x

Ilustrasi Bersalaman. Open Clipart Vectors dari Pixabay.com

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 2 April 2022 20:39 WIB

Memaafkan dan Meminta Maaf

Melalui artikel ini, saya memaafkan kesalahan keluarga, teman, sahabat, rekan kerja, kolega, parlemen, pemerintah dan lainnya, yang dalam kurun usai Ramadhan 1442 H hingga awal Ramadhan 1443 H, telah membikin hati saya resah, gelisah, kecewa, hingga sakit hati dan lainnya. Selain itu, saya juga memohon maaf atas kesalahan saya kepada keluarga, teman, sahabat, rekan kerja, kolega, parlemen, pemerintah dan lainnya, yang dalam kurun usai Ramadhan 1442 H hingga awal Ramadhan 1443 H, telah saya bikin resah, gelisah, kecewa, hingga sakit hati dan lainnya. Sekali lagi, saya memaafkan dan meminta maaf lahir batin. Selamat menjalankan ibadah Ramadhan 1443. (Supartono JW.02042022)

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Melalui artikel ini, saya memaafkan kesalahan keluarga, teman, sahabat, rekan kerja, kolega, parlemen, pemerintah dan lainnya, yang dalam kurun usai Ramadhan 1442 H hingga awal Ramadhan 1443 H, telah membikin hati saya resah, gelisah, kecewa, hingga sakit hati dan lainnya.

Selain itu, saya juga memohon maaf atas kesalahan saya kepada keluarga, teman, sahabat, rekan kerja, kolega, parlemen, pemerintah dan lainnya, yang dalam kurun usai Ramadhan 1442 H hingga awal Ramadhan 1443 H, telah saya bikin resah, gelisah, kecewa, hingga sakit hati dan lainnya.

Sekali lagi, saya memaafkan dan meminta maaf lahir batin. Selamat menjalankan ibadah Ramadhan 1443. (Supartono JW.02042022)

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Perbedaan, biasa.saja

Ibadah Ramadhan 1443 Hijriah di Indonesia, kembali mengalami perbedaan. Ada yang melaksanakan ibadah puasa 1 Ramadhan mulai Sabtu, 2 April 2022 dan ada yang memulai Minggu, 3 April 2022.

Kendati berbeda, nampaknya bukan menjadi persoalan bagi umat muslim di Indonesia. Terlebih, perbedaan ini sudah beberapa kali terjadi dan menjadi biasa saja.

Sebagai artikel perdana menyambut Bulan Penuh Hikmah dan Berkah, Ramadhan 1443 Hijriah, saya tak akan membahas soal perbedaan itu. Tetapi, saya tulis tentang MEMAAFKAN dan MEMINTA MAAF.

Sebab, memaafkan dan meminta maaf adalah cara terbaik bagi saya atau siapa pun dalam upaya melepaskan rasa kesal, kecewa, marah, hingga dendam dan lainnya kepada keluarga, teman, sahabat, rekan kerja, orang lain, masyarakat, hingga parlemen da pemerintah.

Pasalnya sebelum Ramadhan tiba, berbagai kejadian di dalam keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan kerja hingga di dalam Negara Indonesia, terus membikin pikiran dan hati mengharu biru akibat berbagai persoalan yang tak henti mendera dan menghimpit.

Karenanya, bukan saja sebagai tradisi, tetapi agar segala ibadah yang saya/kita lakukan selama Ramadhan khusu dan diterimaNya, maka meminta maaf dan memaafkan menjadi hal prioritas yang wajib di ke depankan dan dinomorsatukan.

Apalagi, mengarungi perjalanan Ibadah Ramadhan, ada Tiga Fase yang bila dijalani dengan khusu dan ikhlas, maka saya tentu berharap bahwa setiap bulan adalah Bulan Ramadhan.

Mengapa saya berharap setiap bulan itu Bulan Ramadhan? Karena dalam Bulan Ramadhan, Fase 10 hari Pertama disebut Rahmat. 10 hari berikutnya, Fase Kedua Maghfirah (ampunan), dan 10 hari selanjutnya, Fase Ketiga, itqun minan nar (Pembebasan dari Neraka)

Untuk itu, memaafkan dan meminta maaf sebelum mengarungi Ibadah Ramadhan, pun bukan sekadar berkata maaf, tetapi memaafkan dan meminta maaf, juga merupakan sebuah cara/media untuk menunjukkan rasa empati sebagai bentuk pengampunan pada mereka yang telah menyakiti serta permohonan ampunan karena saya telah menyakiti atau berbuat salah kepada pihak lain, orang lain.

Yang pasti, meminta maaf adalah kebaikan yang tidak pernah dibatasi oleh waktu. Jadi kapan saja boleh, apalagi di Bulan Ramadhan dan tidak perlu dicari dasar hukumnya. Meminta maaf juga ibadah yang dianjurkan.

Terlebih, kekurangan manusia adalah suka berbuat salah dan dosa. Karenanya, manusia membutuhkan cara untuk mengurangi kekurangannya itu, yaitu salah dan dosa kepada sesama manusia. Saat orang lain berbuat salah dan dosa yang terarah kepada kita, kita sudah dididik bagaimana memaafkan. Saat kita berbuat salah dan dosa kepada orang lain, kita terdidik untuk meminta maaf.

Oleh sebab itu, memaafkan dan meminta maaf, menjadi kebutuhan bagi seluruh umat manusia. Bukan sekadar sebagai tanda ada rasa bersalah dan pengakuan atas seluruh kesalahan yang telah dibuat. Meminta maaf dan memaafkan juga menjadikan kita sebagai manusia yang penuh dengan kelapangan dan kerendahan hati.

Memaafkan dan meminta maaf, memang tidak mudah, butuh proses dan perjuangan untuk melakukannya. Bahkan, para ahli psikologi mempercayai bahwa memaafkan dan meminta maaf, memiliki efek yang sangat positif bagi kesehatan.

Kemampuan memaafkan dan meminta maaf, adalah karakter positif yang membantu individu mencapai tingkatan optimal dalam hal kesehatan fisik, psikologis, dan spiritual. Memaafkan dan meminta maaf juga menjadi psikoterapi atau sebagai suatu cara untuk menerima dan membebaskan emosi negatif seperti marah, depresi, rasa bersalah akibat ketidakadilan, memfasilitasi penyembuhan, perbaikan diri, dan perbaikan hubungan interpersonal dengan berbagai situasi permasalahan.

Pada akhirnya, orang yang mampu dan memiliki karakter suka memaafkan dan meminta maaf, adalah orang yang memiliki kelapangan dada, kerendahan hati, empati, simpati, tahu diri, dan peduli.

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB