x

Iklan

Nabila eka palsa

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 April 2024

Selasa, 30 April 2024 13:04 WIB

Gawat, Angka Pernikahan di Indonesia Mengalami Penurunan

Penurunan pernikahan adalah fenomena di mana jumlah pasangan yang menikah mengalami penurunan secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Fenomena menurunnya tingkat pernikahan di Indonesia menjadi topik yang menarik dan mendebarkan. Pertanyaan tentang apa yang sebenarnya terjadi di balik penurunan tersebut telah membuat banyak orang penasaran. fakta-fakta mengejutkan tentang penyebab utamanya telah memicu kehebohan di seluruh negeri. Dari perubahan pola pikir generasi muda hingga beban ekonomi yang semakin berat, berbagai faktor turut berperan dalam menggerakkan tren ini, mari kita simak penjelasan berikut.

kata pernikahan berasal dari kata dasar “nikah” yang menurut KBBI memiliki arti perjanjian antara lakilaki dan perempuan untuk bersuami-isteri (dengan resmi). Dengan tujuan membentuk suatu keluarga bahagia dan kekal,peristiwa yang diharapkan hanya terjadi sekali dalam seumur hidup dan memperoleh keturunan yang sah. Menurut ketentuan Pasal 1 UU No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, bahwa perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita, sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga ( rumah tangga ) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Menurut agama Islam di salah satu ayatSurah Az Zariyat Ayat 49

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ ٤٩

Artinya: "Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat (kebesaran Allah)."
Lalu mengapa angka pernikahan di Indonesia menurun?
Dikutip dari data Badan Pusat Statistik menyebutkan
angka  pernikahan pada 2021 sebesar 1.742.049, kemudian pada 2022 turun menjadi 1.705.348, dan pada 2023 kembali turun  1.577.255. Sedangkan pada 2024 melaporkan angka perkawinan di Indonesia tercatat terus menurun.

ada beberapa faktor yang menyebabkan nya diantara lain:
1. Sandwich Generation
Mungkin bahasa ini sudah tidak asing lagi bagi kita,yang dimana mungkin kita harus
memenuhi kebutuhan keluarga nya termasuk diri sendiri dan orang tuanya hal ini
berdampak kesulitan menyisihkan uang dana darurat untuk masa depannya.
2. Perilaku Seksual Menyimpang
erilaku seksual menyimpang merujuk pada pola perilaku seksual yang dianggap
tidak sesuai dengan norma sosial atau budaya tertentu. Perilaku ini dapat meliputi
berbagai hal, seperti fetisisme, voyeurisme, eksibisionisme, pedofilia, dan lain
sebagainya. Penilaian terhadap perilaku seksual sebagai "menyimpang" sangat
tergantung pada nilai-nilai dan norma-norma masyarakat tempat individu tersebut
tinggal.


Jika demkian masalah ini akan berdampak sebagai berikut:
1.Keinginan untuk menjalani kehidupan pribadi secara bebas
2. Keinginan untuk fokus terhadap pekerjaan
3. Trauma perceraian baik dari pengalaman orang tua, lingkungan keluarga
ataupun kerbat/teman
4. Egosentrisme dan narsisme yang menuntut pasangan dengan kriteria
sepadan
5. Identifikasi secara ketat terhadap ayah yang menjadikan dirinya sukar
menemukan pasangan yang sesuai; dan
6. Anggapan tidak memperoleh jodoh menjadikan Wanita merasa rendah diri
dan akhirnya menyerah untuk menemukan pasangan.
Lalu apakah masalah ini dibiarkan begitu saja? tentu tidak,baik pemerintah dan
masyarakat harus bekerjasama dalam hal menyelesaikan masalah ini.

Berikut beberapa langkah yang dapat diambil untuk menanggulangi masalah ini:
1. Pendidikan Seks dan Peran Keluarga: Meningkatkan pendidikan seks di sekolah
dan melalui program-program pemerintah dan organisasi non-profit. Memperkuat
peran keluarga dalam memberikan pemahaman yang sehat tentang pernikahan dan
hubungan.
2. Penguatan Ekonomi: Memberikan akses yang lebih baik terhadap pekerjaan yang
layak dan pendidikan yang berkualitas untuk kedua jenis kelamin. Ketidakstabilan
ekonomi bisa menjadi hambatan utama dalam memutuskan untuk menikah.
3. Kampanye Positif tentang Pernikahan: Mengkampanyekan manfaat pernikahan
yang sehat dan bertanggung jawab melalui media sosial, iklan, dan
program-program publik.
4. Penyediaan Fasilitas Pernikahan: Memudahkan proses pernikahan dengan
menyediakan fasilitas pernikahan yang terjangkau dan mudah diakses.
5. Pendekatan Budaya dan Agama: Mengembangkan pendekatan yang memadukan
nilai-nilai budaya dan agama dengan kebutuhan dan harapan individu dalam
pernikahan.
6. Mentoring dan Konseling: Menyediakan program mentoring dan konseling
pra-pernikahan untuk membantu calon pasangan mempersiapkan diri secara
emosional, mental, dan spiritual.
7. Inisiatif Inklusi: Memastikan bahwa semua individu, termasuk minoritas seksual
dan gender, merasa diterima dan diakui dalam institusi pernikahan.
8. Mendorong Peningkatan Komunikasi Keluarga: Meningkatkan komunikasi
antar-generasi dalam keluarga untuk memahami perspektif masing-masing anggota
keluarga tentang pernikahan.
9. Penyediaan Dukungan Sosial: Menyediakan dukungan sosial bagi individu yang
memilih untuk menikah, termasuk dukungan dari keluarga, teman, dan masyarakat.
10. Penguatan Peran Pria dalam Keluarga: Memperkuat peran positif pria dalam
keluarga sebagai suami dan ayah yang bertanggung jawab dan terlibat.
Dengan tantangan yang dihadapi oleh minimnya minat pernikahan di Indonesia, langkah-langkah yang diambil untuk mengatasi masalah ini sangatlah vital. Melalui pendekatan yang holistik dan kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga pendidikan, kita dapat memperbaiki tren ini. Penting untuk terus mendorong dialog terbuka tentang nilai-nilai keluarga dan pentingnya hubungan yang sehat, serta memberikan dukungan yang lebih besar kepada individu-individu untuk memasuki komitmen pernikahan dengan persiapan yang matang. Semua itu demi membangun masyarakat yang lebih kuat, berkelanjutan, dan sejahtera.
*Nabila Eka Palsa Prodi Hukum Universitas Pamulang

Ikuti tulisan menarik Nabila eka palsa lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler