x

Iklan

Andreas Eko Soponyono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 28 November 2021

Sabtu, 12 Februari 2022 08:14 WIB

Efek Media Massa terhadap Khalayak

Terpaan media massa dapat diartikan sebagai kegiatan mendengar, melihat, dan membaca pesan-pesan media ataupun ....

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Terpaan media massa dapat diartikan sebagai kegiatan mendengar, melihat, dan membaca pesan-pesan media ataupun mempunyai pengalaman dan perhatian terhadap pesan tersebut yang dapat terjadi pada individu atau kelompok (Surahman, 2016). Ketika seseorang mengalami terpaan media massa, maka akan ada efek atau sesuatu yang memberikan pengaruh kepada khalayak. Menurut, saya ada beberapa penyebab dan contoh dari penonton dapat terpengaruh oleh terpaan media massa adalah sebagai berikut:

  • Isi pesan yang disampaikan relate atau memiliki keterkaitan dengan kehidupan atau berpengaruh bagi si penonton. Sebagai contoh, seorang penonton yang merupakan buruh dan menonton media massa televisi akan pemberitaan bahwa pemerintah mengesahkan omnibus-law atau UU Cipta Kerja. Jika media massa televisi tersebut menggiring opini penonton pada arah negatif dari pemerintah dengan hanya memunculkan sebagian isi di mana yang tidak disukai atau dianggap merugikan si penonton (dalam hal ini buruh), maka penonton akan terpengaruh oleh terpaan media massa tersebut dan menggiring opini penonton menjadi kurang baik akan kinerja pemerintah.
  • Terpaan pesan media massa yang terus menerus menyebabkan pesan tersebut diterima khalayak sebagai pandangan yang disepakati secara bersama(Junaidi, 2018). Contohnya; pesan media massa televisi hampir di semua stasiun mengenai “Ingat Pesan Ibu” selama masa pandemi Covid-19 yaitu menerapkan 3M untuk menekan dan mencegah penularan Covid-19 di antaranya menggunakan masker yang bersih dan sesuai standar, menjaga jarak aman minimal 1-2 meter, dan mencuci tangan secara berkala. Pesan dari “Ingat Pesan Ibu” yang serentak di banyak stasiun TV tayangkan memberikan efek sekaligus terpaan kepada khalayak untuk menerapkannya.

 

Berdasarkan contoh yang diberikan di atas, perlu diketahui terlebih dahulu isi media massa seperti apa dan bagaimana bentuknya. Tentunya, hal ini akan mempengaruhi bentuk terpaan yang akan diberikan serta efek yang diperoleh. Secara umum, isi media massa digolongkan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu:

  • Berita (news). Berita adalah informasi aktual tentang fakta-fakta dan opini yang menarik perhatian orang (Kusumaningrat & Kusumaningrat, 2019, hal. 40). Definisi mengenai berita juga dapat dikatakan bukanlah cerminan dari kondisi sosial, tetapi pelaporan dari aspek yang menonjol(McQuail, 2011, hal. 121). Kelompok berita meliputi antara lain: berita langsung (straight news), berita menyeluruh (comprehensive/depth news), berita mendalam (depth news), pelaporan mendalam (depth reporting), berita penyelidikan (investigative news), berita khas bercerita (feature news), dan berita gambar (photo news). Contoh dari berita: program Kabar Petang di media massa TV One, program Liputan 6 Siang di media massa SCTV, dsb.
  • Opini (views). Opini merupakan sebuah pernyataan preferensi atau adanya kecenderungan terhadap satu pihak argument atau pilihan yang ada(McQuail, 2011, hal. 279). Kelompok opini, meliputi tajuk rencana, karikatur, pojok, artikel, kolom, esai dan surat pembaca. Dalam surat kabar, biasanya opini mendapat halaman tersendiri dan tidak tergabung dengan berita dengan tujuan agar tidak keliru dalam menafsirkan isinya. Contohnya: adanya kolom opini dan tajuk rencana di surat kabar Kompas, dsb.
  • Iklan (advertising). Iklan merupakan suatu isi di media massa yang memuat akan informasi suatu barang atau jasa yang ditawarkan dalam rangka mempersuasif penonton untuk membeli atau menggunakannya. Saat ini, iklan di media massa sangat berkembang begitu besar. Bahkan, sebagian besar menjadikan iklan sebagai teknik marketing sekaligus menguntungkan media mass aitu sendiri. Contoh dari iklan sangat banyak, misalnya; iklan akan shampo Pantene yang banyak dimuat di media massa TV seperti Indosiar, SCTV, dsb bahkan iklan ini juga terdapat di surat kabar.
Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Bentuk isi pesan media massa akan mempengaruhi juga efek atau perubahan yang akan dialami oleh khalayak. Hal ini tergantung dari intensitas dan seberapa besar pengaruhnya. Pengaruh komunikasi massa diidentifikasikan sebagai terjadinya perubahan individu atau kelompok khalayak setelah mengkonsumsi pesan-pesan media massa. Umumnya terkait dengan perubahan dimensi kognitif, afektif, dan konatif seperti yang diungkapkan oleh Sumadi (2019), sebagai berikut:

  • Efek kognitif. Efek kognitif berkaitan dengan fungsi informatif media massa. Informasi media massa dipandang sebagai tambahan pengetahuan bagi khalayak. Pengetahuan yang dimiliki audiens dapat meningkatkan kesadaran pribadi dan memperluas cakrawala berpikir. Seseorang yang mengkonsumsi media massa khususnya yang berupa konten pesan informasional akan dapat membantunya dalam menambah wawasan dan pengetahuannya.
  • Efek Afektif. Efek afektif berkaitan dengan emosi, perasaan, dan sikap. Pesan media massa yang dikonsumsi oleh khalayak membangkitkan sikap, perasaan, atau orientasi emosional tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi efek afektif adalah mood emosional, skema kognitif, dan situasi terpaan media.
  • Efek Konatif. Efek konatif mengacu pada perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu dengan cara tertentu. Setelah khalayak menerima informasi media massa yang diikuti dengan kecenderungan sikap tertentu berdasarkan pengetahuan tersebut, khalayak terpengaruh dalam bentuk tindakan nyata.

 

Sumadi (2019) dalam tulisannya juga menjelaskan bahwa setiap media pasti memiliki efek (pengaruh), baik secara langsung maupun tidak langsung. Efek tersebut dapat ditimbulkan oleh:

  • Kehadiran (wujud fisik) media massa. Efek yang ditimbulkan oleh kehadiran (bentuk fisik) media, misalnya status sosial yang tinggi, perubahan kebiasaan tidur, penggunaan shampo yang diiklankan (pengganti abu sekam padi), dan sebagainya.
  • Isi pesan yang disampaikan. Efek yang ditimbulkan oleh isi pesan yang disampaikan media dapat dilihat dari jenis-jenis perubahan yang terjadi pada khalayak (perubahan kognitif), perubahan perasaan atau sikap (perubahan afektif), dan perubahan perilaku (perubahan perilaku).

 

Media massa yang berbasis digital pun menuntut media baru terlibat didalamnya. Hal ini berimplikasi kepada hoax sebagai kebutuhan bagi pengguna media siber dalam mengkonsumsi informasi atau berita dianggap wajar. Masyarakat media siber telah terbiasa dengan segala teks yang cenderung hoax, sehingga sulit membedakan mana yang benar mana yang bohong. Menurut pandangan saya, hal-hal yang sebaiknya dilakukan masyarakat ketika mengalami kesulitan untuk percaya atas kebenaran sebuah berita, yaitu:

  • Masyarakat harus memastikan asal usul atau sumber berita. Untuk menguji hal ini, dapat menggunakan pertanyaan berikut; “Dari mana berita yang saya baca? Apakah yang menuliskan berita dari sumber yang terpercaya? Apakah sumber berita jelas dan ditulis lengkap? Apakah sumber berita tersebut berasal dari instansi pemerintah resmi? Atau apakah itu berasal dari website yang resmi dan terpercaya?” Pertanyaan-pertanyaan ini dapat membantu masyarakat untuk mengetahui asal usul atau sumber berita. Sebaiknya, masyarakat memilih berita yang berasal dari instansi pemerintahan yang resmi, media jurnalis yang secara periodik mengedarkan karya jurnalistiknya, atau penulis dari berita tersebut dikenal secara baik dalam dunia akademisi maupun pemerintahan. Juditha (2018) dalam jurnal ilmiahnya juga menjelaskan bahwa masyarakat harus cerdas dalam melihat sumber berita mengenai kejelasan atau tidaknya.
  • Masyarakat dapat menguji kebenaran isi berita dengan membandingkan atau menambah bahan bacaan berita lainnya dari sumber yang berbeda namun sumber yang juga kredibel. Misalnya; menerima berita A di media massa X, maka untuk memastikan dapat menggunakan media massa Y, dan Z untuk melihat kebenaran berita A tersebut. Adanya media siber, membuat berita mudah dinikmati atau dibaca oleh masyarakat luas secara cepat, murah dan banyak sumber media jurnalisnya. Hal ini dapat menjadi sisi positif dari media siber yang semakin luas dan dapat diakses cepat. Jika dari berbagai sumber yang kredibel dibandingkan serta memperoleh kesimpulan yang sama, maka berita tersebut dapat dipercaya. Hal ini juga senada dengan pendapat Juditha (2020) bahwa hoaks menyesatkan bagi pembaca yang tidak kritis terhadap informasi dan membagikan berita yang dibaca kepada pembaca lainnya tanpa melakukan kroscek kebenaran.
  • Memahami isi berita dengan benar dan sesuai konteksnya untuk mengurangi pemahaman yang tidak komprehensif. Banyak masyarakat menyebarkan atau menginformasikan suatu berita hanya dari judul berita. Judul berita belum tentu menjelaskan isi berita secara komprehensif, sehingga sangat penting dalam memahami isi berita dan mengkritisi isi beritanya. Hal ini perlu diperhatikan karena judul berita dibuat seringkali untuk memicu khalayak untuk membacanya. Liestyasari, Nurcahyono, Astutik, & Nurhadi (2020) mempertegas dalam diskusi penelitiannya bahwa ketika sudah menerima berita ataupun informasi dari media masyarakat harus membaca dan memahami hingga selesai, dan jangan hanya membaca judul dari pemberitaan tersebut.

 

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat harus menjadi masyarakat yang cerdas dalam memahami berita yang diterima dengan memperhatikan sumber berita tersebut, menguji isi berita dengan membandingkan dari sumber yang berbeda, serta memahami isi berita secara komprehensif dan bukan sekadar judul saja. Hal ini seharusnya membantu masyarakat ketika mengalami kesulitan untuk percaya atas kebenaran sebuah berita.

 

Referensi

  • Juditha, C. (2018). Hoax Communication Interactivity in Social Media and Anticipation. Jurnal Pekommas, 3(1), 31-44.
  • Juditha, C. (2020). People Behavior Related To The Spread Of Covid-19’s Hoax. Jurnal Pekommas, 5(2), 105 - 116.
  • (2018). Mengenal Teori Kultivasi dalam Ilmu Komunikasi. SIMBOLIKA, 4(1), 42-51. doi:https://doi.org/10.31289/simbollika.v4i1
  • Kusumaningrat, H., & Kusumaningrat, P. (2019). Jurnalistik: Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
  • Liestyasari, S. I., Nurcahyono, O. H., Astutik, D., & Nurhadi. (2020). Literasu Penggunaan Media Sosial Sehat Bagi Forum Anak Surakarta. DEDIKASI: Community Service Report, 2(2), 58- 65.
  • McQuail, D. (2011). Teori Komunikasi Massa - Buku 2 (6 ed.). (P. I. Izzati, Penerj.) Jakarta: Salemba Humanika.
  • Surahman, S. (2016). Fenomena Berita Kekerasan Di Media Televisi (Perspektif Teori Kultivasi). Jurnal Lontar, 4(2), 31-42. Diambil kembali dari https://e-jurnal.lppmunsera.org/index.php/LONTAR/article/download/330/374/
  • Suryabrata, Sumadi. (2019). Efek media massa. E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika. Diambil dari https://repository.bsi.ac.id/

 

Identitas Penulis

Nama Penulis              : Andreas Eko Soponyono

NIM                              : 200501010004

Prodi                            : PJJ Komunikasi

Perguruan Tinggi        : Universitas Siber Asia

Email Responden        : andreasekosoponyono@gmail.com

Ikuti tulisan menarik Andreas Eko Soponyono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler