Ketika Realita Jauh Dari Cita Cita
Bambang Udoyono, penulis buku
Semua orang punya keinginan dan cita cita. Banyak orang ingin berkuasa dan kaya raya. Rencana aksi disusun dan tindakan dilakukan. Namun semua rencana dan keingiann bisa meleset. Aapalagi ketika rencana terkna pademi. Alih alih untung justru banyak yang rugi. Banyak bisnis justru bangkrut. Banyak karyawan diphk. Cita cita ternyata jauh dari realita. Bagaimana menyikapi kenyataan pahit ini?
Seorang ustadz dari Barat bernama Nouman Ali Khan memiliki sebuah quote yang indah.
“What you desire is what YOU want, what you have is what ALLAH wants.” ~ Nouman Ali Khan
Apa yang kamu ingini itu adalah keinginanmu, apa yang kamu miliki itu adalah keinginan Allah. Demikian kata Nouman Ali Khan, seorang ustadz kondang dari negri Paman Sam. Tepat sekali dan bijaksana sekali pandangan Nouman Khan ini. Mari kita otak atik pendapatnya.
Ambisi bisa membawa alpa
Manusia memang diberi nafsu oleh Allah. Manusia memang mencintai harta duniawi dan banyak yang diberi kemampuan menggapainya. Maka manusia berlomba mencari harta dan kuasa sebanyak banyaknya. Tidak sedikit yang upayanya melewati batas, melanggar aturan Allah swt. Akibatnya terjadi kerusakan di muka bumi. Kerusakannya bukan hanya fisik tapi bisa juga non fisik seperti tatanan sosial, ekonomi dan budaya. Kerusakan moral misalnya. Barangkali kerusakan moral justru lebih berbahaya daripada kerusakan fisik. Dampaknya juga lebih panjang dan dahsyat. Perbaikannya juga lebih sulit.
Karena itu mereka yang melewati batas itu akan menerima konsekwensi setara dengan perbuatannya. Sebaliknya mereka yang tetap di jalan yang lurus juga akan menerima ganjaran berlipat. Lebih daripada perbuatannya.
Nrimo ing pandum
Oleh karena itu Nouman Khan mengingatkan kita agar berlapang dada menerima pemberian Allah swt. Dalam bahasa Jawa ada peri bahasa yang senada dengan quote dari ustadz Nouman. Nrimo ing pandum yang artinya menerima bagiannya dengan senang hati, dengan ikhlas. Jangan sekali sekali grenengan (menggerutu) dengan apa yang sudah dimiliki, apa yang sudah diterima. Itu adalah pemberian Allah swt. Mungkin apa yang kita miliki tidak sebanyak orang lain. Mungkin jabatan kita tidak setinggi orang lain. Mungkin nama kita tidak seharum orang lain. Reputasi kita tidak semoncer orang lain. Pasti akan selalu ada orang yang mengungguli apa yang kita miliki. Tapi karena semua yang miliki adalah pemberian Allah maka kita harus bersyukur, harus rido.
Rido
Dengan kata lain sejatinya manusia harus rido dengan semua yang terjadi kepadanya. Mungkin bisnis surut atau banhkan bangkrut. Mungkin jabatan lepas. Mungkin cita cita yang sudah lama sudah diperjuangkan tidak tercapai. Mungkin karir terkendala seperti Pete ‘Maverick’ Mitchell yang tetap jadi kapten ketika temannya sudah jadi admiral berbintang dua.
Semua yang terjadi adalah kehendak Allah. Maka manusia harus menerimanya dengan lapang dada. Manusia harus rido dengan semua ketetapan Allah kepadanya. Hanya dengan cara itulah manusia mampu menggapai kebahagiaan. Selama hati belum rido maka dia akan sulit mendapatka kebahagiaan.
Ringkasan
Ketika realita jauh dari cita cita, maka kita harus tetap rido. Karena semua yang terjadi adalah kehendak Tuhan. Sedangkan cita cita adalah kehendak manusia. Tentu kehendak Allah lebih baik daripada kehendak manusia. Maka kita harus mampu menata hati agar tetap lapang dada. Hanya dengan sikap lapang dada dan rido kita bisa menemukan hikmah dari setiap kejadian. Hanya dengan demikian kita akan menemukan kebahagiaan.
Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.