x

Iklan

TIO WIJAYA

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 20 Mei 2022

Jumat, 20 Mei 2022 18:29 WIB

Strategi Penggunaan Media, Waktu, dan Ruang dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Strategi Penggunaan Media, Waktu, dan Ruang Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani.Pokok bahasan tersebut meliputi Pengertian media pembelajaran pendidikan jasmani,jenis-jenis media pembelajaran,prinsip pemilihan dan penggunaan media pendidikan,pengelolaan fasilitas dan alat pendidikan jsmani

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Strategi Penggunaan Media, Waktu, dan Ruang Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Dibuat oleh : Kelompok 3

Yazid Abdul Rozaq 2010631070128 1*, Ray Rizki Anugrah 2010631070038 2, Septy dwi anjani 2010631070118 3, Tio Wijaya 2010631070166 4, Sifa Fauziah 2010631070171 5, Yusuf Darmawan Sabila 2010631070170 6, Falah Fadhlurrahman Khalil 20106310701 7

123Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Singaperbangsa Karawang, Indonesia

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

 

 

  1. Pendahuluan

            Dalam era globalisasi, dunia pendidikan sangat di pentingkan dan pemerintah telah merencanakan beberapa program untuk pendidikan di Indonesia. Program tersebut merupakan salah satu strategi pemerintah di bidang pendidikan. Dalam konteks pembelajaran, strategi diartikan sebagai sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif, efisien, dan produktif guna mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dalam strategi tersebut, pemerintah tidak hanya menekankan pada pendidikan akademik, tetapi juga pendidikan non akademik (jasmani, dsb).

             Bab ini membahas Strategi Penggunaan Media, Waktu, dan Ruang Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani.Pokok bahasan tersebut meliputi Pengertian media pembelajaran pendidikan jasmani,jenis-jenis media pembelajaran,prinsip pemilihan dan penggunaan media pendidikan,pengelolaan fasilitas dan alat pendidikan jsmani

Hal ini penting sebagai landasan untuk lebih memahami dan menguasai bahan belajar selanjutnya. Oleh karena itu pokok bahasan ini di pahami dan dikuasai betul-betul dengan membahas dan mendiskusikannya.Strategi berasal dari bahasa inggris yaitu “strategy” artinya siasat, akal atau ilmu perang. Pada awalnya istilah strategi seringkali digunakan dikalangan militer yang diartikan sebagai seni merencanakan gerakan militer dalam suatu pertempuran atau perang utama dalam hubungannya dengan gerakan pasukan darat, laut dan udara ke arah sasaran yang menguntungkan untuk bertempur. Berasarkan pengertian di atas, strategi dapat di rumuskan sebagai dasar yang mengacu pada pada perencanaan dan pengelolaan suatu kegiatan dalam rangka mencapai suatu tujuan.

I. Pembahasan

1. Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi pelajaran kepada peserta didik dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Hal ini didukung dengan menurut Arsyad (2015:10), Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat merangsang perhatian dan minat siswa dalam belajar. Menurut Karim (2014:7), media pembelajaran adalah suatu perentara yang menghubungkan si penyampai pesan dengan si penerima pesan , dalam hal ini pesan berupa materi pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan dalam hal yang berhubungan dengan program pendidikan.

Pengertian media mengarah pada sesuatu yang dapat meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan. Media merupakan segala bentuk dan saluran yang digunakan menyampaikan pesan atau informasi (AECT dalam Arsyad, 2011). Masih dari sudut pandang yang sama, Kemp dan Dayton (1985:3), mengemukakan bahwa peran media dalam proses komunikasi adalah sebagai alat pengirim (transfer) yang mentransmisikan pesan dari pengirim (sender) kepada penerima pesan atau informasi (receiver) (Kartika, 2008). Sejalan dengan hal tersebut Munadi (2012) menyatakan bahwa “media merupakan segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif”

Media memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan sebagai suatu sarana atau perangkat yang berfungsi sebagai perantara atau saluran dalam suatu proses komunikasi antara komunikator dan komunikan (Asyar, 2011). Media pembelajaran dapat dikatakan sebagai alat bantu pembelajaran, yaitu segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan peserta didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar.

Gagne dan Briggs (1975) dalam Arsyad (2011:4) mengemukakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto gambar, grafik, televisi, dan komputer. Media pembelajaran adalah semua alat (bantu) atau benda yang digunakan dalam pembelajaran, dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber (pendidik maupun sumber lain) kepada penerima (peserta didik). Secara umum media pembelajaran memiliki peran sebagai berikut:

  1. Memperjelas penyajian pesan pembelajaran agar tidak terlalu bersifat verbal.
  2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra.
  3. Penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif peserta didik.
  4. Menjadikan pengalaman manusia dari abstrak menjadi konkret.
  5. Memberikan stimulus dan rangsangan kepada peserta didik untuk belajar secara aktif.
  6. Dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.

Media pembelajaran biasanya dipahami sebagai benda-benda yang dibawa masuk ke ruang kelas untuk membantu efektivitas proses belajar mengajar. Media pembelajaran tidak terbatas pada apa yang digunakan pengajar di dalam kelas, tetapi pada prinsipnya meliputi segala sesuatu yang ada di lingkungan peserta didik dimana mereka berinteraksi dan membantu proses belajar mengajar. Secara umum media pembelajaran dapat dikelompokan menjadi empat yaitu:

  1. Media Visual,
    2. Media Audio,
    3.         Media audio-visual,

Pengertian Media Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Media pembelajaran pendidikan jasmani adalah alat atau sarana untuk menyampaikan materi pendidikan jasmani sehingga siswa-siswa mengerti dan mau melakukan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani secara aktif dan benar.Dengan menggunakan media atau alat bantu dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah di yakini akan membantu proses pembelajaran yang lebih efektif dan efisien. Mengapa? Karena dengan pemikiran secara logika untu kmengajari jumlah siswa kurang lebih 30 orang tanpa menggunakan media ataualat bantu, sangat kecil kemungkinannya semua siswanya dapat menangkap apayang diajarkan guru.Media pendidikan jasmani ialah segala sesuatu yang dapat mempermudah danmemperlancar kegiatan pendidikan jasmani yang bersifat relatif permanen ataususah untuk dipindah-pindahkan. Secara garis besar media pendidikan jasmaniterdiri dari dua macam, yakni media yang ada di dalam ruangan (Indoor media) dan yang ada di luar ruangan (outdoor media).
           

2. Jenis-jenis Model Pembelajaran Pendidikan jasmani

2.1. Model Belajar kerjasama [ Cooperative Learning Model ]

A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Davidson dan Warsham ‘’pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang berefektifitas yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik‘’. Jadi dalam model pembelajaran kooperatif ini, siswa bekerjasama dengan kelompoknya untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan begitu siswa akan bertanggung jawab atas belajarnya sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang di berikan pada mereka

B. Tujuan Model Pembelajaran Koopertif

           Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dan temannya serta pengembangan keterampilan social Louisell dan Descamps juga menambahkan, karena siswa bekerja dalam satu tim, maka deangan sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara para siswa dari latar belakang etnis dan kemampuan.

 Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif sebagai berikut.

1.siswa dalam kelompok bekerja sama menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan di capai
2.kelompok di bentuk secara heterogen.
3.penghargaan lebih di berikan kepada kelompok , bukan kepada individu.

2.2. Model Pendekatan Taktis 

Pendekatan taktis mendorong siswa untuk memecahkan masalah taktik dalam permainan. Masalah ini pada hakikatnya berkenaan dengan penerapan keterampilan Teknik dalam situasi permainan. Dengan demikian siswa makin memahami kaitan antara Teknik dan taktik. Keuntungan lainnya, pendekatan ini tepat untuk mengajarkan keterampilan bermain sesuai dengan keinginan siswa. Tujuan utama dari pendekatan taktis dalam pembelajaran permainan adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap bermain.

Pada model pembelajaran permainan taktial, guru merencanakan urutan tugas mengajar dalam konteks pengembangan keterampilan dan taktis bermain siswa ,mengarah pada permainan yang sebenarnya .penekanannyan pada pengembangan pengetahuan taktikal yang mempasilitasi aplikasi keterampilan dalam permainan, pada intinya adalah siswa dapat mengembangkan keterampilan dan taktis bermain secara berkesinabungan atau drill siswa Kembali melakukan permainan dengan perubahan tugas gerak yang telah di lakukan pada tugas drill. pembelajaran melalui model pembelajaran pendekatan taktis membiasakan siswa untuk melatih kognitif, afektif, dan psikomotor.

Pembelajaran taktikal mengutamakan pada pemanfaatan  ‘’masalah-masalah taktikal’’ sebagai perantara dan tujuan pembelajaran. Sedangkan bagi siswa, sangat penting  untuk mengenali posisi bermain di lapangan secara benar, pilihan-pilihan gerak yg mungkin di lakukan, dan situasi-situasi bermain yang di hadapi siswa.

Dalam pelaksanaannya pendekatan taktis ini memenfaatkan bentuk-bentuk permainan yang di modifikasi. Penulis contohkan di sini misalnya pada permainan bola voli, bentuk modifikasinya sperti ukuran lapangan di perkecil, tinggi tiang net di perpendek, jumlah pemain bisa di kurangi atau di tambah. Modifikasi ini di sesuaikan dengan kemampuan keterampilan siswa dan sarana yang ada.

2.3. Model Mengajar Inkuiri

Model pembelajaran inkuiri diciptakan oleh Suchman (1962) dengan alasan ingin memberikan perhatian dalam membantu siswa menyelidiki secara independen, namun dalam suatu cara yang teratur. Inkuiri adalah suatu pencarian makna yang mensyaratkan seseorang untuk melakukan sejumlah operasi intelektual untuk menciptakan pengalaman. Pada prinsipnya model inkuiri merupakan model yang menekankan pembelajaran yang berpusat pada siswa di samping juga pada guru, dan yang terutama dalam model inkuiri adalah siswa didorong untuk terlibat secara aktif dalam menyelesaikan suatu topik permasalahan hingga sampai pada suatu kesimpulan. Latihan inkuiri dapat diberikan pada setiap tingkatan umur (mulai dari Taman Kanak-kanak dan seterusnya).

Selain itu Metzler (2000:333) juga mengemukakan pendapatnya bahwa: "The inquiry model can be effective at all grades if the levels of cognitive and psychomotor problems given to student match their developmental readiness." Maksudnya adalah model inkuiri bisa efektif untuk seluruh tingkatan kelas seandainya tingkat permasalahan kognitif dan psikomotor yang diberikan pada siswa sesuai dengan kesiapan perkembangannya. Masih menurut pendapat Metzler (2000:312) bahwa: Inquiry teaching model is used in many schools in the United States and abroad, most often at the elementary grades." Jadi model pembelajaran inkuiri ini digunakan oleh banyak sekolah di Amerika Serikat dan negara lainnya pada tingkat SD.

Dari pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah dengan waktu yang relatif singkat. Kegiatan inkuiri tidak terjadi dengan sendirinya, namun harus diciptakan kondisi yang memungkinkannya untuk itu.

Hal yang perlu diingat bahwa dalam penutup ini siswa diberi kebebasan untuk melakukan pendinginan tanpa harus diatur atau dikomando oleh guru. Dalam penutupan pembelajaran, evaluasi akan dilakukan oleh guru dengan cara bertanya pada siswa. Jawaban siswa dapat bersifat verbal ataupun dengan mendemonstrasikan melalui gerak. Karakteristik yang unik dari model inkuiri adalah didasarkan pada pertanyaan (question-based teaching), dan berbagai strategi yang saling berkaitan.

2.4. Model Mengajar Teman Sebaya/Tutor Sebaya

Proses pembelajaran seharusnya menempatkan siswa sebagai subyek mempunyai potensi dasar masing-masing yang dapat berkembang bukan sebagai obyek yang hanya dapat dibentuk semau pendidik. Mereka membutuhkan dorongan eksternal untuk menumbuh kembangkan potensi internal siswa. Jadi keberhasilan itu merupakan sebuah permata yang dapat menjalik semua orang. Keanekaragaman potensi atau kemampuan yang dimiliki siswa dalam memahami sebuah konsep sering menimbulkan masalah. Kesulitan yang dialami oleh sekelom pok siswa tersebut dapat di atasi dengan cara melibatkan teman sebayanya dalam pembelajaran atau guru menerapkan pembelajaran dengan metode tutor sebaya.

Jadi Pembelajaran dengan bantuan tutor sebaya adalah suatu metode pembelajaran yang melibatkan siswa menjadi pengajar setelah dipilih oleh guru berdasarkan kriteria tertentu yang didukung dengan prestasinya yang lebih tinggi dari kelompoknya untuk membantu teman-temanya sendiri yang mengalami kesulitan belajar. Alternatifnya, waktu khusus tiap harinya harus dialokasikan agar peserta didik saling membantu belajar Olahraga, Tutor Sebaya merupakan salah satu strategi pembelajaran untuk membantu memenuhi kebutuhan peserta didik.

Rasa saling menghargai dan mengerti dibina di antara peserta didik yang bekerja bersama. Hal ini membantu memperkuat apa yang telah dipelajari dan diperoleh atas tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Peserta didik juga mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk mendengar kan, berkonsentrasi, dan memahami apa yang dipelajari dengan cara yang bermakna. Penjelasan tutor sebaya kepada temannya lebih memungkinkan berhasil dibandingkan guru.

Peran dan Manfaat Pembelajaran Metode Tutor Sebaya diantaranya yaitu:

  1. Peran Tutor Sebaya dalam menyelesaikan Tugas-tugas gerak dalam Olahraga, Pembelajaran tutor sebaya sering digunakan untuk membantu para siswa yang lambat menyelesaikan latihan atau untuk memberikan tambahan bimbingan bagi semua peserta didik yang kurang dalam menyelesaikan tuntutannya
  2. Manfaat peran tutor sebaya:

1)         Memberikan pengaruh positif, baik dalam pendidikan dan sosial pada guru, dan tutor sebaya.

2)         Merupakan cara praktis untuk membantu secara individu dalam menyelesaikan tugas gerak.

3)         Pencapaian kemampuan menyelesaikan gerakan dengan bantuan tutor sebaya hasilnya bisa menjadi di luar dugaan atau lebih baik.

4)         Jumlah waktu yang dibutuhkan peserta didik untuk menyelesaikan materi gerakan akan meningkat secara signifikan, bergantung pada kualitas tutor sebaya yang digunakan.

Dengan strategi ini para siswa yang lemah akan mengambil manfaat dari perhatian yang tak terbagi dari guru. Guru sering tidak punya cukup waktu untuk memberikan bantuan individu seperti ini. Kepada tiap peserta didik. Itulah sebabnya dengan adanya turor sebaya,maka para guru dan siswa yang kurang akan merasa sangat terbantu. Namun, ini harus dijelaskan dengan seksama kepada tutor sebaya tentang hal apa saja yang harus mereka lakukan.

2.5. Direct Instruction/ Model Pembelajaran Langsung

model ini mengambil filosofi dasar dari aliran behavioralistik dimana stimulus dan respon memegang peranan penting. Model ini menuntut siswa melaksanakan apa yang direncanakan oleh guru dengan konsekuensi adanya "reward". Ketika tingkat penguasaan guru terhadap materi, siswa, lingkungan, skenario sangat-sangat "excellence". Arti mengajar bagai guru dan belajar bagi siswa. Bagi guru: Guru adalah sumber utama dari semua perencanaan yang ada, Guru harus dapat memanfaatkan semua sumber yang ada untuk terlaksananya proses belajar, Guru disamping merencanakan juga merupakan pelaksana dari perencanaan yang diimplementasikan kepada siswa.

Bagi siswa: Siswa belajar dari hal yang mudah ke sukar, sederhana ke komplek, Siswa harus dengan jelas mengerti tugas yang menjadi bahan ajar dan dipelajari termasuk kriteria keberhasilan, Dalam belajar siswa berhak untuk mendapatkan umpan balik agar terjadi proses belajar dengan benar.

Dasar teori yang dipergunakan dalam model ini (sport education) adalah seperti apa yang diungkapkan oleh Darly Siedentop dimana diambil filosofi bahwa olahraga adalah bentukan dari permainan / bermain. Jika olahraga diterima sebagai sebuah bentuk dari bermain maka nilai terkandung akan membentuk masyarakat dan secara resmi merupakan proses bagaimana orang datang dan belajar untuk berpartisipasi dalam budaya olahraga. Sport education diadaptasi dengan adanya pertandingan pertandingan, sehingga siswa akan memiliki jiwa yang sportif, belajar nilai, skill, ritual, peraturan, tradisi dengan cara berpartisipasi dalam kegiatan olahraga. Tidak semua siswa mampu menjadi atlet, sehingga siswa yang kurang menyukai keterlibatan langsung dapat berperan dan belajar dengan menjadi wasit, hakim garis, P3K, pemandu sorak, suporter yang baik, pencari data, manajer, pelatih, asisten pelatih, tukang pijat.

Ciri utama dari model ini adalah adanya kompetisi dan siswa diajak untuk berfikir bagaimana caranya agar kita dapat mengikuti, merasakan, melaksanakan, terlibat dalam kompetisi dengan segalam adat istiadat kecabangan yang diikuti. Arti mengajar bagai guru dan belajar bagi siswa, bagi guru: Diperlukan penggabungan atau kombinasi penggunaan strategi, fasilitas dan variasi dalam belajar.

2.6. Model Tanggung Jawab Pribadi dan Sosial

  1. Model Hellison

Salah satu model pembelajaran pendidikan jasmani yang termasuk dalam kategori model rekonstruksi sosial adalah model Hellison, (1995), yang berjudul Teaching Responsibility Through Physical Activity. Pembelajaran pendidikan jasmani dalam model ini lebih menekankan pada kesejahteraan individu secara total. Steinhart mengatakannya sebagai model humanistic. Model pembelajaran pendidikan jasmani dari Hellison ini diberi nama level of affective development. Tujuan model Hellison ini adalah meningkatkan perkembangan personal dan responsibility siswa dari irresponsibility, self control, involvement, self direction dan caring melalui berbagai aktivitas pengalaman belajar gerak sesuai kurikulum yang berlaku. Model Helison ini sering digunakan untuk membina disiplin siswa (self-responsibility) untuk itu model ini sering digunakan pada sekolah-sekolah yang bermasalah dengan disiplin siswanya. Hellison mempunyai pandangan bahwa: perubahan perasaan, sikap, emosional, dan tanggung jawab sangat mungkin terjadi melalui penjas, namun tidak terjadi dengan sendirinya. Perubahan ini sangat mungkin terjadi manakala penjas direncanakan dan dicontohkan dengan baik dengan merefleksikan kualitas yang diinginkan. Potensi ini diperkuat oleh keyakinan Hellison bahwa siswa secara alami berkeinginan untuk melakukan sesuatu yang baik dan penghargaan ekstrinsik adalah "counter productive. Oleh karena itu,pada dasarnya model Hellison ini dibuat untuk membantu siswa mengerti dan berlatih rasa tanggung jawab pribadi (self-r responsibility) melalui pendidikan jasmani.

 

  1. Prinsip Pemilihan dan Penggunaan Media Pendidikan Jasmani

Pemilihan media untuk suatu proses belajar-mengajar adalah suatu tindakan strategis. Artinya pemilihan, penetapan dan pembuatan media Pembelajaran perlu diperhatikan dan dilaksanakan secara cermat. Media proses belajar-mengajar ini banyak jenisnya dan beraneka ragam penggunaannya. Agar penggunaannya efektif sebaiknya dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria tersebut adalah: Pertama, tujuan pemilihan itu sendiri harus jelas. Apakah sekedar untuk rekreasi/ hiburan, informasi umum, pembelajaran atau untuk tujuan yang lebih spesifik. Kedua, familiaritas media, yaitu media itu harus dikenali sifat dan ciri-cirinya. Ketiga, pemilihan itu hendaknya berdasarkan kriteria tertentu sebagai pegangan atau patokan.

  1. Pengelolaan Fasilitas dan Alat Pendidikan Jasmani

Yang dimaksudkan dengan perlengkapan di sini ialah segala hal yang melengkapi proses belajar-mengajar, umpamanya pemukul bola, raket, net. Gawang palang sejajar, dan lain sebagainya. Perlengkapan itunya hendaknya memadai dengan banyaknya siswa sehingga dapat mempersingkat waktu tunggu untuk memperoleh giliran. Aspek manajerial perlengkapan dalam proses belajar-mengajar pendidikan jasmani ialah distribusi perlengkapan sebelum proses belajar-mengajar dan pengumpulan perlengkapan sesudah proses tersebut. Dengan pengertian lain dapat dinyatakan bahwa distribusi dan pengumpulan perlengkapan itu tergolong aspek strategis dalam proses belajar-mengajar pendidikan jasmani

Hal lain dalam pengelolaan alat-kelengkapan untuk proses belajar mengajar ialah pengumpulan alat-alat setelah dipakai. Tanpa prosedur yang ketat, kehilangan atau kerusakan alat-alat ini sering terjadi justru pada saat-saat selesai kegiatan proses belajar-mengajar khususnya alat perorangan seperti sarung tangan raket, stick dan sebagainya. Guru atau petugas gudang, atau pembantu dapat juga turut mengawasi pengembalian alat-alat ini, sehingga hal-hal yang tak diinginkan dapat tercegah. Perlu juga dipikirkan soal pengangkutan alat-alat yang tergolong banyak umpamanya bola untuk latihan tenis stick, matras yang dikeluarkan dari gudang. Pada umumnya gerobak dorong atau semacam yang beroda akan memudahkan angkutan alat

Tindakan strategis dalam menyiapkan suatu proses belajar mengajar ialah penyiapan lapangan. Lapangan adalah prasarana atau fasilitas yang penting dalam proses belajar-mengajar. Lapangan seharusnya disiapkan jauh sebelum proses belajar-mengajar dilakukan. Penyiapan lapangan menjelang saat-saat pelaksanaan cenderung mengambil waktu jam pelajaran efektif proses belajar-mengajar bersangkutan. Hal ini merupakan pemborosan waktu belajar-mengajar pendidikan jasmani.

 

Kesimpulan

  1. Media pembelajaran dapat dikatakan sebagai alat bantu pembelajaran, yaitu segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan peserta didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini masih cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang digunakan untuk tujuan pembelajaran.
    Jenis-jenis media pembelajaran :
  2. Model Belajar kerjasama [ Cooperative Learning Model ]
    2. Model Pendekatan Taktis
    3. Model Pendekatan Inkuiri
    4. Model Mengajar Teman Sebaya/Tutor Sebaya
    5. Direct Instruction/ Model Pembelajaran Langsung
    6. Model Tanggung Jawab Pribadi dan Sosial
  3. Prinsip Pemilihan dan Penggunaan Media Pendidikan Jasmani

Pemilihan media untuk suatu proses belajar-mengajar adalah suatu tindakan strategis. Artinya pemilihan, penetapan dan pembuatan media Pembelajaran perlu diperhatikan dan dilaksanakan secara cermat. Media proses belajar-mengajar ini banyak jenisnya dan beraneka ragam penggunaannya. Agar penggunaannya efektif sebaiknya dipilih berdasarkan kriteria tertentu.

  1. Pengelolaan Fasilitas dan Alat Pendidikan Jasmani
    Yang dimaksudkan dengan perlengkapan di sini ialah segala hal yang melengkapi proses belajar-mengajar, umpamanya pemukul bola, raket, net. Gawang palang sejajar, dan lain sebagainya. Perlengkapan itunya hendaknya memadai dengan banyaknya siswa sehingga dapat mempersingkat waktu tunggu untuk memperoleh giliran. Aspek manajerial perlengkapan dalam proses belajar-mengajar pendidikan jasmani ialah distribusi perlengkapan sebelum proses belajar-mengajar dan pengumpulan perlengkapan sesudah proses tersebut

Ikuti tulisan menarik TIO WIJAYA lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler