x

Iklan

Taufan S. Chandranegara

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 23 Juni 2022

Minggu, 7 Agustus 2022 06:21 WIB

Solilokui dalam Esai Esok

Green technology, alternatif itu, ada, milik bumi di pijak, dilengkapi berbagai kebutuhan vitamin mineral, telah tercipta sejak awal-Nya. Hanya memerlukan revolusi kejujuran-alam memberi segalanya. Salam sejahtera selalu saudaraku-Indonesia selalu kuat.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ketika air tak melihat nurani kemanusiaan berbudi. Jernih atau tidak ukurannya tidak pada alfabetis. Berbudi atau tidak ukurannya tak terlihat pada air jernih sekalipun. 

Narasi warnawarni biarlah menjadi pilihan siapapun, berbudi. Barangkali di sanalah pelajaran dapat dipetik oleh kemuliaan hati siapapun, telah memutuskan sebuah pilihan.

Magnetis kadang dibutuhkan, kadang dibuang, terkadang pula, di buang jangan, disimpan keraguan, membingungkan. Akibatnya, kalau ada, berpengaruh pada amar putusan waktulintasan. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mungkin sebaiknya pilihan, menimbang baik buruk hitam putih kiri kanan maju mundur. Rencana mungkin saja tak sesuai harapan, tujuan berkelit simpangsiur. Karena terpeleset kulit pisang. 
***

Ketika zigot akan bermutasi dari hasil kerjasama gamet betina dengan gamet jantan, mungkin saja berulah sebagai parasit tandingan, kalau mungkin, bergantung pada situasi sasaran. 

Serupa nyamuk, segera mengejar tumpang tindih demi menghisap makanannya, entah darah hewan, entah darah makhluk planet lain. Bagi nyamuk terpenting mencapai sasaran gigitan.

Gigit menggigit dalam arena gladiator hewani merupakan ajang kekuatan jago lahan, menjadi wilayah hidup habitatnya. Hampir serupa adu jangkrik, adu ayam di arena taruhan. Pemilik hewan taruhan jingkrakjingkrak ketika hewan taruhannya menang, mungkin saja dibunuh, kalau mengalami kekalahan. Sedihnya menjadi hewan.
***

Matahari sejak mazhab alam purba tetap bersinar seperti biasa. Kalau ozon bolong, konon, karena ulah  kultur kemodernan, akibat dari berbagai pola laku kimiawi atom sintetis hingga peradaban industri berpolusi.

Ketika kaum filosofis menemukan bentuk komunikasi sosial, dunia bagai baru terbangun dari tidur. Mengalir peranan kehidupan seolaholah mencapai tujuan dari ambisi berbagai jenis makhluk. Mazhab berkembang dalam kumparan tanya-jawab, sepanjang akronim peradaban.

Apakah realitas, menghindari kebudayaan atau sebaliknya. Barangkali saja, tidak untuk keduanya, ketika etika transkultural tengah bergulir untuk mencapai berbagai istilah temuan inteligensi.

Salah atau benar, telah menjadi kebutuhan kemodernan. Relatif atau tidak, hampir serupa ketika telepon seluler saya baterainya melemah, jungkir balik mencari colokan listrik. Ketergantungan mungkin, ada pula bilang, ya, lain peristiwa bilang tidak.
***

Pergerakan unsur komponen organ tubuh, memicu keadaban awal mula kesehatan natural. Sistematika tabulasi instan bebas merdeka menentukan pilihan dari segudang jawaban mengenai kesehatan. Pola berkeringat, penting atau tidak, bagi sirkulasi metabolisme tubuh, misalnya, kembali pada kemerdekaan pilihan personal alias jurdil.

Menanak gandum agak tipis berbeda dengan mananak nasi, meskipun kedua jenis tetumbuhan, terlihat serupa pada kebutuhan pangan individual, kelompok-organisasi pangan dunia, namun sesungguhnya tetap berbeda, agak tak mungkin disamakan.

Meskipun ujungujungnya akibat ketentuan kebutuhan pangan untuk tubuh, atau, antar kepentingan komunikasi di antara organ tubuh. Perbedaan, mungkin saja disamakan, dilakukan oleh sistem asupan makanan secara semenamena. Akibat tabulasi janji sejumlah barisan tanwujud dalam skala aksioma.
***

Eskalasi egomania dunia, di siklus waktu perdetik, tarik ulur, menyesuaikan mazhab di kemodernan, hidup di berbagai ruang berbeda. Filosofi, mungkin saja dianggap kuno, tak taktis strategis, guna mengejar kecepatan kedip kebutuhan hidup. 

Fobia, ketertinggalan tak mencapai etape tujuan, mungkin karena dorongan kemodernan, mencurigai kekunoan natural. Apabila tetap berpegang pada prinsip hidup naturalisme, mungkin.

Meskipun, kemuliaan tradisi memetik buah dari kebun sendiri, bertani, alami, subaksubak air bercucuran dari ketinggian keluhuran budi persawahan, awal mula budaya hidup manusia memelihara kelestarian lingkungannya.

Dunia ekosistem, senantiasa natural memberi pernyataan terbuka. Menyibak mata air maka suburlah tatakelola kehidupan. Tak perlu berlebihan dosis sintetis untuk penyubur kemaslahatan metabolisme kesehatan ekologi ekosistem. 

Green technology, alternatif itu, ada, milik bumi di pijak, dilengkapi berbagai kebutuhan vitamin mineral, telah tercipta sejak awal-Nya. Hanya memerlukan revolusi kejujuran-alam memberi segalanya. Salam sejahtera selalu saudaraku-Indonesia selalu kuat.

***

Jabodetabek Indonesia, Agutus 06, 2022.

Ikuti tulisan menarik Taufan S. Chandranegara lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler