai Katib Aam Syuriah PBNU. Ayahnya merupakan tokoh NU, dan salah satu pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), KH. Muhammad Cholil Bisri, Ibunya bernama Muchisnah. 

Menurut pengakuan Gus Yahya, sebagaimana dikutip VIVA Kamis, 4 November 2021, dalam wawancaranya di rumah Gus Yahya, kawasan Kalibata, Jakarta Selatan, mengatakan. Dirinya (Gus Yahya), sejak tahun 1979, masih kelas 1 SMP, sudah ikut Muktamar PBNU ke-29 di Semarang.

“ Saya masuk dalam jajaran Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sudah 10 tahun, sudah dua periode. Walaupun hanya sebagai penonton di arena muktamar itu, tetapi saya sudah ikut menjabat Katib Aam Syuriah PBNU dua periode. Juga pernah menjabat sebagai Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) di periode pertama pemerintahan Jokowi-JK, Juru Bicara Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan menjadi delegasi dalam sejumlah pertemuan tokoh agama Internasional,” aku Gus Yahya.

Gus Yahya, merupakan kakak dari Menteri Agama saat ini (Yaqut Cholil Qaumas), pernah mengikuti pendidikan formal di pesantren Al-Munawwir Krapyak di Yogyakarta, dibawah asuhan KH Ali Maksum. Kemudian melanjutkan jenjang ke perguruan tinggi di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Gadjah Mada.   

“ Saya mau tawarkan kepada NU, untuk hubungan antara berbagai tingkatan kepengurusan dalam NU yang masih belum rapi dan belum ada logika koordinasi, antara pengurus tingkat cabang-kabupaten, demikian juga dari tingkat cabang ke tingkat wilayah, provinsi. Untuk dijadikan sebagai gerak strategi NU. Guna mengisi kekurangan resources (Sumber Daya) dan leverage (Masalah Keuangan) pada elemen organisasi NU,” Gus Yahya.  

Karena saya melihat adanya hal itu, dan kebetulan saya terpilih sebagai Ketua Umum (Ketum) PBNU, priode 2021- 2026, maka perlu saya lakukan konsolidasi (peleburan secara umum), baik disetiap kabupaten. Karena organisasi NU mempunyai 521 cabang di seluruh Indonesia. Kalau dipandang dari sudut bisnis, misalnya. Berarti 521 outlet di seluruh Indonesia ini bisa membangun suatu agenda nasional dan merupakan strategi kekuatan transformatif (aneka macam) yang besar.

“ Upaya konsolidasi ini tidak bisa ditunda-tunda-lagi, melihat keadaan NU saat ini menghadapi banyak tantangan, baik secara domestik dan internasional. Untuk menghadapi tantangan itu ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh NU. Sebagaimana gagasan pemikiran, yang pernah saya terapkan pada organisasi Gerakan Pemuda Ansor sejak 2011 yang lalu dan berhasil solid. Dari itu, sudah waktunya Nahdlatul Ulama, sebagai organisasi, ada komunitas, ada jam'iyyah-nya. Harus segera dilakukan konsolidasi dengan baik, karena tantangan ke depan sangat luar biasa berat,” kata Gus Yahya. 

Gagasan ini sengaja saya tawarkan, mengingat tantangan eksternal domestik Indonesia pada masa mendatang, ada ancaman polarisasi atas dasar identitas, karena dinamika politik. Seperti yang pernah kita alami pada waktu lalu dalam pilpres terakhir, polarisasi politik identitas terjadi sangat luar biasa. Dari itu, Nahdlatul Ulama tidak bisa menjadi aktor yang hanya menjembatani polarisasi itu, karena sebagai pihak, sebagai kontestan di dalam persaingan politik itu.

Menurut Ketua Umum (Ketum) PBNU, priode 2021- 2026, KH Yahya Cholil Staquf, alias Gus Yahya. Polarisasi identitas ini tidak bisa dibiarkan terus berlanjut, menurut penilaiayan Gus Yahya, hal ini dianggapnya berbahaya, bagi keutuhan bangsa. Makanya Nadlatul Ulama ini harus kembalikan fungsinya sebagai penyangga keutuhan bangsa ini.

Untuk Itu diperlukan dua hal. Pertama, positioning harus diubah. NU tidak boleh jadi pihak yang berkompetisi, tetapi selalu berada pada posisi yang bisa menengahi, apa yang menjadi pokok sengketa dalam kehidupan bangsa ini. Kedua, NU harus mampu hadir sebagai suatu kekuatan transformatif dan dengan kekuatan itu, mampu untuk memenuhi kebutuhan, dalam membangkitkan keadaan terpuruk dari bangsa ini, dengan kekuatan NU secara bersama-sama.

“ Secara internasional, banyak masalah global yang menjadi kemelut dan tak kunjung selesai, bukan hanya di dunia Islam saja, atau timur tengah. Tapi barat mengalami kemelut luar biasa. Dalam kurun waktu selama 5 tahun terakhir ini, banyak pihak internasional mengharapkan peran NU,” jelas Gus Yahya, lebih jauh mencontohkan pada sejumlah tokoh internasional, seperti pada Negara Inggris, ada inisiatif untuk membentuk komisi Indo-Pasific, dengan anggota sebanyak 16 orang, semuanya dari kalangan diplomat dan politisi senior, salah satu anggotanya berasal dari Indonesia, berasal dari ormas NU.

Terkait dengan terpilihnya KH Yahya Cholil Staquf, alias Gus Yahya menjadi Ketum PBNU priode 2021- 2026. Ada yang berpendapat bahwa, diduga keras Gus Yahya akan ikut dalam Pemilihan Capres 2024 mendatang. Namun hal itu dijawab oleh Gus Yahya, “ NU tidak tergiur dengan politik praktis?, saya sangat yakin itu jadi pemicu untuk re-positioning (mengubah aktifitas),” lanjut Gus Yahya.   

“ Kalau soal politik praktis ini, saya sudah nyatakan sejak awal, saya tidak mau jadi capres atau cawapres, dan saya tidak ingin ada capres atau cawapres dari PBNU, sehingga NU sebagai organisasi sungguh-sungguh dalam posisi tengah. PBNU tidak mau terlibat dalam persaingan politik, tetapi menjadi aktor. Mengkatalisasi hubungan berbagai pihak politik dengan masyarakat, sekaligus mendorong tumbuhnya demokrasi. Sikap politik yang rasional, tidak hanya bicara soal identitas, tetapi manfaat nyata yang betul-betul dapat dirasakan oleh masyarakat,” jelasnya (Djohan Chaniago).

Ikuti tulisan menarik Djohan Chaniago lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB