29 Puisi Pilihan

Rabu, 31 Agustus 2022 06:29 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

29  Puisi Pilihan

Karya : Pulo Lasman Simanjuntak

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

SEBUAH RAYUAN  BUAT TUHAN

Masih berupa misterikah
mimpimimpi yang menguasai kamar liar ini.

Sedangkan para malaikat baal di kuil puisi ini
telah lama
mengetukngetuk pintu hati
penuh cemburu

SEBUAH NAMA

Inilah pertemuan kita
teramat ganjil
ketika hatiku sendiri
telah kehilangan laut.

Padahal kita tak pernah terkejut
sekejab pun
oleh rindu
yang rajin membakar
bulubulu jantungmu.

 
KEHADIRAN

Akankah sampai
denyardenyar sajakku makin tua
mengaca dimasa silam
melupakan segala tekateki
yang lalulang dihatimu.

SUATU SIANG

Tukang tenung dari negeri
dongengkah engkau itu ?
hingga segala tinta
yang dulu pernah engkau ambil
dari bulubulu dadamu
kini begitu kering.

Padahal ada segaris janjijanji
yang ingin engkau torehkan
dibaitbait puisimu
tanpa diselingi khianat lagi.

 
RUMAH BATU JALAN TUNGKAL I, DEPOK TIMUR

 Kami biasa bercerita sampai malam larut dalam arloji
di gelasgelas biji anggur
tak ada wajah
perempuan mabuk
dihati kami
yang penuh sukacita ini
cinta hanyalah butiran kacang goreng
gurih dan geli

 jam berapa sekarang, tanyamu
dengkur veteran Opung Sihombing
telah melebihkan dari segala sejarah
apa yang kami punya.

 
SUATU SORE  DI LAUT SAMPUR

Pacu, pacukan kudaku
menuju tepi laut
selagi burungburung tuyang
membawa angin santun
di punggung karang tegar.

 Inikali aku terasing lagi
sepertinya sengaja engkau
berperan
untuk membagi cinta kita
yang berebutan buat saling menjelma.

 
ENTAH

 “Siapa yang membunuh tuanku penyair disiang tadi, siapa, ayo katakan.”

 Itu pertanyaanmu pertamakali
dalam penjara politik.

Ketika lidahmu dari benuabenua bersalju
telah dusta
untuk bersajak.

 
ELEGI

Dukaduka kaku ini siapa punya

keluar dari lobanglobang rohnya

penuh dendam.

 Lalu ia berjalan menembus kekalahan hidup
pada engkau yang tewaskan dua tangan damai
untuk melepas harihari miskinnya.

 Kasihan,
siapa lagi yang mau
memerdekakan tidurnya

Dilemma

 Begitulah tanpa ada ujung pangkalnya
jarijari jam kelas
menghitung jumlah angkuhmu
dari sebuah permainan gila
dimana setiap sukukata
tak pernah terjawab makna.

Lalu
jiwa siapakah yang terluka
di dalam sajakku 

 PERMINTAAN

 Senantiasalah engkau berkidung, adikku
tentang sekuntum angin di dahan
yang kumandangkan kedamaian utuh
takkala engkau baru pandai menyapa.

 Peluklah duka Tuhan itu angan abadi, adikku
lantaran kulihat kisikisi matamu
ada seulas senyum mama
yang telah lama mati.

 SAJAK KELUH PADA SS

 Seperti tidak kukenal lagi
diantara jabat tangan
mempertemukan kesetiaan kita yang lugu.

 Mencoba mendalami ronggarongga hati
mengejanya dengan berbagai inti kata
ada yang bernama : rindu !

 DARI ATAS GELADAK FERY JATRA II

 Dalam bayangmu dara

laut telah kehilangan jejak

mewarnai cakrawala

yang menggeliat di kabin tiga.

 Lalu, nama siapa diantara kita

yang harus segera dilupakan.

                

HUJAN,  HATIKU GELISAH INGIN TURUN KE SAWAH

 Sejak kemarin sudah kulakoni

rumah tangga yang hancur.

 Menyebar firman-Mu

melalui media digital

menjadi teladan

bersolek di kaca gereja.

 
Lalu berbicara dengan suara lantang;

anak-anak di Damaskus Suriah yang kelaparan

anggaran negara defisit Rp 290 triliun

hingga PHK massal bertabrakan dengan kendaraan di jalan.

 Pagihari ini

semua jadi berubah total

kulihat air rawa

di tubuhnya ada sawah.

 Perahu berlayar

dengan pose seperti seekor macan

menyesal dan harus berdiam

seperti keterasingan diri.

 MENDAKI BUKIT TUBAN

 diselimuti hujan

tubuhnya yang letih

berkejaran waktu

dengan derasnya

aliran sungai

dari bukit sebrang

lalu kami bersekutu

dengan ladangladang batu

bersolek sejak dinihari

tanpa menghadap matahari

 desaku tak lagi muntahkan

doa pagi

mezbah Tuhan

bagi hari perhentian

yang dilipat-lipat

 

di hamparan panen raya jagung ini

petani tak pandai bernyanyi lagi

karena harga kiloan dibanting

para importir berwajah bening

 

diceritakan kesulitan;

pupuk kandang tujuh bulan

dan anak-anak yang rindu berenang

supaya bapaknya tak hanya dikenang

 

lalu dilukiskan sebuah tanah embung

musim kemarau sampai musim hujan

 

segera disebar

semangat menanam

dalam syairsyair ini

ada areal persawahan

ada pula ruang batin,

namun,aku tak mau mati miskin

 

CAWANG-JATINEGARA SUATU SIANG

Matahari ada di telapak kaki

ketika gerombolan orangorang

sibuk terpekur.

Ini pertama bagi kita

membuka lembaran kerja.

Mungkinkah terbayang

jika sobat lama

enggan memberi

permainan otak.

 

Polonia sudah terlewati

singgah di Kampung Melayu

barangkali ada senyum menakutkan.

 

Hewanhewan membasuh terminal

anganngan bakal melambungkan

segala rupa

untuk menjadi pewarta.

             

AGNES DARA TARAKANITA

 Kusodorkan darah Kristus

saat engkau haus berenang

dalam kolam mesin tulis

seperti suatu permainan lotre.

 Tahun kabisat kupikul

pesta gandum

sebelum ada tangan kadet

mencabut bulubulu

cemburu matahari

paku orangorang kafir.

 

WAKTU

 Waktu menepis angin sore

tak bersenyawa

burungburung Yesus sedang mendung

aliran bening

membasahi jemari.

 
Anakanak dusun

dendam pada ayahnya

memburu tanpa matahari

para makelaar menyusupkan sunyi.

 
Menjelma jiwa

jadi sebentuk kaca.

 Mengapa kembali

rajin bersekutu

dengan seorang pengangguran.

 KAMI SENANG MENDAKI BUKIT BUKIT ROHANI

Kami senang

mendaki bukitbukit rohani

sepanjang enam tahun (kini 22 tahun)

keluar dari air dosa

kolam baptisan

bertubuh lumut.

 
Kadangkala kaki kami

sering terjebak

dalam panas membara

api belerang

berbau kemandulan.

 Kami senang mendaki bukitbukit rohani

dalam rumah sengketa

yang dihuni ratusan kecoa

pecahan kaca di atas kepala

serta bacaan mantera

dalam tanah berakar megah.

 Rajin ibadah di gereja

tanpa papan nama

dalam kota tua

dekat terminal ledakan bom

mencuri nyawaku yang kian terluka.

 Kami senang mendaki bukitbukit rohani

mengalir dari puncak gunung berapi

ada di sekitar kehidupan

masa dewasa pandai berpantun ria

sampai kami menjadi

manusia dalam Tuhan yang Esa.

 O, sungguh

kami senang mendaki

bukitbukit rohani.

 
DOAKU SUDAH TERJAWAB

 Lima tahun, mulutku

berucap sedap

tanganku yang berlapis besi

menadah air mata buta

dari surga.

 

O, Tuhan

lutut ini jadi lumpuh

kaki ini pecah berdarah

cuaca terbakar

kulit tubuhku juga terbakar

lidahku membolak-balik satu kata;

 

Seperti doa Nabi Yunus,

seperti doa Nabi Daniel,

dan seperti doa Tuhan Yesus

aku pun merindukan satu jawaban

yang menusuk paru-paru

sampai tembus ke sudut-sudut

rumah berkabut

yakni rumah doa

yang kubangun dengan ayat-ayat suci.

 

Apabila saat ini Tuhan sudah berbicara

“tetaplah setia dalam kebenaran dan terang Firman Tuhan”.

 

Maka akupun bangkit dari tidur

di atas bebatuan

yang makin mengeras

ada suara mengerang

seperti suara iblis

yang datang dari puncak gunung es

untuk bunuh diri.

 

Akhirnya perahuku jinak

terombang-ambing di bukit-bukit merah

berlabuh

sujud menyembah di tanah basah

aku pasrah

memeluk salib berdarah

di bukit Golgota.

 

Matahari mulai terbenam-

saat kudengar Hari Sabat -akan menyambut

di pintu-pintu hati manusia

aku pun mengucapkan puji syukur pada Tuhan

sebab, doa’ku sudah terjawab.

 
KUTULIS PUISI DI TUBUH MATAHARI

 tiga abad sudah kulalui

suara burung berkicau

seperti suara iri hati

nyaris kupukul tubuh matahari

emosi di atas bangku kayu jati

untuk membangun rumah tangga sejati

 

padahal telah kuciptakan seorang pelayan Tuhan

yang tak pernah tidur berkepanjangan

dalam nyanyian Tuhan

belajar kitab suci tiap pagi

dan, seumur hidup

berdoa di rumah Tuhan

 

kenapa kesabaran tak ada batasnya, tanya puisiku

sore ini kata demi kata terjalin

tetapi amarahku meledak-ledak

selalu muncul dalam mimpi ajaib

wajahmu makin membusuk

 

sudah kuhitung waktu ditenggelamkan

dalam kolam baptisan

siapa mau jadi seekor ular beludak?

 

haruslah seperti pesan Rasul Petrus

bertobat,

menulis dengan jari-jari suci

 

dan selalu bersuara

dengan roh rendah hati

bahwa iman bertumbuh

ketika khotbah sudah disampaikan

 PUISIKU BERENANG DALAM LUMPUR SAWAH

 Inilah peta perjalananku

suka bersetubuh

dengan hijauan sawah

mencangkul di atas sepi yang basah.

 

Petani ternyata masih merintih

berhari-hari harga gabah

terluka parah

celanaku jadi berdarah

disuntik mata uang rupiah.

 

Kemiskinan ini jadi sebuah sungai

yang mengalir deras

diantara mesin panen raya

terselip senyum Mbok Minah.

 

Perlahan hilang

puisiku kembali diterjang hujan .

 

KOTA SURABAYA DI SINI PUISIKU BERNYANYI

 Kota Surabaya di sini puisiku bernyanyi

tentang masa kanak-kanak

dilahirkan dari pabrik susu beranak.

 
Tak sempat bernafas panjang

memotret akte kelahiran

seperti mengunyah permen kehidupan

sunyiku lalu lalang

lalu terbentur

di padang ilalang.

 

Sebuah rumah sakit

masih berdiri sunyi putih

tanpa ada penyakit

kulewati

karena tak ada bukit.

 

Di kota pahlawan ini

perangku berkecamuk

karena mereka telah mengamuk

berulang-ulang birahi makin gemuk.

 

Mereka saling bertengkar

di atas papan catur

disembunyikan di kuburan.

SABAT BERABU

 

Di lantai dua bangunan kokoh ini

sunyi puisiku

ditumbuhi pohon hijau

dan rumput-rumput manis.

 

Terekam dari sini

gunung angkuh

bersembunyilah puncak bukit-bukit

yang dinyanyikan lewat lagu sion.

 

Sehingga mata rohaniku dipaku

tak berdaya

berjam-jam terkurung

dalam sangkar

kering kerontang.

 

Aku terus menulis puisi ini

komunikasi dengan jehova

melalui perbaktian monolog

baca kitab suci dan kidung indah.

 

Pintu simpati lalu diketuk

terbukalah tangan iblis

memukul keras doa ini.

 

Ada sesal dosa di alam terbuka

berbakti di bumi manusia berfoya-foya

suara lusifer terus menggoda

aku jadi teringat persekutuan jemaat

yang kuduskan hari Sabat.

 

Mari kita berdiskusi

dari kitab Kejadian sampai kitab Wahyu

bukan terus bersemedi di atas karpet biru

milik penyembah berhala.

 

Kudaki matahari kian tinggi

kaca pecah dihantam gelisah

dan takut akan Allah.

 

Aku jadi rindu

kembali ke rumah doa

ya, rumah doa.

 
HARI PERHENTIAN DI PUNCAK PASS

 Setelah berjuang melawan perkara dunia

maka inilah ibadah Sabat yang terakhir

bersekutu dengan para penyembah berhala

dan bergoyang bersama musik dunia

tak takut akan Allah.

 

O  sejak buka Sabat keterasingan

kembali harus berjuang sendirI

di teras hotel, di kantor  dan di pegunungan

tetap saja setan mengejar.

 

Seperti membaca puisi perjuangan

berhitung kalah atau menang

kerinduan kepada mezbah Tuhan.

 

Ini hanya rahasia, katamu

pikiranku dan pikiran Tuhan.

 

Aku jadi teringat kitab Yesaya

ialah kepalsuan dan kehancuran iman

merupakan sejarah terakhir

perjalanan menuju surga

pilih Tuhan atau Baal.

 

PERJAMUAN KUDUS

 
Hari raya roti tak beragi sudah tiba

domba paskah siap disembelih

di sebuah ruang atas

besar, tegang, dan berbatu-batu.

 

Matahari tertidur pulas

cuaca amat pekat

namun, hati manusia

dibakar api yang berdarah-darah.

 

Mata rohaniku melihat

mata rohaniku tertuju

mata rohaniku terbawa

terbuka lebarlebar

salibsalib

di bukit Kalvari.

 

Yesus Kristus bersiap untuk membasuh

kakikaki bergetar

kakikaki gelisah

kakikaki lumpuh : tak bergerak !

sangat kotor oleh lumpur khianat

dari rawarawa dosa.

 

“basuh, basuh, kakiku, kepalaku, mukaku, tanganku, rambutku,

dan telingaku,” seru para rasul dengan suara gempita.

 

Mereka harus rendah hati

mereka harus saling kasih mengasihi

kita semua yang ada di sini

hari ini diajarkan: kasih Tuhan Yesus Kristus !

 

Setelah itu kudengar

ada ucap dan berkat

ini roti tubuh Kristus

ini anggur darah Kristus

darah perjanjian

darah yang menderita

darah yang tibatiba mengingatkan akal dan budiku

melayang-layang menuju bukit Golgota.

 

Aku terjatuh. Bangkit. Lalu bersujud

satu permintaan:

pengampunan dosa.

 

(tiba-tiba aku teringat kembali ada suara menjerit,

Eli, Eli, Lama, Sabatani

Tuhanku,Tuhanku

mengapa Engkau meninggalkan aku).

 

Yesus tahu

saat-Nya sudah tiba

dari dunia kembali ke surga.

 

Setan tak dapat mengalahkan maut

kita semua akan dibangkitkan

dalam kemenangan abadi

sambil menunggu kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang kedua kali

Amin.Haleluya.

 
SAJAKKU DALAM PERJAMUAN SUCI  

                                     -episode dua-

 

Sambil menghitung waktu

kemarahan dan kecemasan

di bangku gereja tua dalam kota

nomer dua dari bilik bambu

menjadi sebuah mezbah suci.

 

Padahal dalam usia jelang tua

kubangun mezbah baal

dewa asytoret dan asyera

menyusup dalam sajakku

kudendangkan tanpa rebana

di altar rumah Tuhan tiap hari Sabat.

 

Bergulatlah sajakku

di ladang-ladang anggur

tertulis dalam kitab Mazmur.

 

Sampai akhirnya bisa kuselesaikan

Injil kekal dari kitab Kejadian sampai Wahyu

pekabaran tiga malaikat

serta doa yang menuju bukit Golgota.

 

Mengapa airmata selalu tak mengalir

suatu pergumulan dua belas abad

saat sajak ini kutulis

ke kawasan pantai mitos pulau Sumatera

anakku dikutuk jadi batu.

 

Bila menjadi pelayan terakhir yang membacakan kitab suci : roti perjamuan!

ataupun kesalahan mulutku yang tuli

tak bisa menyebut

nama marga suku batak.

 

Aku tetap mau melayani Engkau Tuhan

seperti Nabi Samuel bersama dua anaknya.

 

Selesaikanlah seperti sajak ini

bercerita tentang

nama kita berdua (atau bertiga!)

yang tetap tercatat

dalam buku kehidupan di surga.

TAMAN GETSEMANI

 Usai upacara komuni

menuju seberang tembok Kota Yerusalem

garang dan liar

ke sana kubawa rerumputan hijau

bunga-bunga surga.

 

Tanah malam jadi basah

airmata mencekam

bulan meleleh

ke pelupuk mata para rasul.

 

Angan-angan kudus Sungai Kidron

membentur pada doa-doa syafaat

keterasingan diri

jadi sebuah penderitaan yang dalam.

 

Ditariknya tangan Petrus, Yakobus, dan Yohanes

menuju tangga batu

langit yang baru ; membiru !

 

Angin jahat telah meniup dosa

meninabobokan dua belas tubuh letih

di atas batu nisan

direbahkan diri ke tanah.

“Ya, Abba, ya Bapa……

ambilah cawan dosa ini daripadaku,” seru Yesus

membuka jendela langit

terbuka bintang-bintang berkejaran

peluh-Nya menjadi titik-titik darah

mencair ke tanah.

 

Ini doa krisis terakhir untuk murid-murid

ini doa krisis terakhir untuk kita semua.

 

Cawan Kristus begitu berat

bukan kesakitan

dicambuk dan disalibkan

bukan penderitaan

mental dihina dan ditolak

ini adalah penderitaan rohani

memikul dosa dunia.

 

Nasib dunia ditentukan

nasib manusia ditimbang.

 

DRASTIS

 Embun yang kuinjak

di tanah merah ini

tak memberi apa-apa lagi

semuanya semakin gawat

dan membatu.

ARTI KEPUASAAN

 Di pinggir kolam

dua ekor unggas

bersetubuh siang-siang.

 

Aku hanya berani mengintip

dengan jari kaki gemetar.

 

Karena napsu dan maut

dan Tuhan dan aku

sama saja.

 

Di ATAS RANJANG

 

Suara yang paling kubenci selamanya

adalah kaki ibu tiriku

memakai kayu jati

dan berlemak.

 

Di RUANG TAMU

 

Di sini terjadi lagi pertengkaran-pertengkaran

amarah yang jatuh di lantai

dalam permainan otak

tentunya dalam bahasa batak.

 

Dimana si suami tak mau mengerti

kesetiaan isteri sering diuji.

 

“gaji kantor tak cukup atau berjudi saja,” seru anaknya ikut marah

sambil terus menulis puisi.

 Pasti dan benar

putuskan saja napsu mereka

di ujung ranjang.
-----------------------------------------------------
Biodata  : 
Pulo Lasman Simanjuntak, dilahirkan di Surabaya, 20 Juni 1961.Menempuh pendidikan di
Sekolah Tinggi Publisistik (STP/IISIP-Jakarta).
Belajar sastra secara otodidak.Hasil karya sajaknya pertama kali dipublikasikan sewaktu masih duduk di bangku SMP, yakni dimuat di ruang sanjak anak-anak Harian Umum Kompas tahun 1977. 

Kemudian pada tahun 1980 sampai tahun 2022 sajak-sajaknya mulai disiarkan di Majalah Keluarga, Dewi, Nova, Monalisa, Majalah Mahkota, Harian Umum Merdeka, Suara Karya, Jayakarta, Berita Yudha, Media Indonesia, Harian Sore Terbit, Harian Umum Seputar Indonesia (Sindo), SKM.Simponi, SKM.Inti Jaya, SKM.Dialog, HU.Bhirawa (Surabaya), Koran Media Cakra Bangsa (Jakarta), Majalah Habatak Online,  negerikertas.com, Harian Umum Utusan Borneo, Sabah (Malaysia) , Portal Sastra Litera.co.id, ayosekolah.com, KABNews.id, bicaranetwork.com, brainly.co.id, wallpaperspeed.id, majalahsuluh.com, sudutkerlip.com, myberitaraya.blogspot.com, beritarayaonline.co.id,  kompasiana.com, antaranews.com, kliktimes.com, suarakrajan.com, widku.com,  literanesia.com ,  hariandialog.com,  bisnistoday.co.id, sepenuhnya.com,  ruangpekerjaseni.com,  majalah digital Apajake, matamata.co, borobudurwriters.id,  majalah digital Elipsis,  cakradunia.co,  narasipos.com,  potretonline.com,  indonesiana.id, spektrum-ntt.com,  spektrumnasional.com, majalah bulanan Jurnal Pemuisi (Malaysia),  haluankita.com,   agapetanpabatas.com,  lopocogito.blogspot.com,  kibrispdr.org, Jurdik.id,  yz.dhafi.link, s
pronusantara.com,  penakota.id,  harianhaluan.id,  id.beritayahoo.com,  koranpelita.com,  poskota.co, serta sabahtaim.com (kinabalu, sabah, malaysia) 

Buku kumpulan sajak tunggalnya yang sudah terbit “Traumatik”(1997), “Kalah atau Menang” (1997), “Taman Getsemani”(2016), "Bercumbu Dengan Hujan ” (2021), "Tidur Di Ranjang Petir" (2021),  "Mata Elang Menabrak Karang" (2021), "Rumah Terbelah Dua " (2021).

Sajaknya juga termuat dalam 15 Buku Antologi Puisi Bersama Penyair di seluruh Indonesia. Pada saat ini tengah persiapan untuk penerbitan Buku Antologi Puisi ke-8 berjudul "Bila Sunyiku Ikut Terluka" (2022). 

Namanya juga telah masuk dalam Buku Pintar Sastra Indonesia Halaman 185-186 diterbitkan oleh Kompas (PT.Kompas Media Nusantara) cetakan ketiga tahun 2001 dengan Editor Pamusuk Eneste, serta Buku Apa & Siapa Penyair Indonesia halaman 451 diterbitkan oleh Yayasan Puisi Indonesia dengan Editor Maman S Mahayana dan Kurator Sutardji Calzoum Bahchri, Abdul Hadi W.M, Rida K.Liamsi, Ahmadun Y Herfanda, dan Hasan Aspahani.Pada tahun 2021 mendapat piagam dan medali  penghargaan SETYA SASTRA  NAGARI (30 tahun Kesetiaan Sastra Indonesia) oleh Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia dengan kurator Rg.Bagus Warsono.
Dan, pada bln Juni dan Juli 2022 berturut-turut karya puisinya memperoleh juara III dan juara II Puisi Pilihan Terbaik oleh Komunitas Sastra SNW ( Sastra Nusa Widhita).
Saat ini sebagai anggota Dapur Sastra Jakarta (DSJ) , anggota Sastera Sahabat Kita (berpusat di Sabah Malaysia) Ketua Komunitas Sastra Pamulang (KSP).
Pernah bekerja sebagai wartawan Skm.Angkatan Baru,  Majalah Varia Nada, Aneka Ria,  Info, Spionita, Caraka, majalah Monalisa, Harian Umum Sinar Pagi, Harian Umum Mandala (Bandung pada perwakilan di Jakarta),  Redaktur Pelaksana Suratkabar Dialog (Jakarta), dan Pemimpin Redaksi eMaritim.com.Pada saat ini sebagai Pemimpin Redaksi beritarayaonline.co.id, myberitaraya.blogspot.com, serta berita raya tv pada channel youtube.
Karya  jurnalistik-nya banyak tersebar di HU.Suara Karya, HU.Berita Yudha, HU.Pelita, HU.Ekonomi Neraca, Jawa Pos Group, HU.Media Indonesia, HU.Berita Kota, HU.Warta Kota, Majalah Tempo, Koran Tempo, HU.Pikiran Rakyat, HU.Banten Raya, HU.Radar Tangerang, dan masih banyak lagi.
Anggota Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya, DKI Jakarta,  No.Anggota 09.00.0782.12 dan pemegang Sertifikasi Kompetensi Wartawan  (No.ID 4358) Dewan Pers jenjang Wartawan Madya.
Dikenal juga sebagai rohaniawan dari Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) Jatinegara Jaktim dengan jabatan terakhir sebagai Ketua Jemaat.
Email  : pulo_lasman@yahoo.com

Bagikan Artikel Ini
img-content
Lasman Tv

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Korupsi SYL Bermata Iblis

Sabtu, 1 Juni 2024 06:54 WIB
img-content

Situs Babel

Senin, 26 Februari 2024 06:44 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Peristiwa

img-content
img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua