x

Iklan

MUHAMMAD FARRAS PUTRA KIANY 2020

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 25 Oktober 2022

Rabu, 26 Oktober 2022 17:55 WIB

Ancaman Krisis dan Perubahan Iklim Bangladesh

Artikel tentang krisis ang terjadi di Bangladesh

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bangladesh terkenal dengan negara yang tidak begitu kaya dan justru cencderung termasuk negara misknin. Bangladesh adalah salah satu negara dengan populasi paling padat. Masalah utamanya adalah kelebihan populasi. Karena kenyataan ini, pemerintah Bangladesh berjuang untuk menyediakan makanan, obat-obatan, dan kebutuhan dasar lainnya bagi rakyatnya. Dikutip dari idxchannel.com, Bangladesh merupakan negara termiskin ketiga di Asia yang hanya memiliki pendapatan sekitar USD2.083. Kegagalan ekonomi yang terjadi di Bangladesh terutama disebabkan oleh laju pertumbuhan penduduk yang tidak sesuai dan terlampau tinggi jika dibandingkan dengan luas wilayahnya, selain itu korupsi di negara ini dinilai cukup tinggi dibandingkan dengan negara lain.

Bangladesh merupakan negara dengan dataran rendah sebagai rumah bagi 130 sungai dan juga sangat rentan terhadap banjir, terlebih lagi negara itu semakin memburuk karena perubahan iklim. Para ahli mengatakan perubahan iklim menyebabkan kondisi cuaca yang tidak menentu di negara itu. Bangladesh merupakan negara dengan dataran rendah dan diprediksi 20% daratan Bangladesh akan hilang.

Selain itu ada tiga sungai besar yang bermuara di lepas pantai Bangladesh; Gangga, Brahmaputra, dan Megna. Dengan mencairnya es di kawasan Himalaya akibat pemanasan global, ketiga sungai itu akan membawa aliran air yang lebih banyak. Meski para ahli masih berdebat tentang perhitungan kenaikan permukaan laut, dan ada yang masih skeptis atas gejala pemanasan global, pemerintah Bangladesh berada dalam posisi bahwa pemanasan global memang terjadi dan mengancam sebagian daratan Bangladesh. "Perdebatan bukan lagi tentang apakan pemanasan global akan terjadi atau tidak, tapi seberapa serius dampaknya dan kapan akan terasa dampaknya," kata Menteri Lingkungan pemerintahan transisi Bangladesh, Dr. C. S. Karim kepada Liston Siregar dari BBC Siaran Indonesia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Banjir bukanlah merupakan gejala baru di Bangladesh. Banjir besar terakhir pada tahun 1998, yang menelan paling tidak 1.200 korban jiwa, dengan siklus setiap 10 tahun terakhir.

Krisis iklim yang di alami Bangladesh sejak pertengahan tahun ini memberikan dampak yang cukup besar bagi negara tersebut. Dari sekian banyak hal yang terdampak, salah satunya adalah pendidikan anak-anak yang berada di sana. Bangladesh tengah berjuang menghadapi perubahan iklim yang menyebabkan banyak sekali anak-anak di sana yang harus putus sekolah dan terpaksa membanting tulang membanting tulang untuk membantu perekonomian keluarganya. Cuaca di Bangladesh saat terjadi perubahan iklim saat ini bisa dikatakan sangat ekstrem, dimana hal ini menyebabkan kekeringan, banjir, dan juga erosi sungai di seluruh wilayah. Akibat peristiwa ini, masyarakat Bangladesh mengalami kehilangan tempat tinggal, kelaparan, kekurangan air bersih hingga kurang mendapatkan perawatan yang layak.

Anak-anak yang terdampak pada perubahan iklim ini terpaksa harus berjuang mencari nafkah bersama orangtua mereka guna meneruskan hidup. Langkah ini berarti menjadi akhir dari pendidikan mereka dan menjadi awal dari kerja keras seumur hidup. UNICEF selaku lembaga PBB mengatakan bahwa anak-anak di negara Asia Selatan seperti Afghanistan, Bangladesh dan India saat ini sedang menghadapi resiko yang sangat tinggi dari terjadinya perubahan iklim.

Menurut Unicef hal ini sangatlah mengkhawatirkan dimana secara global setidaknya terdapat satu miliar anak di 33 negara tengah menghadapi ancaman perubahan iklim ini. Dikutip dari Al Jazeera, George Laryea-Adjei mengatakan “Untuk pertama kalinya, kami memiliki bukti yang jelas tentang dampak perubahan iklim terhadap jutaan anak di Asia Selatan, dan untuk pertama kalinya, kami memiliki bukti yang jelas tentang dampak perubahan iklim terhadap jutaan anak di Asia Selatan.”

Sebagian anak-anak yang tinggal di Bangladesh dan tidak bersekolah di sekolah dasar biasanya bertempat tinggal di daerah kumuh perkotaan, atau daerah yang sangat sulit dijangkau dan seringkali termpat mereka rawan terjadi bencana. Menurut data, anak-anak yang terpaksa putus sekolah dan bekerja terdapat 1,7 juta anak, dengan perbandingan setiap satu dari empat di antaranya berusia 11 tahun atau lebih muda dari itu.

Selain itu Bangladesh sendiri tengah mengalami krisis pangan, menurut Organisasi Panhan dan Pertanian, Negara Bangladesh merupakan satu di antara 45 negara lain yang tengah menghadapi krisis pangan. Krisis pangan ini terjadi dilatar belakangi oleh cadangan devisa negara tersebut yang kian menipis dan juga ketidakstabilan ekonomi.

Perdana Menteri Bangladesh meminta warganya untuk mengelola tan mati mereka untuk dijadikan lahan pertanian dengan harapan hal ini dapat melindung negara dari kelaparan global yang mengancam. Dalam pidatonya pada peringatan Hari Pangan Sedunia 2022, PM Bangladesh mengatakan “Saya kembali meminta Anda semua untuk tidak menyia-nyiakan makanan dan mengingatkan produksi pangan. Bahwa setiap jengkal tanah harus ditanami. Lindungi Bangladesh dari kemungkinan kelaparan dan situasi seperti defisti pangan,”. PM Bangladesh mendesak setiap warganya untuk menanam apapun tumbuhan yang dapat ditanam seperti makanan pokok yaitu beras dan gandum untuk memastikan ketersediaan makanan nasional. Ia juga mengatakan bahwa jika orang-orang Bangladesh berkumpul dan memproduksi makanan, makan Bangladesh tidak akan mengadapi krisis pangan meski dunia sedang dilanda kelaparan sekalipun. Untuk menghadapi krisis pangan ini, Pemerintah Bangladesh melakukan kesepakatan dengan Vietnam dan juga India untuk menimpor total 330.000 ton beras.

Selain dua peristiwa yang sudah dijelaskan sebelumnya, Bangladesh sendiri saat ini juga sedang mengalami krisis listrik dimana setidaknya sekitar 130 juta warga di sana mengalami pemadaman listrik karena kegagalan jaringan listrik di negara itu. Hal ini juga didasari oleh pertumbuhan ekonomi negara Bangladesh yang membuat operasi pembangkit listrik tenaga diesel untuk mengurangi import diesel karena harganya yang melonjak. Pembangkit listrik tenaga diesel sendiri menyuplai sekita 6 persend dari seluruh kebutuhan listrik di negara itu dan ini menghasilkan 1500 megawatt.

Ikuti tulisan menarik MUHAMMAD FARRAS PUTRA KIANY 2020 lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB