x

Usaha Rumahan Modal Kecil Cocok Untuk Anak Muda

Iklan

atha nursasi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 13 November 2021

Minggu, 13 Februari 2022 09:05 WIB

Posisi Gen-Z dalam Gerakan Sosial Anti Korupsi

Karakterisktik khusus Generasi Z adalah mahir teknologi, suka berkomunikasi, mengumbar privasi, lebih mandiri, lebih toleran, dan penuh ambisi. Sejumlah karakteristik khas ini memberi atmosfir kekuatan bagi generasi Z dalam perjuangan melawan korupsi. Sebab, keterlibatan anak muda dalam perkelahian melawan korupsi begitu penting. Juga sentral pada setiap level dan ruang pemerintahan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Seperti halnya virus yang menular pada siapa saja, korupsi juga memiliki watak serupa yang menular kepada siapa saja. Ia tak mengenal latar belakang, juga atribut sosial yang digunakan.  Selagi kekuasaan tak bisa dikontrol, iklim organisasi yang tertutup, serta bangunan struktur ekonomi politik berorientasi khusus pada laba, maka korupsi memberi keuntungan segelintir penguasa dan merugikan rakyat kebanyakan. Itu adalah hal yang pasti.

Korupsi merupakan patologi sosial yang terus bertansformasi mengikuti bentuk dan jenis bangunan struktur politik birokrasi macam apa yang diterapkan. Reformasi, mula-mula diyakini mampu memperkecil korupsi dan mempersempit ruang pembentukannya. Namun, realitas politik hari ini menampilkan kondisi berbeda yang jauh dari cita-cita reformasi. Korupsi masih menggurita, bahkan berekspansi tanpa rintangan hingga ke level struktur pemerintahan terbawah, desa. 

Siapa sesungguhnya Generasi Z?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam berbagai literasi, definisi generasi Z atau kerennya disebut Gen Z, adalah sekelompok orang yang lahir dalam rentang waktu antara tahun 1995 hingga tahun 2010.  Lantas bagaimana karakteristik generasi ini? Dari sumbernya disebutkan bahwa, Generasi Z atau iGeneration (Generasi Net), selalu terhubung dengan dunia maya dan dapat melakukan segala sesuatu dengan menggunakan teknologi yang ada. Mereka tumbuh dan berkembang melalui sistem teknologi dan dunia maya, (baca: medeka.com, Pengertian Generasi Z, 2020).

Terdapat beberapa karakterisktik khusus yang membedakan mereka dengan generasi sebelumnya (generasi Y), sebagaimana dilansir dari Jojonomic.com, menurut sumber ini disebutkan karakteristik Gen Z diantaranya: mahir teknologi; suka berkomunikasi; mengumbar privasi; lebih mandiri; lebih toleran; dan penuh ambisi. Sejumlah karakteristik khas ini paling tidak memberi atmosfir kekuatan bagi generasi Z dalam perjuangan melawan korupsi.

Sebagai contoh, mereka dapat memanfaatkan keahlian teknologinya untuk membangun pendidikan antikorupsi atau paling tidak menggunakan teknologi untuk menyebar nilai-nilai antikorupsi. Sikap kemandirian setiap generasi Z menjadi komponen penting yang menunjang perjuangannya melawan korupsi. Dengan kemandirian yang kuat, mereka dapat bertahan dan meneguhkan prinsip antikorupsi tanpa kompromi. Dalam situasi tertentu, mereka dapat melakukan gebrakan besar dalam perang melawan korupsi melalui ambisi kemenangan yang melekat sebagai salah satu karakter dasarnya. 

Anak Muda yang Berkelahi dengan Korupsi

Reformasi lahir dari perjuangan anak muda yang ditandai dengan Gerakan Reformasi 98. Sebelumnya, sejarah telah mencatat bahwa generasi muda selalu tampil digarda terdepan bersama rakyat tertindas menentang penjajahan bangsa kolonial. Singkatnya, proklamasi kemerdekaan dimulai dari gerakan anak muda yang pada akhirnya menghantarkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka. Kemerdekaan inilah yang hendak diperjuangkan lebih lanjut, termasuk perjuangan reformasi 98 yang menghantarkan rakyat Indonesia keluar dari kegelapan rezim otoriterianistik soeharto. Salah satu cita-cita dari reformasi adalah negara bebas dan bersih dari Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN). Dengan kata lain, perlawanan terhadap korupsi menjadi salah satu bagian terpenting menuju kemerdekaan yang sesungguhnya. Keadilan dan kesejahteraan. 

Keterlibatan anak muda dalam perkelahian melawan korupsi begitu penting, dan sentral pada setiap level dan ruang pemerintahan. Posisi sentral ini mengharuskan anak muda mampu melakukan banyak hal. Terlebih korupsi merupakan kejahatan luar biasa dan memiliki dampak luas terhadap seluruh sektor kehidupan. Karena korupsi, sebagian warga tak bisa bersekolah, karena korupsi rakyat miskin tak bisa mengakses layanan kesehatan secara adil, karena korupsi, fasilitas jalan berlubang, karena korupsi, lahan petani bisa dirampas secara sewenang-wenang, karena korupsi, hak buruh tak diberi sepenuhnya, begitu seterusnya kita mencatat dampak buruk dari korupsi. Dampak korupsi yang meluas ini, akan berakibat pada ketimpangan akses layanan, keadilan distributif, serta ketidaksetaraan bagi masyarakat, terutama kelompok perempuan yang mengalami perlakuan diskriminatif akibat korupsi.

Oleh kareanya, anak muda terdidik dari berbagai perguruan tinggi yang memiliki kekuatan sumberdaya intelektual dan kecakapan berfikir, sedapat mungkin, bahkan wajib untuk melakukan banyak hal guna menyelamatkan rakyat dari penderitaan panjang akibat korupsi. Paling tidak, mengambil posisi bersama rakyat, berpihak, dan bertindak mengorganisasikan diri, memberi pendidikan serta mendorong terbentuknya kesadaran kolektif di masyarakat. Melakukan pendampingan dan menyebarkan nilai antikorupsi menjadi prasyarat penting menuju pembangunan gerakan rakyat yang solid dan masif. Inilah peran generasi muda (Gen Z) yang sesungguhnya. 

Pada akhirnya, kita mesti mengakui dengan sejujurnya bahwa korupsi adalah satu dari sekian banyak problem sosial politik dan ekonomi yang berkontribusi terhadap aneka penderitaan rakyat, bahkan menjadi cara paling praktis bagi para penguasa, baik nasional maupun daerah untuk meraup keuntungan tanpa batas sekaligus memperlebar jurang kemiskinan. Bahkan bukan hal mustahil bagi jenis virus ini untuk menjerumuskan generasi muda dalam pusarannya. Oleh karenanya, mungkin tidak ada pilihan lain kecuali membentengi diri dengan nilai-nilai antikorupsi dalam praktik kehidupan sehari-hari.

Mempersentajatai diri dengan pendidikan “ideologi” antikorupsi guna melawannya. Sebab, Gerakan antikorupsi bukan sekadar memenjarakan koruptor, atau semata menghitung kerugian keuangan negara sebagai dampaknya. Apalagi sekadar mengatakan tidak pada korupsi. Jauh dari pada itu, perjuangan melawan korupsi adalah perjuangan membebaskan rakyat dari kubangan penderitaan dan ketidak-adilan atas sistem dan keteraturan yang korup.

Ikuti tulisan menarik atha nursasi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB