Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantoro dan Merdeka Belajar
Kamis, 5 Mei 2022 06:16 WIBHari Pendidikan Nasional 2022 bertepatan dengan Hari Raya Idulfitri 1443 H adalah kuasa Allah yang patut direnungkan. Kita tak pernahan lupa dalam pandangan Ki Hadjar Dewantara tujuan pendidikan adalah mendapatkan kemajuan lahir dan batin untuk kemerdekaan jiwa. Pendidikan harus memberikan nilai-nilai kebatinan yang ada dalam hidup rakyat berkebudayaan.
Hari Pendidikan Nasional 2022 bertepatan dengan Hari Raya Idulfitri 1443 H. Sebuah kuasa Allah yang patut kita renungkan. Substansi dari kedua momen tersebut, yakni terciptanya insan berakhlak mulia. Inilah yang paling esensial dalam memperingati Hari Pendidikan Nasional 2022, dengan tema “Pimpin Pemulihan, Bergerak untuk Merdeka Belajar”.
Merdeka Belajar
Setahun lalu, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim mengajak masyarakat menghidupkan kembali pemikiran Ki Hajar Dewantara untuk terciptanya pendidikan yang berkualitas dan kemerdekaan belajar yang sejati. Apa maksudnya?
Nadiem menandaskan, bahwa dirinya ingin anak-anak Indonesia menjadi pelajar yang menggenggam teguh falsafah Pancasila, pelajar yang merdeka dan mampu menyongsong masa depan dengan percaya diri. Oleh sebab itu, ujar Nadiem, Kementerian secara konsisten melakukan transformasi pendidikan melalui berbagai terobosan Merdeka Belajar.
Kebijakan Merdeka Belajar seperti dilansir laman http://ditpsd.kemdikbud.go.id/hal/merdeka-belajar merupakan langkah untuk mentransformasi pendidikan demi terwujudnya Sumber Daya Manusia (SDM) Unggul Indonesia yang memiliki Profil Pelajar Pancasila. Merdeka Belajar merupakan kebebasan berpikir dan kebebasan berinovasi. Esensi utama kemerdekaan berpikir, yaitu berada pada pendidik. Tanpa terjadi pada pendidik, maka tidak mungkin terjadi pada peserta didik.
Merdeka belajar memfokuskan pada kebebasan untuk belajar dengan mandiri dan kreatif. Guru juga diharapkan menjadi penggerak untuk mengambil tindakan yang muaranya memberikan hal yang terbaik untuk peserta didik.
Adanya konsep gerakan merdeka belajar ini diharapkan dapat mendorong sistem pendidikan di Indonesia menjadi lebih menyenangkan. Harapan dengan diterapkannya merdeka belajar dapat membentuk pendidik yang berbudi luhur, kompeten, dan siap untuk terjun di masyarakat sesuai dengan bidangnya.
Ki Hajar Dewantoro dan Merdeka Belajar
Ki Hadjar Dewantara memiliki konsep tentang pendidikan yang didasarkan pada asas kemerdekaan yang memiliki arti bahwa manusia diberi kebebasan dari Tuhan yang Maha Esa untuk mengatur kehidupannya dengan tetap sejalan dengan aturan yang ada di masyarakat. Tujuan pendidikan adalah kesempurnaan hidup manusia sehingga dapat memenuhi segala keperluan lahir dan batin yang diperoleh dari kodrat alam.
Adapun maksud pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara, yaitu mendapatkan kemajuan lahir dan batin sebagai cara untuk mendapatkan kemerdekaan jiwa. Menurutnya, pendidikan merupakan salah satu usaha pokok untuk memberikan nilai-nilai kebatinan yang ada dalam hidup rakyat yang berkebudayaan kepada tiap-tiap turunan baru (penyerahan kultur), tidak hanya berupa “pemeliharaan” akan tetapi juga dengan maksud “memajukan” serta “memperkembangkan” kebudayaan, menuju ke arah keseluruhan hidup kemanusiaan.
Kebudayaan yang dimaksud adalah kebudayaan bangsa sendiri mulai dari Taman Indria, anak-anak diajarkan membuat pekerjaan tangan, misalnya: topi (makuto), wayang, bungkus ketupat, atau barangbarang hiasan dengan bahan dari rumput atau lidi, bunga dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan agar anak jangan sampai hidup terpisah dengan masyarakatnya (Dewantara, 2011).
Pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengenai merdeka belajar dapat dilihat dalam pemikirannya mengenai pendidikan yang mendorong terhadap perkembangan siswa, yaitu pendidikan mengajarkan untuk mencapai perubahan dan dapat bermanfaat bagi lingkungan masyarakat.
Pendidikan juga merupakan sarana untuk meningkatkan rasa pecaya diri, mengembangkan potensi yang ada dalam diri karena selama ini pendidikan hanya mengembangkan aspek kecerdasan tanpa diimbangi dengan sikap perilakuyang berkarakter dan ketrampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan. Anak didik memiliki dasar jiwa dimana keadaan yang asli menurut kodratnya sendiri dan belum dipengaruhi oleh keadaan dari lingkungan. Dapat diilustrasikan anak yang baru saja lahir ke dunia ibarat seperti kertas putih yang belum dicoret oleh tinta, dari sini dapat dipahami kaum pendidik boleh mengisi kertas putih tersebut menurut kehendaknya.
Merdeka belajar yang menjadi gagasan Nadiem, sejalan dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengenai pendidikan yang seharusnya terselenggarakan di Indonesia. Esensi dari merdeka belajar, yaitu kebebasan berpikir yang ditujukan kepada siswa dan guru, sehingga mendorong terbentuk karakter jiwa merdeka karena siswa dan guru dapat mengekplorasi pengetahuan darilingkungannya, yang selama ini peserta didik dan pendidik belajar berdasarkan materi dari buku atau modul.
Merdeka belajar ini jika aplikasikan dalam sistem pendidikan di Indonesia, maka dapat membentuk siswa yang berkarakter karena telah terbiasa dalam belajar dan mengembangkan pengetahuannya berdasarkan apa yang ada di lingkungannya. Merdeka belajar ini akan mendorong terbentuknya sikap kepedulian terhadap lingkungannya karena siswa belajar langsung di lapangan, sehingga mendorong dirinya menjadi lebih percaya diri, terampil, dan mudah beradaptasi terhadap lingkungan masyarakat. Sikap-sikap tersebut penting untuk dikembangkan karena untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi lingkungannya dibutuhkan sikap kepedulian, terampil dan adaptif dimanapun berada.
Kebijakan merdeka belajar yang digagas oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan memiliki relevansi terhadap pengembangan pendidikan karakter. Selama ini pendidikan lebih menekankan pada aspek pengetahuan, sehingga aspek karakter dan ketrampilan kurang tersentuh.
Jauh-jauh hari, Ki Hajar Dewantoro memiliki konsep yang luhur tentang pendidikan karakter. Menurutnya, untuk mengembangkan pendidikan karakter dibutuhkan 4 strategi.
Pertama, pendidikan adalah proses budaya untuk mendorong peserta didik agar memiliki jiwa merdeka dan mandiri. Kedua, membentuk watak peserta didik agar berjiwa nasional, namun membuka diri terhadap perkembangan internasional. Ketiga, membagun pribadi peserta didik agar berjiwa pionir-pelopor. Keempat, mendidik berarti mengembangkan potensi atau bakat yang menjadi kodrat alamnya masing-masing pesertadidik.
Sikap tersebut harus dikembangkan dalam dunia pendidikan agar terbentuk generasi yang cerdas, berjiwa nasional dan berakhlak mulia. Masa depan bangsa Indonesia ditentukan oleh generasi saat ini, sehingga dibutuhkan kesadaran dan kerjasama antara peserta didik, pendidik, dan orang tua dalam mewujudkan generasi yang unggul.
Penulis Indonesiana
4 Pengikut
Baca Juga
Artikel Terpopuler