Kebijakan Ahok, Patut Dibaca Anak Muda yang Mencintai Bangsanya

Senin, 24 Oktober 2022 15:29 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Buku ini ditulis saat Ahok mendekam di Mako Brimob. Buku sangat penting untuk dibaca para pejabat publik, eksekutif maupun legislatif. Ank muda yang bercita-cita memajukan bangsa juga tak ada salahnya menyimak pikiran Ahok. Contoh kebijakan yang berfokus kepada pelayanan, taat pada aturan dan kreatif bisa menginspirasi para calon pemimpin bangsa. Keberaniannya menghadapi para maling duit negara, tentu perlu dicontoh. .

Judul: Kebijakan AHOK

Penulis: Basuki Tjahaja Purnama

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tahun Terbit: 2019 (Cetakan ketiga)

Penerbit: Basuki Solusi Konsultindo

Tebal: xxi + 331

ISBN: 978-602-5063-42-9

 

Banyak yang berpendapat bahwa kemunculan Basuki Tjahaja Purnama sebagai Gubernur DKI Jakarta adalah fenomenal sekaligus penuh kontroversial. Fenomenal karena ia adalah seorang minoritas tetapi berani mengambil kebijakan yang membuat banyak kebijakan dengan cara yang berani. Kontriversial karena cara-cara yang dia pakai dalam menjalankan pemerintahan dianggap menabrak aturan dan melawan berbagai pihak.

Tokoh tionghoa yang lebih dikenal dengan panggilan Ahok tersebut membuat berbagai terobosan saat menjabat sebagai Wakil Gubernur dan kemudian sebagai Gubernur DKI. Keputusan-keputusannya dalam mengelola Ibukota Negara tersebut sering mencengangkan dan menimbulkan “kegaduhan.” Kegaduhan terbesar adalah saat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memiliki 2 versi APBD pada tahun 2015. Ahok sebagai Gubernur mengajukan APBD kepada Menteri Dalam Negeri. Di saat yang sama, DPRD juga mengajukan APBD yang nilainya 12,1 T lebih tinggi. Ternyata beda total anggaran tersebut adalah karena masukan program sisipan.

Banyak kisah ketegangan dan bahkan kegaduhan seperti tersebut di atas. Mereka yang merasa zona nyamannya terganggu, melakukan perlawanan. Perlawanan mereka ada yang lunak dan ada pula yang sampai pengancaman. Kebijakan Ahok dianggap menabrak aturan. Namun demikian Ahok selalu bisa menunjukkan bahwa kebijakan-kebijakan yan diambil didasarkan kepada aturan yang jelas. Hanya mereka-mereka yang korup serta menyalahgunakan jabatanlah yang menjadi cacing kepanasan.

Buku ini memuat banyak penjelasan tentang apa saja kinerja Ahok sejak menjadi Wakil Gubernur sampai dengan menjadi Guberdur DKI. Kebijakan-kebijakan tersebut diuraikan dalam kelompok sesuai dengan Komisi- Komisi di DPRD. Dengan pengelompokan ini, dengan mudah kita bisa mengikuti apa saja kebijakan, tantangan implementasinya serta hasilnya. Buku ini juga dilengkapi dengan pengakuan dari mereka-mereka yang bekerja langsung dengan Ahok. Diantaranya adalah para anggota DPRD, para pemagang dan para mantan pejabat Pemprov DKI yang bekerja langsung di bawah kepemimpinan Ahok. Testimoni mereka menjadi penguat penjelasan-penjelasan Ahok tentang kebijakan-kebijakan yang diambilnya.

Dalam tulisan singkat ini, saya tak akan menjelaskan kebijakan-kebijakan tersebut. Saya lebih tertarik untuk membahas kualitas Ahok sebagai pemimpin.

Ahok adalah seorang yang berjiwa melayani. Motivasinya untuk menjadi pejabat publik adalah karena ingin melayani. Di beberapa kesempatan, termasuk di buku ini, Ahok menyatakan bahwa ia memilih menjadi pejabat publik karena bisa melayani lebih banyak warga. “Menjadi pejabat itu pekerjaan mulia karena bekerja untuk masyarakat dan menolong orang yang kesusahan” (hal. 18). Ahok menyampaikan bahwa menjadi pejabat bisa menolong lebih banyak orang daripada jika menjadi pengusaha. Sebab pejabat bisa menggunakan uang publik yang jumlahnya luar biasa untuk menyejahterakan warganya. Sementara kalau menjadi pengusaha dan memakai uang sendiri, maka orang yang bisa ditolong sangat terbatas.

Ahok adalah orang yang menegakkan aturan. Selain kebijakannya selalu diarahkan untuk memudahkan hidup warganya, dalam pengambilan kebijakan dan pelaksanaannya, Ahok selalu menegakkan aturan. Khususnya aturan yang selama ini ditabrak sehingga korupsi merajalela. Penyelenggaraan pemerintahan diarahkan supaya aturan-aturan dasar good governance benar-benar bisa diterapkan. Kebijakan tentang lelang jabatan, e-budgeting dan pemantauan kinerja pegawai melalui mekanisme pelibatan publik adalah upaya-upaya untuk mengembalikan pemerintahan kepada aturan yang sebenarnya.

Ahok itu kreatif dan memanfaatkan kemajuan teknologi. Banyak kebijakan yang diambil oleh Ahok yang dijelaskan dalam buku ini menunjukkan kekreatifannya. Ahok melakukan kerjasama business-to-business sehingga Pemprov DKI bisa memberi pelayanan yang prima, tetapi tidak menghabiskan APBD. Ketika anggaran tidak ada, padahal dibutuhkan infrastruktur yang mendesak, ia memanfaatkan peluang yang ada yang selama ini belum pernah dipakai oleh pejabat sebelumnya. Contohnya adalah pembangunan Simpang Susun Semanggi. Dalam hal meningkatkan transparansi dan kecepatan pelayanan, Ahok menggunakan teknologi modern, yaitu informasi teknologi (IT).

Ahok adalah seorang yang berani. Ahok dilahirkan sebagai etnis tionghoa dan beragama Kristen (double minority). Etnis tionghoa pada umumnya tidak berani menghadapi konflik dengan pejabat. Namun Ahok sangat berbeda. Ia berani berhadapan dengan pejabat yang korup tanpa takut intimidasi karena asal etnis dan agamanya. Konfliknya dengan anggota DPRD yang menjadi maling, sampai akan diadakan Hak Angket, adalah salah satu contoh keberanian Ahok. Gaya berkomunikasinya pun sangat vulgar. Tanpa tading aling-aling, kata orang Jawa. Gaya berkomunikasi yang lugas dan kasar ini awalnya dianggap sebagai sebuah kelemahan. Bahkan Reinald Kasali pernah menasihatinya supaya mengubah gaya komunikasinya. Namun Kasali akhirnya mengakui bahwa gaya berkomunikasi yang terus terang tanpa basa-basi itulah cara yang paling tepat untuk menghadapi orang-orang yang berada di sistem yang sudah rusak.

Tentu masih banyak kualitas Ahok lainnya yang membuatnya menjadi seorang pemimpin yang berhasil. Namun setidaknya kualitas yang saya sampaikan di atas (berdasarkan informasi yang saya dapat dalam buku ini), adalah kualitas yang seharusnya dimiliki oleh semua pejabat publik di negeri tercinta ini.

Buku “Kebijakan Ahok” yang ditulisnya saat ia mendekam di MAKO BRIMOB. Saat seharusnya ia mengeluh dan mengiba. Alih-alih menyesali hidupnya, ia malah dimanfaatkan untuk berbagi melalui tulisan di buku ini. Buku ini sungguh sangat penting untuk dibaca oleh para pejabat publik, baik eksekutif maupun legislatif. Buku ini juga sangat baik dibaca oleh mereka yang muda dan bercita-cita memajukan bangsa. Contoh-contoh kebijakan yang berfokus kepada pelayanan, taat pada aturan dan kreatif bisa menginspirasi para calon pemimpin bangsa. Satu lagi, keberanian untuk menghadapi gertakan dari pihak-pihak yang dirugikan karena korupsinya terhalangi juga penting untuk dipelajari.

Semoga semakin banyak Ahok-Ahok baru yang menjadi pelayan publik di Republik ini. 710

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler