Pembelajaran Sastra Sebagai Pendidikan Karakter di Era Milenial
Senin, 11 April 2022 16:54 WIBPendidikan karakter termasuk salah satu bagian penting dalam pembelajaran sastra. Keduanya memiliki hubungan yang saling berkaitan. Ibarat api dengan asapnya, hal ini bersangkutan karena pada dasarnya sastra membicarakan berbagai macam nilai kehidupan yang berkaitan dengan pembentukan karakter manusia.
Menurut Dharma Kesuma, dkk. (2011: 11) dalam bahasa Yunani, karakter (charasseim), artinya “mengukir” atau “dipahat”. Beberapa tokoh pendidikan, seperti Megawangi (2007: 9) juga berpendapat bahwa karakter merupakan manifestasi perilaku seseorang, seperti jujur, rajin, dan lain sebagainya. Selain itu, karakter juga berkaitan dengan personal seseorang.
Pendidikan karakter sangat erat hubungannya dengan pendidikan moral yang tujuannya untuk membentuk kemampuan individu guna memperbaiki hidup kearah yang lebih baik. Jika kita bandingkan pendidikan karakter zaman dulu dengan pendidikan karakter di era milenial ini sangat lah berbeda. Pendidikan jaman dulu dimaksudkan untuk membentuk sebuah karakter yang berakhlak mulia, juga mengajarkan budi pekerti dan etika agar mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi. Sedangkan di era milenial, pendidikan merupakan suatu ajang untuk meningkatkan kecerdasan, prestasi, keterampilan, dan menghadapi persaingan. Pendidikan bukan lagi soal moral dan karakter yang menjadi tujuan utama untuk diajarkan melainkan kompetisi untuk mendapatkan prestasi agar tidak dipandang sebelah mata oleh orang lain.
Di era milenial saat ini, generasi muda sudah jarang menerapkan nilai-nilai karakter untuk diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, perlu adanya pembelajaran mengenai pendidikan karakter agar para generasi muda dapat selalu mengingat dan mengamalkan nilai-nilai karakter tersebut. Dan salah satu cara agar nilai-nilai karakter yang ada pada anak muda tidak punah begitu saja adalah melalui pembelajaran sastra.
Sastra sendiri merupakan karya seni yang diciptakan manusia untuk mengungkapkan perasaan, pengalaman, serta pendapat dari pandangan suatu penulis. Sastra sendiri mulai berkembang di Indonesia pada abad ke-20. Pada abad ini, sastra masih dianggap penting oleh masyarakat, sehingga masih banyak karya sastra yang tercipta.
Seiring berjalannya waktu, perkembangan teknologi yang terjadi saat ini dapat membuat semuanya menjadi serba digital. Kemunculan teknologi digital di era milenial ini membuat problematika baru di kalangan anak muda. Salah satunya, kurangnya minat baca pada generasi muda, sehingga pemahaman yang mereka tau mengenai nilai sastra sangat sempit karena adanya pemikiran pragmatis yang membuat mereka tidak mau berpikir dan melalui proses yang panjang.
Pemikiran ini yang membuat anak muda menjadi malas untuk tumbuh menjadi pribadi yang berfikir kritis dan memiliki kreatifitas tinggi. Hal ini terjadi, karena generasi muda saat ini mengalami krisis karakter yang membuat mereka jauh dari nilai-nilai karakter yang ada. Dan mempelajari sastra termasuk dalam upaya untuk mencegah permasalahan karakter pada generasi ini.
Dengan mempelajari sastra di era milenial ini dapat membuat nilai-nilai karakter dan pesan moral yang ada di dalamnya tetap utuh. Selain itu, mempelajari sastra juga bertujuan untuk mengajarkan nilai budaya bangsa yang terkandung dalam bacaan sastra. Tidak lupa adanya peran orang tua dan lingkungan juga sangat penting dalam pendidikan karakter, karena dapat berpengaruh serta memberikan motivasi agar suatu tujuan yang diraih dapat tercapai dengan baik.
Nilai-nilai karakter yang ada dalam sastra bertujuan untuk menumbuhkan kembali semangat para generasi muda agar mau terus membaca dan mempelajari sastra. Apabila sering membaca dan mempelajari sastra, akan menumbuhkan kebiasaan positif bagi dirinya. Kebiasaan ini akan bermanfaat dalam kehidupan di masa yang akan datang.
Dalam pembelajaran sastra terdapat beberapa nilai-nilai karakter, seperti religius, jujur, toleransi, disiplin, percaya diri, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, komunikatif, gemar membaca, peduli sosial, dan juga tanggung jawab. Dari nilai-nilai karakter ini, semuanya memiliki peranan penting dalam kehidupan.
Dengan belajar sastra, kita dapat menanamkan sikap toleransi, karena pada hakikatnya sastra tidak pernah menyinggung agama, suku, dan golongan tertentu. Jika generasi muda masih terus mengembangkan sastra sampai saat ini, pastinya akan banyak tercipta karya sastra lagi seperti dulu, terutama pada karya sastra modern.
Tinjauan Pustaka :
Suprayitno, Adi dan Wahid Wahyudi. 2020. Pendidikan Karakter di Era Milenial. Yogyakarta: CV. Budi Utama.
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Perbandingan Teks Puisi “Doa" karya Taufiq Ismail dengan Puisi "Surat Jibril III" karya Maftuhah Jakfar pada Pekan Kebudayaan Nasional 2023
Senin, 30 Oktober 2023 12:37 WIBKesusastraan Indonesia Periode Sebelum Kemerdekaan
Kamis, 16 Juni 2022 12:13 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler