29 Puisi Pilihan - Fiksi - www.indonesiana.id
x

Ilustrasi Sastra. Karya Mohamed Hassan dari Pixabay.com

Lasman Tv

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 4 Agustus 2022

Rabu, 31 Agustus 2022 06:29 WIB

  • Fiksi
  • Topik Utama
  • 29 Puisi Pilihan


    Dibaca : 1.929 kali

    Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

    29  Puisi Pilihan

    Karya : Pulo Lasman Simanjuntak

    SEBUAH RAYUAN  BUAT TUHAN

    Masih berupa misterikah
    mimpimimpi yang menguasai kamar liar ini.

    Sedangkan para malaikat baal di kuil puisi ini
    telah lama
    mengetukngetuk pintu hati
    penuh cemburu

    SEBUAH NAMA

    Inilah pertemuan kita
    teramat ganjil
    ketika hatiku sendiri
    telah kehilangan laut.

    Padahal kita tak pernah terkejut
    sekejab pun
    oleh rindu
    yang rajin membakar
    bulubulu jantungmu.

     
    KEHADIRAN

    Akankah sampai
    denyardenyar sajakku makin tua
    mengaca dimasa silam
    melupakan segala tekateki
    yang lalulang dihatimu.

    SUATU SIANG

    Tukang tenung dari negeri
    dongengkah engkau itu ?
    hingga segala tinta
    yang dulu pernah engkau ambil
    dari bulubulu dadamu
    kini begitu kering.

    Padahal ada segaris janjijanji
    yang ingin engkau torehkan
    dibaitbait puisimu
    tanpa diselingi khianat lagi.

     
    RUMAH BATU JALAN TUNGKAL I, DEPOK TIMUR

     Kami biasa bercerita sampai malam larut dalam arloji
    di gelasgelas biji anggur
    tak ada wajah
    perempuan mabuk
    dihati kami
    yang penuh sukacita ini
    cinta hanyalah butiran kacang goreng
    gurih dan geli

     jam berapa sekarang, tanyamu
    dengkur veteran Opung Sihombing
    telah melebihkan dari segala sejarah
    apa yang kami punya.

     
    SUATU SORE  DI LAUT SAMPUR

    Pacu, pacukan kudaku
    menuju tepi laut
    selagi burungburung tuyang
    membawa angin santun
    di punggung karang tegar.

     Inikali aku terasing lagi
    sepertinya sengaja engkau
    berperan
    untuk membagi cinta kita
    yang berebutan buat saling menjelma.

     
    ENTAH

     “Siapa yang membunuh tuanku penyair disiang tadi, siapa, ayo katakan.”

     Itu pertanyaanmu pertamakali
    dalam penjara politik.

    Ketika lidahmu dari benuabenua bersalju
    telah dusta
    untuk bersajak.

     
    ELEGI

    Dukaduka kaku ini siapa punya

    keluar dari lobanglobang rohnya

    penuh dendam.

     Lalu ia berjalan menembus kekalahan hidup
    pada engkau yang tewaskan dua tangan damai
    untuk melepas harihari miskinnya.

     Kasihan,
    siapa lagi yang mau
    memerdekakan tidurnya

    Dilemma

     Begitulah tanpa ada ujung pangkalnya
    jarijari jam kelas
    menghitung jumlah angkuhmu
    dari sebuah permainan gila
    dimana setiap sukukata
    tak pernah terjawab makna.

    Lalu
    jiwa siapakah yang terluka
    di dalam sajakku 

     PERMINTAAN

     Senantiasalah engkau berkidung, adikku
    tentang sekuntum angin di dahan
    yang kumandangkan kedamaian utuh
    takkala engkau baru pandai menyapa.

     Peluklah duka Tuhan itu angan abadi, adikku
    lantaran kulihat kisikisi matamu
    ada seulas senyum mama
    yang telah lama mati.

     SAJAK KELUH PADA SS

     Seperti tidak kukenal lagi
    diantara jabat tangan
    mempertemukan kesetiaan kita yang lugu.

     Mencoba mendalami ronggarongga hati
    mengejanya dengan berbagai inti kata
    ada yang bernama : rindu !

     DARI ATAS GELADAK FERY JATRA II

     Dalam bayangmu dara

    laut telah kehilangan jejak

    mewarnai cakrawala

    yang menggeliat di kabin tiga.

     Lalu, nama siapa diantara kita

    yang harus segera dilupakan.

                    

    HUJAN,  HATIKU GELISAH INGIN TURUN KE SAWAH

     Sejak kemarin sudah kulakoni

    rumah tangga yang hancur.

     Menyebar firman-Mu

    melalui media digital

    menjadi teladan

    bersolek di kaca gereja.

     
    Lalu berbicara dengan suara lantang;

    anak-anak di Damaskus Suriah yang kelaparan

    anggaran negara defisit Rp 290 triliun

    hingga PHK massal bertabrakan dengan kendaraan di jalan.

     Pagihari ini

    semua jadi berubah total

    kulihat air rawa

    di tubuhnya ada sawah.

     Perahu berlayar

    dengan pose seperti seekor macan

    menyesal dan harus berdiam

    seperti keterasingan diri.

     MENDAKI BUKIT TUBAN

     diselimuti hujan

    tubuhnya yang letih

    berkejaran waktu

    dengan derasnya

    aliran sungai

    dari bukit sebrang

    lalu kami bersekutu

    dengan ladangladang batu

    bersolek sejak dinihari

    tanpa menghadap matahari

     desaku tak lagi muntahkan

    doa pagi

    mezbah Tuhan

    bagi hari perhentian

    yang dilipat-lipat

     

    di hamparan panen raya jagung ini

    petani tak pandai bernyanyi lagi

    karena harga kiloan dibanting

    para importir berwajah bening

     

    diceritakan kesulitan;

    pupuk kandang tujuh bulan

    dan anak-anak yang rindu berenang

    supaya bapaknya tak hanya dikenang

     

    lalu dilukiskan sebuah tanah embung

    musim kemarau sampai musim hujan

     

    segera disebar

    semangat menanam

    dalam syairsyair ini

    ada areal persawahan

    ada pula ruang batin,

    namun,aku tak mau mati miskin

     

    CAWANG-JATINEGARA SUATU SIANG

    Matahari ada di telapak kaki

    ketika gerombolan orangorang

    sibuk terpekur.

    Ini pertama bagi kita

    membuka lembaran kerja.

    Mungkinkah terbayang

    jika sobat lama

    enggan memberi

    permainan otak.

     

    Polonia sudah terlewati

    singgah di Kampung Melayu

    barangkali ada senyum menakutkan.

     

    Hewanhewan membasuh terminal

    anganngan bakal melambungkan

    segala rupa

    untuk menjadi pewarta.

                 

    AGNES DARA TARAKANITA

     Kusodorkan darah Kristus

    saat engkau haus berenang

    dalam kolam mesin tulis

    seperti suatu permainan lotre.

     Tahun kabisat kupikul

    pesta gandum

    sebelum ada tangan kadet

    mencabut bulubulu

    cemburu matahari

    paku orangorang kafir.

     

    WAKTU

     Waktu menepis angin sore

    tak bersenyawa

    burungburung Yesus sedang mendung

    aliran bening

    membasahi jemari.

     
    Anakanak dusun

    dendam pada ayahnya

    memburu tanpa matahari

    para makelaar menyusupkan sunyi.

     
    Menjelma jiwa

    jadi sebentuk kaca.

     Mengapa kembali

    rajin bersekutu

    dengan seorang pengangguran.

     KAMI SENANG MENDAKI BUKIT BUKIT ROHANI

    Kami senang

    mendaki bukitbukit rohani

    sepanjang enam tahun (kini 22 tahun)

    keluar dari air dosa

    kolam baptisan

    bertubuh lumut.

     
    Kadangkala kaki kami

    sering terjebak

    dalam panas membara

    api belerang

    berbau kemandulan.

     Kami senang mendaki bukitbukit rohani

    dalam rumah sengketa

    yang dihuni ratusan kecoa

    pecahan kaca di atas kepala

    serta bacaan mantera

    dalam tanah berakar megah.

     Rajin ibadah di gereja

    tanpa papan nama

    dalam kota tua

    dekat terminal ledakan bom

    mencuri nyawaku yang kian terluka.

     Kami senang mendaki bukitbukit rohani

    mengalir dari puncak gunung berapi

    ada di sekitar kehidupan

    masa dewasa pandai berpantun ria

    sampai kami menjadi

    manusia dalam Tuhan yang Esa.

     O, sungguh

    kami senang mendaki

    bukitbukit rohani.

     
    DOAKU SUDAH TERJAWAB

     Lima tahun, mulutku

    berucap sedap

    tanganku yang berlapis besi

    menadah air mata buta

    dari surga.

     

    O, Tuhan

    lutut ini jadi lumpuh

    kaki ini pecah berdarah

    cuaca terbakar

    kulit tubuhku juga terbakar

    lidahku membolak-balik satu kata;

     

    Seperti doa Nabi Yunus,

    seperti doa Nabi Daniel,

    dan seperti doa Tuhan Yesus

    aku pun merindukan satu jawaban

    yang menusuk paru-paru

    sampai tembus ke sudut-sudut

    rumah berkabut

    yakni rumah doa

    yang kubangun dengan ayat-ayat suci.

     

    Apabila saat ini Tuhan sudah berbicara

    “tetaplah setia dalam kebenaran dan terang Firman Tuhan”.

     

    Maka akupun bangkit dari tidur

    di atas bebatuan

    yang makin mengeras

    ada suara mengerang

    seperti suara iblis

    yang datang dari puncak gunung es

    untuk bunuh diri.

     

    Akhirnya perahuku jinak

    terombang-ambing di bukit-bukit merah

    berlabuh

    sujud menyembah di tanah basah

    aku pasrah

    memeluk salib berdarah

    di bukit Golgota.

     

    Matahari mulai terbenam-

    saat kudengar Hari Sabat -akan menyambut

    di pintu-pintu hati manusia

    aku pun mengucapkan puji syukur pada Tuhan

    sebab, doa’ku sudah terjawab.

     
    KUTULIS PUISI DI TUBUH MATAHARI

     tiga abad sudah kulalui

    suara burung berkicau

    seperti suara iri hati

    nyaris kupukul tubuh matahari

    emosi di atas bangku kayu jati

    untuk membangun rumah tangga sejati

     

    padahal telah kuciptakan seorang pelayan Tuhan

    yang tak pernah tidur berkepanjangan

    dalam nyanyian Tuhan

    belajar kitab suci tiap pagi

    dan, seumur hidup

    berdoa di rumah Tuhan

     

    kenapa kesabaran tak ada batasnya, tanya puisiku

    sore ini kata demi kata terjalin

    tetapi amarahku meledak-ledak

    selalu muncul dalam mimpi ajaib

    wajahmu makin membusuk

     

    sudah kuhitung waktu ditenggelamkan

    dalam kolam baptisan

    siapa mau jadi seekor ular beludak?

     

    haruslah seperti pesan Rasul Petrus

    bertobat,

    menulis dengan jari-jari suci

     

    dan selalu bersuara

    dengan roh rendah hati

    bahwa iman bertumbuh

    ketika khotbah sudah disampaikan

     PUISIKU BERENANG DALAM LUMPUR SAWAH

     Inilah peta perjalananku

    suka bersetubuh

    dengan hijauan sawah

    mencangkul di atas sepi yang basah.

     

    Petani ternyata masih merintih

    berhari-hari harga gabah

    terluka parah

    celanaku jadi berdarah

    disuntik mata uang rupiah.

     

    Kemiskinan ini jadi sebuah sungai

    yang mengalir deras

    diantara mesin panen raya

    terselip senyum Mbok Minah.

     

    Perlahan hilang

    puisiku kembali diterjang hujan .

     

    KOTA SURABAYA DI SINI PUISIKU BERNYANYI

     Kota Surabaya di sini puisiku bernyanyi

    tentang masa kanak-kanak

    dilahirkan dari pabrik susu beranak.

     
    Tak sempat bernafas panjang

    memotret akte kelahiran

    seperti mengunyah permen kehidupan

    sunyiku lalu lalang

    lalu terbentur

    di padang ilalang.

     

    Sebuah rumah sakit

    masih berdiri sunyi putih

    tanpa ada penyakit

    kulewati

    karena tak ada bukit.

     

    Di kota pahlawan ini

    perangku berkecamuk

    karena mereka telah mengamuk

    berulang-ulang birahi makin gemuk.

     

    Mereka saling bertengkar

    di atas papan catur

    disembunyikan di kuburan.

    SABAT BERABU

     

    Di lantai dua bangunan kokoh ini

    sunyi puisiku

    ditumbuhi pohon hijau

    dan rumput-rumput manis.

     

    Terekam dari sini

    gunung angkuh

    bersembunyilah puncak bukit-bukit

    yang dinyanyikan lewat lagu sion.

     

    Sehingga mata rohaniku dipaku

    tak berdaya

    berjam-jam terkurung

    dalam sangkar

    kering kerontang.

     

    Aku terus menulis puisi ini

    komunikasi dengan jehova

    melalui perbaktian monolog

    baca kitab suci dan kidung indah.

     

    Pintu simpati lalu diketuk

    terbukalah tangan iblis

    memukul keras doa ini.

     

    Ada sesal dosa di alam terbuka

    berbakti di bumi manusia berfoya-foya

    suara lusifer terus menggoda

    aku jadi teringat persekutuan jemaat

    yang kuduskan hari Sabat.

     

    Mari kita berdiskusi

    dari kitab Kejadian sampai kitab Wahyu

    bukan terus bersemedi di atas karpet biru

    milik penyembah berhala.

     

    Kudaki matahari kian tinggi

    kaca pecah dihantam gelisah

    dan takut akan Allah.

     

    Aku jadi rindu

    kembali ke rumah doa

    ya, rumah doa.

     
    HARI PERHENTIAN DI PUNCAK PASS

     Setelah berjuang melawan perkara dunia

    maka inilah ibadah Sabat yang terakhir

    bersekutu dengan para penyembah berhala

    dan bergoyang bersama musik dunia

    tak takut akan Allah.

     

    O  sejak buka Sabat keterasingan

    kembali harus berjuang sendirI

    di teras hotel, di kantor  dan di pegunungan

    tetap saja setan mengejar.

     

    Seperti membaca puisi perjuangan

    berhitung kalah atau menang

    kerinduan kepada mezbah Tuhan.

     

    Ini hanya rahasia, katamu

    pikiranku dan pikiran Tuhan.

     

    Aku jadi teringat kitab Yesaya

    ialah kepalsuan dan kehancuran iman

    merupakan sejarah terakhir

    perjalanan menuju surga

    pilih Tuhan atau Baal.

     

    PERJAMUAN KUDUS

     
    Hari raya roti tak beragi sudah tiba

    domba paskah siap disembelih

    di sebuah ruang atas

    besar, tegang, dan berbatu-batu.

     

    Matahari tertidur pulas

    cuaca amat pekat

    namun, hati manusia

    dibakar api yang berdarah-darah.

     

    Mata rohaniku melihat

    mata rohaniku tertuju

    mata rohaniku terbawa

    terbuka lebarlebar

    salibsalib

    di bukit Kalvari.

     

    Yesus Kristus bersiap untuk membasuh

    kakikaki bergetar

    kakikaki gelisah

    kakikaki lumpuh : tak bergerak !

    sangat kotor oleh lumpur khianat

    dari rawarawa dosa.

     

    “basuh, basuh, kakiku, kepalaku, mukaku, tanganku, rambutku,

    dan telingaku,” seru para rasul dengan suara gempita.

     

    Mereka harus rendah hati

    mereka harus saling kasih mengasihi

    kita semua yang ada di sini

    hari ini diajarkan: kasih Tuhan Yesus Kristus !

     

    Setelah itu kudengar

    ada ucap dan berkat

    ini roti tubuh Kristus

    ini anggur darah Kristus

    darah perjanjian

    darah yang menderita

    darah yang tibatiba mengingatkan akal dan budiku

    melayang-layang menuju bukit Golgota.

     

    Aku terjatuh. Bangkit. Lalu bersujud

    satu permintaan:

    pengampunan dosa.

     

    (tiba-tiba aku teringat kembali ada suara menjerit,

    Eli, Eli, Lama, Sabatani

    Tuhanku,Tuhanku

    mengapa Engkau meninggalkan aku).

     

    Yesus tahu

    saat-Nya sudah tiba

    dari dunia kembali ke surga.

     

    Setan tak dapat mengalahkan maut

    kita semua akan dibangkitkan

    dalam kemenangan abadi

    sambil menunggu kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang kedua kali

    Amin.Haleluya.

     
    SAJAKKU DALAM PERJAMUAN SUCI  

                                         -episode dua-

     

    Sambil menghitung waktu

    kemarahan dan kecemasan

    di bangku gereja tua dalam kota

    nomer dua dari bilik bambu

    menjadi sebuah mezbah suci.

     

    Padahal dalam usia jelang tua

    kubangun mezbah baal

    dewa asytoret dan asyera

    menyusup dalam sajakku

    kudendangkan tanpa rebana

    di altar rumah Tuhan tiap hari Sabat.

     

    Bergulatlah sajakku

    di ladang-ladang anggur

    tertulis dalam kitab Mazmur.

     

    Sampai akhirnya bisa kuselesaikan

    Injil kekal dari kitab Kejadian sampai Wahyu

    pekabaran tiga malaikat

    serta doa yang menuju bukit Golgota.

     

    Mengapa airmata selalu tak mengalir

    suatu pergumulan dua belas abad

    saat sajak ini kutulis

    ke kawasan pantai mitos pulau Sumatera

    anakku dikutuk jadi batu.

     

    Bila menjadi pelayan terakhir yang membacakan kitab suci : roti perjamuan!

    ataupun kesalahan mulutku yang tuli

    tak bisa menyebut

    nama marga suku batak.

     

    Aku tetap mau melayani Engkau Tuhan

    seperti Nabi Samuel bersama dua anaknya.

     

    Selesaikanlah seperti sajak ini

    bercerita tentang

    nama kita berdua (atau bertiga!)

    yang tetap tercatat

    dalam buku kehidupan di surga.

    TAMAN GETSEMANI

     Usai upacara komuni

    menuju seberang tembok Kota Yerusalem

    garang dan liar

    ke sana kubawa rerumputan hijau

    bunga-bunga surga.

     

    Tanah malam jadi basah

    airmata mencekam

    bulan meleleh

    ke pelupuk mata para rasul.

     

    Angan-angan kudus Sungai Kidron

    membentur pada doa-doa syafaat

    keterasingan diri

    jadi sebuah penderitaan yang dalam.

     

    Ditariknya tangan Petrus, Yakobus, dan Yohanes

    menuju tangga batu

    langit yang baru ; membiru !

     

    Angin jahat telah meniup dosa

    meninabobokan dua belas tubuh letih

    di atas batu nisan

    direbahkan diri ke tanah.

    “Ya, Abba, ya Bapa……

    ambilah cawan dosa ini daripadaku,” seru Yesus

    membuka jendela langit

    terbuka bintang-bintang berkejaran

    peluh-Nya menjadi titik-titik darah

    mencair ke tanah.

     

    Ini doa krisis terakhir untuk murid-murid

    ini doa krisis terakhir untuk kita semua.

     

    Cawan Kristus begitu berat

    bukan kesakitan

    dicambuk dan disalibkan

    bukan penderitaan

    mental dihina dan ditolak

    ini adalah penderitaan rohani

    memikul dosa dunia.

     

    Nasib dunia ditentukan

    nasib manusia ditimbang.

     

    DRASTIS

     Embun yang kuinjak

    di tanah merah ini

    tak memberi apa-apa lagi

    semuanya semakin gawat

    dan membatu.

    ARTI KEPUASAAN

     Di pinggir kolam

    dua ekor unggas

    bersetubuh siang-siang.

     

    Aku hanya berani mengintip

    dengan jari kaki gemetar.

     

    Karena napsu dan maut

    dan Tuhan dan aku

    sama saja.

     

    Di ATAS RANJANG

     

    Suara yang paling kubenci selamanya

    adalah kaki ibu tiriku

    memakai kayu jati

    dan berlemak.

     

    Di RUANG TAMU

     

    Di sini terjadi lagi pertengkaran-pertengkaran

    amarah yang jatuh di lantai

    dalam permainan otak

    tentunya dalam bahasa batak.

     

    Dimana si suami tak mau mengerti

    kesetiaan isteri sering diuji.

     

    “gaji kantor tak cukup atau berjudi saja,” seru anaknya ikut marah

    sambil terus menulis puisi.

     Pasti dan benar

    putuskan saja napsu mereka

    di ujung ranjang.
    -----------------------------------------------------
    Biodata  : 
    Pulo Lasman Simanjuntak, dilahirkan di Surabaya, 20 Juni 1961.Menempuh pendidikan di
    Sekolah Tinggi Publisistik (STP/IISIP-Jakarta).
    Belajar sastra secara otodidak.Hasil karya sajaknya pertama kali dipublikasikan sewaktu masih duduk di bangku SMP, yakni dimuat di ruang sanjak anak-anak Harian Umum Kompas tahun 1977. 

    Kemudian pada tahun 1980 sampai tahun 2022 sajak-sajaknya mulai disiarkan di Majalah Keluarga, Dewi, Nova, Monalisa, Majalah Mahkota, Harian Umum Merdeka, Suara Karya, Jayakarta, Berita Yudha, Media Indonesia, Harian Sore Terbit, Harian Umum Seputar Indonesia (Sindo), SKM.Simponi, SKM.Inti Jaya, SKM.Dialog, HU.Bhirawa (Surabaya), Koran Media Cakra Bangsa (Jakarta), Majalah Habatak Online,  negerikertas.com, Harian Umum Utusan Borneo, Sabah (Malaysia) , Portal Sastra Litera.co.id, ayosekolah.com, KABNews.id, bicaranetwork.com, brainly.co.id, wallpaperspeed.id, majalahsuluh.com, sudutkerlip.com, myberitaraya.blogspot.com, beritarayaonline.co.id,  kompasiana.com, antaranews.com, kliktimes.com, suarakrajan.com, widku.com,  literanesia.com ,  hariandialog.com,  bisnistoday.co.id, sepenuhnya.com,  ruangpekerjaseni.com,  majalah digital Apajake, matamata.co, borobudurwriters.id,  majalah digital Elipsis,  cakradunia.co,  narasipos.com,  potretonline.com,  indonesiana.id, spektrum-ntt.com,  spektrumnasional.com, majalah bulanan Jurnal Pemuisi (Malaysia),  haluankita.com,   agapetanpabatas.com,  lopocogito.blogspot.com,  kibrispdr.org, Jurdik.id,  yz.dhafi.link, s
    pronusantara.com,  penakota.id,  harianhaluan.id,  id.beritayahoo.com,  koranpelita.com,  poskota.co, serta sabahtaim.com (kinabalu, sabah, malaysia) 

    Buku kumpulan sajak tunggalnya yang sudah terbit “Traumatik”(1997), “Kalah atau Menang” (1997), “Taman Getsemani”(2016), "Bercumbu Dengan Hujan ” (2021), "Tidur Di Ranjang Petir" (2021),  "Mata Elang Menabrak Karang" (2021), "Rumah Terbelah Dua " (2021).

    Sajaknya juga termuat dalam 15 Buku Antologi Puisi Bersama Penyair di seluruh Indonesia. Pada saat ini tengah persiapan untuk penerbitan Buku Antologi Puisi ke-8 berjudul "Bila Sunyiku Ikut Terluka" (2022). 

    Namanya juga telah masuk dalam Buku Pintar Sastra Indonesia Halaman 185-186 diterbitkan oleh Kompas (PT.Kompas Media Nusantara) cetakan ketiga tahun 2001 dengan Editor Pamusuk Eneste, serta Buku Apa & Siapa Penyair Indonesia halaman 451 diterbitkan oleh Yayasan Puisi Indonesia dengan Editor Maman S Mahayana dan Kurator Sutardji Calzoum Bahchri, Abdul Hadi W.M, Rida K.Liamsi, Ahmadun Y Herfanda, dan Hasan Aspahani.Pada tahun 2021 mendapat piagam dan medali  penghargaan SETYA SASTRA  NAGARI (30 tahun Kesetiaan Sastra Indonesia) oleh Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia dengan kurator Rg.Bagus Warsono.
    Dan, pada bln Juni dan Juli 2022 berturut-turut karya puisinya memperoleh juara III dan juara II Puisi Pilihan Terbaik oleh Komunitas Sastra SNW ( Sastra Nusa Widhita).
    Saat ini sebagai anggota Dapur Sastra Jakarta (DSJ) , anggota Sastera Sahabat Kita (berpusat di Sabah Malaysia) Ketua Komunitas Sastra Pamulang (KSP).
    Pernah bekerja sebagai wartawan Skm.Angkatan Baru,  Majalah Varia Nada, Aneka Ria,  Info, Spionita, Caraka, majalah Monalisa, Harian Umum Sinar Pagi, Harian Umum Mandala (Bandung pada perwakilan di Jakarta),  Redaktur Pelaksana Suratkabar Dialog (Jakarta), dan Pemimpin Redaksi eMaritim.com.Pada saat ini sebagai Pemimpin Redaksi beritarayaonline.co.id, myberitaraya.blogspot.com, serta berita raya tv pada channel youtube.
    Karya  jurnalistik-nya banyak tersebar di HU.Suara Karya, HU.Berita Yudha, HU.Pelita, HU.Ekonomi Neraca, Jawa Pos Group, HU.Media Indonesia, HU.Berita Kota, HU.Warta Kota, Majalah Tempo, Koran Tempo, HU.Pikiran Rakyat, HU.Banten Raya, HU.Radar Tangerang, dan masih banyak lagi.
    Anggota Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya, DKI Jakarta,  No.Anggota 09.00.0782.12 dan pemegang Sertifikasi Kompetensi Wartawan  (No.ID 4358) Dewan Pers jenjang Wartawan Madya.
    Dikenal juga sebagai rohaniawan dari Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) Jatinegara Jaktim dengan jabatan terakhir sebagai Ketua Jemaat.
    Email  : pulo_lasman@yahoo.com

    Ikuti tulisan menarik Lasman Tv lainnya di sini.



    Suka dengan apa yang Anda baca?

    Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.


    Oleh: Frank Jiib

    1 hari lalu

    Untuk Adikku

    Dibaca : 91 kali









    Oleh: Frank Jiib

    5 hari lalu

    Aisyahra

    Dibaca : 241 kali






    Oleh: Frank Jiib

    5 hari lalu

    Aisyahra

    Dibaca : 241 kali