x

Meteoroids are billions of years old\xd Source: bbc.com

Iklan

Ikhwanul Halim

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 1 Agustus 2022 18:04 WIB

Kiamat Telah Tiba: Prolog

Menurut narasumber, ini merupakan kisah nyata. Untuk menjaga kerahasiaan nama tokoh, fakta, dan peristiwa telah diganti. Ketika sebuah meteorit menghancurkan sebuah rumah di desa Prancis yang sepi, tidak ada yang bisa memprediksi rantai peristiwa yang akan membawa narasumber pertempuran epik untuk kelangsungan hidup umat manusia.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

17 Januari

“Aku ingin tahu apakah dalam hidupku akan menyaksikan Betelgeuse menjadi supernova,” kataku pada Thom, menatap konstelasi Orion. Kami berdua sedang menatap langit malam nyaris tak berawan.

Sang Pemburu bersama anjingnya Sirius meringkuk di kakinya, tegak berdiri di langit Januari yang cerah, siap memukul Taurus di antara matanya dengan bilah tongkat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bukan tindakan yang bijaksana, pikirku. Tetapi gerakan benda-benda langit yang hampir tak terlihat itu sedemikian rupa sehingga membutuhkan ribuan tahun lagi sebelum senjata itu menemukan sasarannya sementara si banteng besar mempertimbangkan apa yang harus dia lakukan.

Mataku menelusuri bintang di bahu kanan Orion. Desa kami cukup jauh dari polusi cahaya kota besar dan memungkinkan langit malam berkualitas baik. Bintang maharaksasa merah itu dengan mudah dilihat dengan mata telanjang.

"Mungkin ada sesuatu yang bisa dilihat di Orion lebih cepat dari yang kau kira," jawab Thom penuh teka-teki.

 “Apa maksudmu?” tanyaku.

"Aku tak bisa bercerita lebih banyak," jawabnya, "tetapi semuanya ada dalam buku, Jules. Semuanya ada di dalam kitab,” dia mengulangi kata-katanya saat dia berjalan menjauh dariku.

Aku mengagumi bintang-bintang selama beberapa menit sebelum berbalik ke arah yang berlawanan, menuju La Terrasse Rouge.

Sambil berjalan, aku memikirkan Thom. Aku mengenalnya sebagai bujangan selama hidupnya. Pensiun delapan belas tahun yang lalu dan kini usianya tujuh puluh enam tahun. Aku pertama kali bertemu dengannya saat dia masih merupakan arkeolog profesional dengan reputasi internasional.

Pada masa itu, aku hanya melihatnya sesekali, karena dia menghabiskan waktu berbulan-bulan setiap tahunnya di Timur Tengah atau Afrika melakukan penggalian di situs-situs arkeologis.

Dia sepertinya pakar budaya kuno—khususnya kepercayaan agama masyarakatnya.

Selama dua-tiga tahun terakhir, aku menghabiskan lebih banyak waktu bersamanya dibandingkan orang lain. Dia adalah tetanggaku sebelah rumah, dan sering bekunjung secara mendadak tanpa pemberitahuan, setidaknya sekali dalam seminggu.

Salah satu tujuan kunjungannya tampaknya adalah untuk memastikan bahwa koleksi minumanku dalam kondisi baik. Dia mengkonfirmasi ini dengan mengambil sampel yang lumayan banyak.

Thom sudah lama mendeteksi kebosananku dengan diskusi tentang agama dan sejarah, tetapi kami berdua telah bekerja sama mengolah kebun kami dengan tanaman sayuran, dan  bersamaan dengan breaking news di televisi, sering membuat kami berbicara selama berjam-jam selama kunjungannya.

'Semuanya ada di dalam kitab' adalah frasa yang paling disukai Thom.

“Aku tahu itu akan terjadi,” dia sering mengumumkan saat kami membahas beberapa peristiwa yang terjadi di dunia. "Semuanya ada di dalam kitab."

Meskipun, dia tidak pernah menyebutkan 'kitab' mana yang dimaksud.

 

BERSAMBUNG

Ikuti tulisan menarik Ikhwanul Halim lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

16 jam lalu

Terpopuler