x

Meteoroids are billions of years old

Iklan

Ikhwanul Halim

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 8 Agustus 2022 06:54 WIB

Kiamat Telah Tiba (Bab 4)

Desa Outreau, Pas-de-Calais, Prancis, menjadi pusat perhatian dunia karena sebuah meteorit yang jatuh di sana menghancurkan dua rumah dan menyebabkan kematian seorang warga. Benarkah korban sudah mengetahui sebelumnya bahwa kejadian itu akan menimpa dirinya? Apa yang sebenarnya terjadi di balik semua itu?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

21 Februari.

 

Selama di rumah sakit, aku melewatkan sirkus media yang mengikuti hebohnya tabrakan meteor.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mireille memberi tahuku bahwa Rue de l'Eglise telah menjadi arena karnaval jalanan—dengan kru yang TV merekam dan wartawan mewawancarai siapa pun yang dapat mereka temukan.

Pakar meteorit rupanya telah didapatkan oleh media, yang telah menjawab pertanyaan tentang sains dasar.

Misalnya, pihak berwenang tahu pasti bahwa itu adalah meteorit, bukan sesuatu yang jatuh dari Stasiun Luar Angkasa Internasional, karena semua puing ruang angkasa buatan manusia yang dapat menyebabkan kerusakan saat masuk kembali ke atmosfer bumi selalu dilacak. Selain itu, liputan CCTV dari jalur meteor juga memungkinkan para pakar untuk mengesampingkan benda yang menghancurkan rumahku adalah sampah antariksa buatan manusia.

Para pakar telah menjelaskan bahwa meteor yang menyala itu tidak membakar rumah karena sebetul meteor dingin. Tampaknya meteorit sangat, sangat dingin karena berada di luar angkasa, dan gesekan dengan atmosfer bumi tidak cukup untuk menghangatkan kecuali lapisan permukaannya saja. Akhirnya, para ahli memperkirakan bahwa meteor itu kemungkinan besar dari jenis yang mereka sebut 'batu chondrite'.

Aku ingat seorang reporter Le Monde mewawancaraiku secara singkat ketika aku meninggalkan rumah sakit, meskipun pada kenyataannya dia tahu lebih banyak dariku. Yang bisa kukatakan pada saat itu adalah betapa sedihnya aku bahwa Thom telah meninggal dan satu-satunya rencanaku saat itu adalah memperbaiki rumah dan propertiku.

Aku mengenali reporter yang sama ketika membuka pintu depan rumah Mireille karena bel pintu berbunyi.

"Allo, Monsieur Moreau," katanya riang. "Kita sudah pernah ngobrol saat Anda meninggalkan rumah sakit."

"Aku ingat," jawabku. "Apa yang bisa kulakukan untuk Anda?”

"Hanya kesimpulan untuk mengisi beberapa kekosongan alinea untuk pembaca kami," jawabnya. "Saya bertanya-tanya apa yang terjadi dengan meteorit itu. Ketika pertama kali berita itu beredar, katanya terkubur di bawah puing-puing, dan saat itu semua orang berkonsentrasi pada cerita dari mulut manusia.”

“Saya telah meminta perusahaan pembersihan dan pembongkaran untuk menggalinya,” jawabku. “Kami tidak menemukan apa pun yang dapat kami kenali. Benda itu mungkin hancur saat terkena benturan atau karena terbuat dari batu, dan kami tidak bisa membedakan antara meteorit dan segumpal batu biasa, begitu,” aku menjelaskan. “Lubang itu sudah kami tutup untuk menjaga segala kemungkinan. Mungkin kapan-kapan saya akan menggalinya lagi dengan melibatkan para ahli, tetapi saat ini, banyak hal lain untuk dikerjakan.”

Reporter itu tampak sedikit kecewa, berterima kasih atas komentarku dan pergi.

Aku tidak membaca berita terkait lebih lanjut, yang mungkin mengindikasikan bahwa apa yang kuuraikan tidak layak untuk diangkat sebagai sebuah cerita.

Aku menutup pintu dan berjalan kembali melalui rumah ke garasi. Mireille sedang menykat tanah dari gumpalan besi padat yang tidak beraturan. Benda itu panjangnya sekitar lima puluh sentimeter, lebar tiga puluh sentimeter, dan tinggi tiga puluh sentimeter.

"Aku akan menelepon Abangku," kataku sambil mengambil ponsel, memencet nomor Blanc dan mendengarkan nada deringnya.

Blanc satu-satunya saudaraku. Dia mengambil alih pertanian dan perkebunan keluarga warisan dari papa, dan dia telah membeli bagianku.

Aku tidak pernah memiliki keinginan untuk menjadi petani, tetapi papa kami selalu suka bercanda tentang apakah seorang kulit putih atau bocah kulit hitam yang akan menggantikannya mengurus lahan tersebut. Moreau artinya kulit gelap, Jules maknanya muda, dan Blanc artinya putih pucat.

Bukan nama-nama yang ditulis di akta kelahiran kami. Papa memanggil kami dengan nama itu sejak kami berdua mulai mengingat, dan itu yang menjadi cara kami berdua dikenal orang.

Blanc akhirnya menjawab teleponku.

Allo, Blanc. ... Oui, ca va bien, Merci. ... Aku butuh bantuan. ... Aku punya meteor yang menabrak rumah, dan aku ingin kau membawanya ke pertanian dan menyembunyikannya di sana. ... Aku butuh katrol dan trailer. ... Mungkin beratnya sekitar lima ratus kilogram. ... Mireille dan aku ingin merahasiakannya sepenuhnya dan tentu saja tidak menyimpannya di sini, sampai kami dapat pembelinya. ... Kami pikir nilainya sekitar satu juta euro. ... Ya, betul, aku bilang satu juta. ... Cuma kau, aku, Mireille, dan orang yang membantuku menggalinya, Milo. ... Aku memberinya lima ribu untuk merahasiakannya sampai terjual, dengan janji bagian dari keuntungan hasil penjualan. ... Malam ini. Bien. ... Sampai ketemu.”

 

BERSAMBUNG

Ikuti tulisan menarik Ikhwanul Halim lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 jam lalu

Terpopuler