x

sumber foto: cermati.com

Iklan

Bambang Udoyono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Maret 2022

Selasa, 26 Juli 2022 13:22 WIB

Apa yang Kamu Cari Sedang Mencarimu

Banyak lowongan kerja dan banyak pencari kerja. Tapi mengapa banyak juga pengangguran? Sila baca terus.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh: 

What you seek is seeking you. Apa yang kamu cari sedang mencarimu. Itulah kata mutiara Maulana Jalaludin Rumi, seorang sufi dan cendekiawan muslim yang sangat terkenal dari abad 13.  Mungkin anda membatin, apa artinya?  Apa maksudnya?

Banyak orang sudah menafsirkan kata mutiara Rumi tersebut.  Ada yang menasirkannya seperti Law of Attraction.  Namun di antara tafsir tersebut berikut inilah yang saya yakini mendekati kebenaran.  What you seek is seeking you – arti harafiahnya apa yang kamu cari sedang mencarimu.  Rumi sedang menafsirkan hubungan manusia dengan Tuhannya, Allah swt.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ada hadist yang membahas hal tersebut

Hubungan manusia dengan Tuhan

 

Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu-, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat). Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” (HR. Bukhari no. 6970 dan Muslim no. 2675).

Pencari kerja dan pemberi kerja

Tapi selain itu kata mutiara Rumi tersebut bisa juga dimaknai lain.  Apakah itu? Apa yang kamu cari sedang mencarimu itu saya yakin berlaku juga dalam banyak bidang.  Misalnya dalam pasar tenaga kerja.  Banyak sekali anak muda yang sedang mencari pekerjaan.  Di sisi lain sebenarnya banyak sekali juga lowongan kerja.  Setiap hari koran, website dll memuat lowongan kerja. 

Demikian juga dalam politik. Indonesia membutuhkan legislator, dan pejabat politik yang mumpuni, jujur dan tidak korup.  Tapi mengapa pengangguran bukannya menurun justru semangkin bertambah?  Karena sebagian besar orang yang memasuki pasaran tenaga kerja masih di bawah standard.  Mereka tidak memenuhi syarat.

Bahan bakunya lemah

Pertanyaan berikutnya, bukankah sudah banyak sekali lembaga pendidikan?  Sekolah sejak sd smp, sma, pt sudah tersebar di mana mana.  Lembaga pendidikan ketrampilan juga sudah menjamur, mulai bahasa Inggris, vokasi, public speaking, menjahit, dsb.  Apakah mereka tidak mampu mencetak alumni yang berkualitas?  Alumni yang memenuhi standard kompetensi kerja?

Sebenarnya sudah banyak, meskipun tidak semua, lembaga pendidikan yang berkualitas.  Pendidikan Tinggi berkualitas sudah banyak. Bahkan lembaga kursus vokasi juga banyak yang berkualitas.  Lalu di mana salahnya?  Saya punya dugaan titik lemahnya ada pada bahan baku pendidikan, yaitu siswa/mahasiswanya.  Apa kelemahannya? 

Mari merujuk ke teori kompetensi.  Dalam teori ini kompetensi seseorang didukung oleh tiga unsur yaitu skill (ketrampilan), knowledge (pengetahuan) dan attitude (sikap mental).   Kebanyakan lembaga pendidikan hanya mengajarkan skill (ketrampilan). Knowledge (pengetahuan) dibentuk oleh keluarga sehingga menjadi pribadi yang suka membaca terutama dan juga diskusi. 

Saya tidak punya angkanya tapi dari amatan amatiran saja saya yakin jumlah mereka ini minoritas sekali di Indonesia.   Orang Indonesia mayoritas tidak suka membaca.  Mereka hanya rajin membaca hp, itupun wa saja, tidak masuk ke kedalaman membaca.  Mereka juga cuma gemar bertengkar, bukan berdiskusi yang berkualitas.

Attitude (sikap mental) dibentuk di dalam keluarga dan lingkungan masyarakatnya.  Masyarakat dan keluarga dipengaruhi oleh budaya.  Saya jadi ingat buku karya Mohtar Lubis berjudul ‘Manusia Indonesia’. Dia menulis bahwa manusia Indonesia memiliki sifat sifat berikut. 

  1. Hipokrit dan munafik.
  2. Enggan bertanggung jawab atas perbuatannya.

3.Berjiwa feodal.

  1. Percaya tahayul.
  2. Artistik.

6.Watak lemah.  Sifat sifat tersebut pastilah dibentuk oleh kebudayaan Indonesia sejak jaman kuno.  Dari enam sifat tersebut hanya satu saja sifat yang baik yaitu artistik.

Sifat unggul

 

Lantas bagaimana sifat yang baik menurut para pakar?  Sudah banyak buku yang memaparkan sifat ideal dan kebiasaan ideal orang sukses.  Ambil contoh dari pakar kenamaan Stephen Covey dalam bukunya The Seven habits of highly effective people (Tujuh kebiasaan orang yang sangat efektif).

  1. Proaktif. Artinya berani ambil prakarsa, tidak hanya diam saja menunggu perintah.
  2. Begin with the end in mind. Mulai dengan sasaran akhir. Punya cita cita, target, sasaran. Lalu bikin rencana aksi untuk mencapainya.
  3. First thing first. Mengutamakan yang utama. Memberi prioritas.
  4. Think win-win. Menciptakan hubungan baik, tidak egois. Semua pihak diuntungkan, tidak hanya pihaknya sendiri saja.
  5. Seek to understand, then be understood. Memahami dulu, baru dipahami. Jangan hanya menuntut orang lain memahami tanpa mau memahami pihak lain.
  6. Synergize. Bersinergi, bekerjasama dengan orang lain dengan baik. Membentuk tim kerja yang solid, yang saling mendukung.
  7. Sharpen the saw. Selalu mengembangkan diri. Belajar terus menerus.

 

Sudah jelas kan kekurangan kita di mana?  Bukan di kecerdasan.  Semua bangsa sebenarnya sama saja soal kecerdasan.  Tapi kelemahan orang Indonesia ada pada sikap mental yang  dibentuk oleh kebudayaan.

Koentjaraningrat dalam bukunya Kebudayaan, mentalitet dan pembangunan  menyatakan bahwa pembangunan membutuhkan mentalitas yang baik.  Tanpa itu pembangunan akan terkendala.  Sampai sekarang terbukti pembangunan Indonesia kurang maksimal.  Kita kalah jauh dari negara tetangga di Asia.  Pastilah ada kebenaran dalam thesis Koentjaraningrat tersebut.  Jadi mentalitas ini harus diatasi.

Ihtiar bersama

 

Lantas bagaimana mengatasinya?  Bagaimana membentuk manusia Indonesia yang unggul? Bagaimana membentuk manusia Indonesia yang memiliki sifat, sikap yang baik seperti dipaparkan Covey dan banyak pakar lain?

 

Idealnya ada upaya besar yang dipimpin oleh pimpinan puncak.  Mestinya semua unsur masyarakat didengar pendapatnya, disusun rencanya dan dilaksanakan dengan well organized dan well planned.  Tapi agaknya masih susah mengharapkan itu jadi kenyataan. Maka sebaiknya kita awali dengan langkah kecil saja dulu. 

 

Mari kita sebarkan sikap mental positif melalui banyak upaya seperti pengajian oleh para ustadz, kyai, ulama dll.  Para penulis juga bisa melakukan dengan menulis banyak artikel dan buku yang menginspirasi, yang mencerahkan, yang membuka mata nalar, yang menggerakkan.  Para guru juga bisa melakukan dengan ajaran, masukan dan nasehat yang mencerahkan muridnya.  Demikian juga para trainer, coach, tutor, atau apapun sebutannya. 

 

Itulah sebabnya saya menulis buku.  Saya ingin memberi masukan pada keluarga Indonesia agar mereka menemukan kiat terbaik mengembangkan keluarganya.  Saya ingin masyarakat Indonesia mahir berbahasa Inggris.  Saya ingin memberi masukan kepada masyarakat Indonesia agar mereka menemukan jalan menuju kebahagiaan.  Secara singkat, saya ingin masyarakat mampu memperbaiki sifat sifat negatifnya dan mengganti dengan sifat positif.  Saya juga menulis buku untuk meningkatkan skill dan knowledge mereka. semuanya dengan niat memberi kontribusi agar masyarakat Indonesia meningkatkan skill, knowledge dan attitudenya.  Semoga Allah rido dan semoga bermanfaat untuk masyarakat Indonesia.

Keluarga sakinah mawaddah wa rahmah kuncinya

 

Apabila mayoritas keluarga Indonesia sudah menjadi keluarga sakinah mawaddah wa rahmah makan insya Allah anak keturunannya akan memiliki attitude, skill dan knowledge yang baik.   Orang yang memiliki ketiga unsur ini dengan baik adalah orang orang yang dibutuhkan oleh masyarakat dan negara.  Sesungguhnya pertumbuhan masyarakat dan negara membutuhkan tenaga kerja berkualitas di berbagai bidang. 

 

Itulah sebabnya saya menafsirkan kalimat Rumi di atas – ‘What you seek is seeking you’ - dari perspektif pasar tenaga kerja.  Ada kebutuhan naker dalam segala bidang tapi syaratnya berkualitas tinggi.  Sedangkan naker berkualitas tinggi dihasilkan oleh keluarga yang sakinah ma waddah wa rahmah. 

Ringkasan

Puluhan juta kaum muda mencari kerja.  Lowongan juga banyak. Sayangnya sebagian besar pelamar kurang baik attitude, skill dan knowledgenya.  Akarnya ada di keluarga. Maka pembangunan keluarga menjadi kunci. Mari sebarkan gagasan baik agar keluarga Indonesia menjadi ideal. Kalau sudah ideal maka anak anak merka akan memiliki sifat unggul. Mereka akan relijius dan memiliki attitude, skill dan knowledge yang unggul.

Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler