x

Digital Photography by Tasch 2022

Iklan

Taufan S. Chandranegara

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 23 Juni 2022

Rabu, 2 November 2022 18:42 WIB

Gadogado Harga Bebas

Gadogado Harga Bebas. Artikel Cinta Bumi Indonesia. Estetika, seni, filsafat, sains, sebagaimana habitatnya, bersifat saling memberi cinta-perasaan, inteligensi berbudi, di ranah folosofis moral kasih sayang. Risalah keilmuan itu, unit episentrum cinta saling melengkapi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kalau ngobrolin estetika, rujukannya bisa tiga bakul jumlah benua di bumi, masih kurang. Banyak banget. Apalagi kalau nyambung ke filsafat, seni, sains, kehidupan sehari-hari, waduh perpus pindah ke rumah kale. Kalau cukup itu juga. 

Jadi deh, obrolan bebas, santun berbudi sampai di risalah pandangan alternatif. Hiks,  keluar jalur dikit dari, science, philosophy, art epidemic, aestheticism. Boleh dong. Biar bebas dogma, harga terjangkau kantong, kopi tubruk plus singkong goreng. 

Berkesenian, semisal, berseni-seni, atau pandangan, kecenderungan seni ataupun atas nama seni-seni atas nama, silakan. Pilihan kembali pada penyukanya, seni akademis, nonakademis-autodidak. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Supaya enggak repot silakan juga, menuju pada sejarah seni formal dunia, secara mandiri sesuai selera pilihan, kalau mau, kalau tidak, oke juga.

Seabrek-abrek di media daring, atau website seni benua jauh-memang di sana sumbernya, tentang apa itu sejarah seni kemodernan kait berkait berikut sains filsafat kelengkapannya. 

Enggak sanggup dah, berat mikulnya. Mending ngobrol bebas aja sesuka hati sesuai iman, masing-masing.

**

Seni, dari abad pertenghan, semisal, bermunculan mazhab seni dari trimatra ke dwimatra atau sebaliknya, lalu muncullah sebut saja seni, antara lain, Dadaism, Surrealism, Impressionism, Expressionism, Realism, Bauhaus, Renaissance, Abstract, Cubism, Art Politics, Industrial Art, Graffiti, Pop Art, Hip Hop Art, Street Art, Folk Art, Digital Art, Contemporary Art, Stage Art, all in one, etc. 

Dari terlapau ke terkini dalam bentuk, saling mempengaruhi atau sebaliknya, termasuk, Modern Dance, Art Dance, Dance Theater, Opera, Music, Symphonic Metal, Film, Classical Theater, etc. Nyambung ke.seni pertunjukan pascamodern, ke.seni filsafat, estetika, sains, super duper deh. 

Ketika elemen seni berderet-deret dalam satu rangkaian kesinambungan, instalasi seni-seni instalasi, seni kontemporer-kekinian. Lantas multigrafis, fotografis, aplikatif di telepon seluler. 

Sedap banget. Mudah, instan, tak perlu berpikir ruwet filosofis, sebab teknologi terkini, memberi pengajaran tentang warna, simbol, nirmana-warna gradasi. Maka primer, sekunder, hanya senyum, seterusnya sesuai kebutuhan. Tralala ...

Sistem komputerisasi, masa depan barangkali akan lebih kompleks, rumit pembuatannya, namun, memudahkan pengguna menjadi super one finger touch screen, ataupun hanya mengedipkan mata, bimsalabim, abakadabra, layar akan berubah, praktis, foto menjadi lukisan atau sebaliknya. 

Seru banget. Maka dunia creative work plant, bisa dikerjakan sembari jalan-jalan sore. Klick!

**

Coloring, tak perlu lagi berkonsep rumit, cukup one klick, okay dah. Secara ajaib, warna telah memberi makna seperti keinginan. Berkembanglah videography, setelah graphic design menjadi produk masa lalu, meski belum ditinggalkan, sebab masih dibutuhkan oleh animasi-memasuki, era Computer-Generated Imagery (CGI) sejak era 80an berkembang pesat pada era 90an ke kini, mungkin, telah meng.industrialisasi inteligensi, mengilhami dunia kreatif, pencapaian tekno robotic. Uwow!

Bertemu pula, era tekno kultural edukatif. Mau tidak mau, harus mau, sebab para algoritma-piring data itu tidak bertambah kecil, tapi bertambah besar menguntit zaman, kemanapun pergi-memberi berbagai informasi, tepat, prima, serba tau, meski di balik itu semua, ada otak makhluk hidup penciptanya-manusia, sebagai makhluk sosial-kini, menjadi makhluk tekno sosial.

Dasar-dasar tekno, mungkin, bermula dari 'tidak tahu dan tahu' atau sebaliknya-belajar terus tanpa batas selama masih sehat, bersyukur pada Ilahi.

**

Keilmuan. Mungkin saja, terjadi akibat pilihan inteligensi manusia, publik kebudayaan, universalitas, mengembangkan diri, kehendak norma logika frekuensi sosialnya. 

Mungkin pula kehendak pandangan dari pilihan, inteligensi makhluk hidup-manusia, disebabkan siklus zaman, lantas, disebut ‘system’, di kemudian hari-kini, menuju masa depannya di lingkar kumparan tekno alfanumerik, bersifat matematis-teknis, filosofis, sains, seni estetis.

Kenapa ya putaran akhir selalu bertemu kembali dengan putaran awal, siklus, metode filosofi berteknologi, barangkali. 
Kembali pada keinginan, perasaan-pertumbuhan inteligensi. Mungkin hal ihwal itu sumberdaya tumbuh kembang teknologi. 

Di sana ada science about life, with pure love, mungkin. Ketika perasaan dihilangkan, pilihan tak mampu muncul, sebab inteligensi tak mau bekerja, demikian pula sebaliknya. Barangkali loh.

**

Pada waktu, entah kapan, mungkin saja manusia 'kan kembali pada kepurbaan-kemodernan pada masanya. Kembali tinggal di pohon-pohon besar, lingkungan asri serba hijau, setelah terjadi perubahan, pertukaran alam raya. 

Mungkin, sistem algoritma, piringan data alami tak terhingga menghendaki makhluk, kembali hidup dalam atmosfer sains, di lingkungan puncak frekuensi sublimasi prima, bagai kisah, scientific novel-new age, James Redfield-The Celestine Prophecy. 

Estetika, seni, filsafat, sains, sebagaimana habitatnya, bersifat saling memberi cinta-perasaan, inteligensi berbudi, di ranah folosofis moral kasih sayang. Risalah keilmuan itu, unit episentrum cinta saling melengkapi.

***

Jakarta Indonesiana, November 02, 2022.

Ikuti tulisan menarik Taufan S. Chandranegara lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler