Tunggul

Jumat, 23 September 2022 13:23 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kita tabah meninggalkan sisa-sisa kiamat diri sendiri sebagai puing-puing hening Yang mereka kenang sebagai petaka,

Tiap sore aku datangi satu per satu tunggul,
bertanya adakah yang tersisa dari 
kesusahpayahan kita berdiri, 
sebelum mati ditebang kapak murka
milik sang buta,

Lalu kita pernah dibakar, digulung-gulung api dingin,
Kebingungan, keheranan, mengapa menjadi kesalahan hadir di dunia yang tak sehari kita bayangkan?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di antara tubuh yang masih terpancang
dengan luka bakar menganga, dan daging yang hangus terputus, 
Kita tabah meninggalkan sisa-sisa kiamat diri sendiri sebagai puing-puing hening
Yang mereka kenang sebagai petaka,
meski potongan tubuh ini menjadi jendela bagi mereka melihat kesejatian.

2022

Bagikan Artikel Ini
img-content
Eki Saputra

Aktivis lingkungan dan penulis lepas. Seorang penikmat karya sastra dan film pendek.

0 Pengikut

img-content

Perjanjian dengan Peri

Jumat, 1 Desember 2023 12:33 WIB
img-content

Suara Niskala

Sabtu, 15 Juli 2023 18:51 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Peristiwa

img-content
img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua