Hanya 1%, Peluang KTT G20 Berhasil

Senin, 14 November 2022 21:14 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Peluang keberhasilan KTT G20 hanya tinggal 1% saja.

KTT G20 yang digelar di Bali hampir dapat dipastikan 99% gagal. Pasalnya, KTT itu tidak menghasilkan komunike atau dokumen yang berisi kesepakatan bersama untuk semua isu yang dibahas.

Indikasi kegagalan itu  sudah nampak sejak pertemuan tingkat menteri negara-negara G20 yang gagal mencapai komunike terkait isu transisi energi. Jadi jauh-jauh hari sebenarnya sudah terlihat bahwa KTT G20 hanya akan menghamburkan uang saja dengan hasil yang sia-sia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Peluang keberhasilannya KTT G20 mungkin hanya sebesar 1 % saja, hanya terkait mengumpulkan kepala-kepala negara anggota G20 untuk menikmati indahnya alam Pulau Bali.  Celakanya, kegagalan KTT G20 itu ingin ditutupi dengan membungkam suara-suara rakyat menjelang KTT tersebut dibuka secara resmi.

Pembukaman suara-suara rakyat itu  juga salah satu indikator lainnya kegagalan dari KTT G20. Tema besar dari KTT G20 itu adalah Pulih Bersama, Pulih Lebih Kuat. Bagaimana mungkin akan pulih bersama bila KTT G20 justru membungkam suara rakyat? Pembungkaman suara rakyat di KTT G20 akan menjadi sebuah preseden buruk bagi KTT lainnya ke depan, bahkan penyelenggaraan negara secara keseluruhan.

Penyelenggaraan KTT G20 di Bali memang diwarnai dengan intimidasi terhadap aktivis lingkungan hidup dan seniman untuk mengekspresikan suaranya terhadap KTT G20. Pada 6 November 2022, sebuah diskusi dan workshop seni untuk anak muda yang menyoroti krisis iklim di Denpasar digagalkan.

Tak lama berselang, rombongan pesepeda aktivis Greenpeace juga dihadang saat menuju Bali. Pada 13 November 2022, acara pentas seni yang digelar oleh komunitas di Bali juga dibubarkan. Anehnya pembubaran pentas seni itu disebabkan adanya spanduk bertuliskan,’Dari Polusi ke Solusi’. Dari situ sudah nampak bahwa di KTT G20 hanya menghendaki narasi tunggal untuk menutupi kegagalannya.

KTT G20 yang telah 99% gagal itu akan menghasilkan solusi palsu transisi energi. Transisi energi itu adalah persoalan yang menyangkut hajat hidup orang banyak, jika pembahasannya tertutup dan dilakukan dengan cara membungkam suara rakyat, ya dapat dipastikan hanya akan menghasilkan solusi palsu yang menguntungkan segelintir elit. Salah satu indikator solusi palsu itu adalah masih ditolerirnya penggunaan batu bara dan gas, dengan cara memberikannya label hijau atau ramah lingkungan hidup.

Kegagalan KTT G20 yang menghasilkan solusi palsu transisi energi itu, lanjut Suriadi Darmoko, akan memperparah krisis iklim kedepannya. Tanpa keseriusan negara-negara G20 dalam melakukan transisi energi, dapat dipastikan krisis iklim akan semakin sulit dielakan. Jika itu yang terjadi, artinya, depan kita akan lebih sering mengalami bencana ekologi akibat krisis iklim.

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Cak Daus

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler