x

Ketua umum Pusat Ikatan Adhyaksa Dharmakarini (IAD) Ibu Sruningwati (Istri Kepala Kejaksaan Agung RI. Burhanuddin), ketika menabur benih ikan di Candi Muaro Jambi. Foto- Ist.

Iklan

djohan chan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 28 November 2019

Sabtu, 22 Oktober 2022 10:56 WIB

Pengembangan Ikan Endemik di Kolam Candi Muaro Jambi

Selain untuk meningkatkan daya tarik Wisata Manca Negara (Wisman) dan Wisatawan Nusantara (Wisnu). Kolam air tawar di lingkungan Percandian Muaro Jambi, yang selama ini terkesan hanya sebagai embung. Kini dimanfaatkan untuk pengembangan ikan endemic.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Selain untuk meningkatkan daya tarik wisata manca negara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnu), kolam air tawar di lingkungan Percandian Muaro Jambi yang selama ini terkesan hanya sebagai embung, kini dimanfaatkan untuk pengembangan ikan endemik.

Jenis ikan endemic itu adalah wader cakul (Puntius binotatus), baung (Hemibagrus nemurus), tawes (Puntius javanicus), betok (Anabas testudineus), lele lokal (Clarias batrachus), wader pari (Rasbora argyrotaenia), dewa (Tor soro), dan belida (Chitala lopis). Ini jenis-jenis ikan yang mampu hidup di air tawar dan payau/lebak.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kompetisi dan Inovasi (KOIN) bersama Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB ) Provinsi Jambi, ketika nabur benih ikan. Foto- Dokumen.

Budidaya pengembangan ikan endemik ini dilakukan di Kecamatan Muaro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, sekitar 26 kilometer dari Kota Jambi, tepatnya di komplek Candi Muaro Jambi. Lokasi kolam ini dekat dengan aliran sungai Batanghari, dengan demikian keberadaannya tidak pernah surut, walau keadaan pada musim kemarau.     

Pada hari Rabu (19/10/22) Ketua Umum Pusat Ikatan Adhyaksa Dharmakarini (IAD) Sruningwati (Istri Kepala Kejaksaan Agung RI. Burhanuddin) didampingi Pj. Bupati Muaro Jambi Bachyuni Deliansyah beserta Forkopimda dan pengurus IAD Kejaksaan Tinggi Jambi dan Kejari Muaro Jambi melepas 10 ribu benih ikan endemik.

Sruningwati Burhanuddin dalam amanatnya mengatakan dengan ditebarnya 10 ribu bibit ikan ini diharapkan mampu meningkatkan kunjungan wisatawan ke Candi Muarojambi. Caranya adalah dengan membuat lokasi pemancingan, sehingga Candi Muaro Jambi tidak pernah sepi dari pengunjung. Diharapkan Candi Muaro Jambi dapat lebih dikenal oleh masyarakat luas.

“Seperti saat ini saya mengajak rombongan dari Jakarta supaya mengetahui di Jambi ada cagar budaya nasional peninggalan masa lalu. Ini pernah dijadikan sebagai pusat pendidikan seni budaya dan penelitian terbesar di Asia. Dari itu Candi peninggalan sejarah ini perlu dijaga dan dilestarikan, agar dapat diketahui oleh anak cucu kita dimasa mendatang,” kata Sruningwati.  

Candi Muaro Jambi. Foto – Dokumen.

Cagar budaya (Candi Muaro Jambi) peninggalan purbakala ini, pernah dikunjungi oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), ketika kunjungan kerja ke Provinsi Jambi, pada tanggal 7 April 2022 yang lalu, dan sejumlah Presiden RI sebelumnya. Artinya, peradaban dan kekayaan budaya, peninggalan sejarah ini perlu dipelihara, sebagai aset kekayaan bangsa Indonesia.

Setelah tiga bulan dari kunjungan Presiden Jokowi ke Jambi. Pada hari Kamis, 28 Juli 2022, Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Jambi, Gatot Muharto mendampingi Kepala Kanwil Derektorat Jendral Kekayaan Negara (DJKN) Sumsel, Jambi, dan Babel, Surya Hadi, melakukan penebaran benih ikan endemik di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari.

Kegiatan tabur benih ini bertujuan untuk melestarikan cagar budaya. Juga untuk pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan Cagar Budaya Nasional, Candi Muara Jambi. Hal  ini selaras dengan Kompetisi dan Inovasi (KOIN) KPKNL dan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB ) Provinsi Jambi.   

Ini merupakan Program Nasional Revitalisasi Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Candi Muaro Jambi, yang telah mendapat persetujuan dan kesepakatan dari tiga Kementrian, diantaranya. Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), melalui Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT), dengan Kemendikbudristek dan Kemenkeu.  

Salah seorang budayawan Jambi, Junaidi T. Noor, mengatakan kepada wartawan Candi Muarojambi adalah sebuah kompleks percandian Hindu-Buddha. Di komplek ini terdapat 9 (Sembilan) candi yang telah dipugar, yakni Kotomahligai, Kedaton, Gedung Satu, Gedung Dua, Gumpung, Tinggi, Telago Rajo, Kembar Batu, dan Astano.

Keberadaannya diketahui pada tahun 1824 oleh seorang letnan Inggris bernama S.C. Crooke, yang sedang melakukan pemetaan daerah aliran sungai Batanghari untuk kepentingan niliter. Pada 1975, pemerintah Indonesia mulai melakukan pemugaran dipimpin R. Soekmono. Pada tahun 2012 Kompleks Candi MuaroJambi memiliki area seluas 260 hektar ini ditetapkan sebagai Kawasan Wisata Sejarah Terpadu (KWS T). ***

Ikuti tulisan menarik djohan chan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB