x

Ilustrasi 2019 Novel Coronavirus (2019-nCoV). REUTERS/CDC

Iklan

Muhamad Rafi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 17 April 2022

Senin, 18 April 2022 13:32 WIB

Kesusastraan Indonesia di Masa Pandemi: Berkembang atau Menurun

Adanya pandemi membuat sastra Indonesia terkena imbasnya. Lalu, bagaimana sastra di masa pandemi, berkembang atau justru menyusut?.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

PENDAHULUAN

Awal Maret 2020, virus corona pertama kali masuk Indonesia. Dengan masuknya virus corona ke Indonesia mengubah berbagai kebijakan, mulai dari pertemuan secara virtual, pembatasan sosial, sekolah di rumah, dan lain sebagainya. Hadirnya virus corona di Indonesia membuat seseorang mengalami berbagai hambatan untuk melakukan sesuatu, bahkan rencana di tahun 2020 harus tertunda akibat adanya virus corona. Selain itu, adanya virus corona membuat jumlah angka pengangguran di Indonesia menjadi meningkat karena banyaknya orang yang di PHK.

Kesusastraan Indonesia merupakan hal yang tidak bisa dilepas dari jati diri bangsa. Sastra akan terus beradaptasi sesuai dengan keadaan yang sedang dialami, terutama pada masa sekarang ini. Di masa pandemi, bagaimana keberadaan sastra?, apakah akan terus berkembang atau bahkan seiring dengan adanya virus corona sastra menjadi menyusut?. Sastra berkembang ataupun menyusut bisa disadari pada diri kita masing-masing. Karena hanya kita yang akan menentukan nasib sastra di masa pandemi ini. Jika kita rajin menulis dan menghasilkan karya sastra, maka bisa dipastikan sastra akan berkembang. Sebaliknya jika kita tidak bisa menghasilkan karya sastra karena adanya rasa malas, maka bisa dipastikan sastra akan menyusut. Sepatutnya sebagai generasi muda harus melestarikan sastra, apalagi di saat seperti ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Untuk itu, artikel ini ditulis dengan alasan ingin memberikan bagaimana eksistensi sastra di tengah wabah virus corona yang masih belum berakhir ini. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan sastra di masa pandemi, apakah berkembang atau justru menurun?. Selain itu, artikel ini juga memberikan manfaat kepada pembaca agar dapat menambah wawasannya mengenai sastra, terutama sastra di tengah adanya wabah virus corona dan pembaca juga dapat mengetahui perkembangan sastra di masa sekarang ini.

PEMBAHASAN

Sudah kita ketahui bahwa kurang lebih dua tahun belakangan ini pandemi hampir melenyapkan aktivitas masyarakat di dunia. Aspek ekonomi dan beberapa kebijakan politik juga mengalami kelumpuhan yang cukup parah akibat pandemi ini. Selain itu, pandemi yang diakibatkan adanya virus corona ini mempengaruhi aspek kehidupan manusia juga, misalnya pada sistem pembelajaran jarak jauh, bekerja di rumah, menjaga jarak di tempat yang ramai, serta adanya pembatasan di sejumlah wilayah.

Lalu, apakah dengan keberadaan virus corona justru melumpuhkan karya sastra?. Untuk lebih lanjut mari kita bahas.

Sastra di masa pandemi bisa dikatakan cukup berkembang secara signifikan. Kurang lebih dua tahun terakhir ini, sastra yang muncul di masa pandemi ini justru mempunyai ciri khas tersendiri. Banyak orang yang menulis tentang keluh kesahnya di masa pandemi. Tema yang dibawakan oleh kebanyakan orang ketika menulis biasanya berupa kegelisahan dan keluhan akibat adanya pandemi ini. Setiap orang yang mengalami dampak langsung akibat pandemi sudah digambarkan lewat karya tulisnya. Biasanya orang meluapkan keluh kesahnya lewat sosial media. Sosial media menjadi wadah untuk mengeluarkan kegelisahan yang dialaminya, kita bisa  melihatnya di caption Instagram ataupun status-status media sosial lainnya.

Karya sastra muncul ketika seseorang mengalami suatu peristiwa yang dianggapnya tidak mudah. Seorang sastrawan Umar Junus pernah berkata bahwa fenomena atau peristiwa menjadi sebuah alat untuk bisa berimajinasi. Fenomena yang terjadi pada kehidupan nyata sesungguhnya merupakan hasil dari menuangkan ide seseorang, yang kemudian dituangkan dalam bentuk karya sastra. Karya sastra yang diciptakan misalnya, puisi, cerita pendek, serta novel yang dapat menggambarkan situasi saat ini.

Di masa pandemi kita harus memiliki imunitas tubuh yang bagus. Memiliki pola pikir yang sehat menyebabkan imunitas menjadi kuat. Terdapat istilah bahwa hati yang senang adalah obat yang paling manjur. Hati yang senang merupakan ungkapan pada pola pikir yang positif. Sastra dapat memberikan arah pada manusia untuk memiliki pola pikir yang positif. Rene Wellek dan Austin Warren dalam bukunya Teori Kesusastraan mengatakan bahwa tujuan dari sastra adalah mendidik dan menghibur. Sastra di masa pandemi sangat cocok dijadikan sebagai hiburan. Seseorang yang sedang mengalami kesedihan akibat terdampak pandemi bisa meluapkan perasaannya lewat karya sastra. Selain itu, ketika seseorang mulai bosan di dalam rumah karena adanya pembatasan sosial, banyak orang yang mengambil jalan keluarnya dengan membaca karya sastra, seperti membaca novel dan puisi.

Adanya pandemi sudah membuktikan bahwa imajinasi seseorang tidak bisa dilumpuhkan. Imajinasi dapat menembus ruang dan waktu. Pandemi tidak bisa mengunci imajinasi seseorang melalui karya sastra. Saat ini justru sastra melahirkan warna-warna baru. Di masa pandemi sepatutnya para generasi muda menjaga keberadaan karya sastra dengan bagaimanapun kondisinya. Pandemi seharusnya dijadikan sebagai ajang untuk terus meningkatkan kreativitasnya melalui karya sastra.

Maka, mulailah dari diri sendiri untuk banyak membaca sesuai dengan kebutuhan. Dengan membaca setidaknya ada dorongan untuk mempertahankan keberadaan karya sastra. Sebab karya sastra adalah bentuk dokumentasi yang menggambarkan kehidupan seseorang melalui sebuah tulisan. Jikalau sastra tidak lagi berkembang, maka seseorang akan sulit untuk menemukan peradaban dunianya sendiri.

KESIMPULAN

Pandemi Covid-19 memang sudah ada sejak kurang lebih dua tahun. Semua aktivitas manusia di dunia hampir lumpuh. Beberapa kebijakan diberlakukan, mulai dari pembatasan sosial, pembelajaran di rumah, hingga kerja di rumah. Hal tersebut, membuat seseorang merasa jenuh dan bosan akibat terlalu lama berdiam diri di rumah. Banyak hal yang bisa kita lakukan ketika sudah merasa bosan, salah satunya adalah menulis dan membaca.

Keduanya bisa menghilangkan kebosanan ketika pandemi masih berlangsung. Banyaknya orang yang terdampak pandemi, mereka meluapkan isi hatinya lewat sebuah tulisan, yang di mana akan menghasilkan sebuah karya sastra baik itu puisi, cerita pendek, bahkan novel. Sedangkan membaca juga menjadi solusi ketika seseorang sudah merasa bosan, baik membaca berita, buku, puisi, novel, serta cerita pendek. Maka dari itu, masa pandemi bukanlah masa yang sulit bagi kesusastraan Indonesia. Dengan adanya pandemi justru membuat sastra semakin berkembang. 

 

Daftar Pustaka

Sudibyo, Cahyaningrum Dewojati, dkk. "Korona dalam Ruang Politik dan Poetik Sastra: Arena Diskursif Karya-karya Fiksi Komunitas Jejak Imaji Yogyakarta di Era Pandemi". Bakti Budaya. 2021.

Ikuti tulisan menarik Muhamad Rafi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler