x

Kelompok Tani Desa Gara

Iklan

Rikhardus Roden Urut Kabupaten Manggarai-NTT

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 25 Oktober 2022

Kamis, 24 November 2022 21:07 WIB

Pemberdayaan Ekonomi Masyakarat Desa Khusus bagi Kelompok Rentan; Belajar dari Pengalaman Kepala Desa Gara

Pemerintah Desa Gara membuat satu terobosan menarik, sangat inspiratif dengan membentuk 2 kelompok usaha perempuan di Desa Gara, yaitu Kelompok Tempe Gara dan Kelompok Tani Sayur Gara, beranggotakan 25 Keluarga. Kehadiran dan keberadaan kedua kelompok ini diharapkan dapat menjadi model pemberdayaan bagi perempuan yang dianggap sebangai kelompok rentan. Misi utama dari inisiatif ini adalah untuk meningkatkan pendapatan, gizi keluarga serta mendorong keterlibatan perempuan dalam membangun ekonomi keluarga. Hal ini sangat penting dilakukan dengan pendekatan keluarga agar anak-anak muda dapat menyaksikan ibu-ibu beraktivitas ekonomi sehingga mereka bisa disadarkan juga bahwa urusan untuk memperbaiki kondisi ekonomi dalam rumah tangga tidak hanya menjadi tanggungjawab laki-laki tetapi perempuan juga.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pemerintah Desa Gara, Kabupaten Manggarai, membuat satu terobosan menarik, sangat inspiratif dengan membentuk dua  kelompok usaha perempuan di Desa Gara, yaitu Kelompok Tempe Gara dan Kelompok Tani Sayur Gara, beranggotakan 25 Keluarga. Kehadiran dan keberadaan kedua kelompok ini diharapkan dapat menjadi model pemberdayaan bagi perempuan yang dianggap sebagai kelompok rentan.

Misi utama dari inisiatif ini adalah untuk meningkatkan pendapatan, gizi keluarga serta mendorong keterlibatan perempuan dalam membangun ekonomi keluarga. Hal ini sangat penting dilakukan dengan pendekatan keluarga agar anak-anak muda dapat menyaksikan ibu-ibu beraktivitas ekonomi sehingga mereka bisa disadarkan juga bahwa urusan untuk memperbaiki kondisi ekonomi dalam rumah tangga tidak hanya menjadi tanggungjawab laki-laki tetapi perempuan juga.


Sekilas tentang Kelompok Tempe Gara


Kelompok ini sejak 5 bulan lalu, telah menjalankan usaha tempe secara berkelompok untuk dipasarkan di wilayah Kecamatan Satar Mese dan Kecamatan Satar Mese Barat. Kelompok usaha tempe ini setiap bulan memproduksi tempe sebanyak 4.080 lempeng dengan omzet mencapai Rp 10,200,000.

Kelompok ini terbentuk atas inisiatif dari Yohanes Mario Nombo, kepala Desa Gara, tujuannya untuk menciptakan lapangan pekerjaan, mengurangi angka kemiskinan, meningkatkan pendapatan dan mendorong ibu-ibu mencari uang supaya mereka tidak hanya untuk urusan domestik.

Fasilitas pada rumah produksi tempe disediakan oleh Pemerintah Desa, menggunakan dana yang bersumber dari Anggaran Dana Desa dengan mengacu kepada Permendesa PDTT nomor 7 tahun 2021 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa tahun 2022, pasal 5 ayat 2 poin a. pemulihan ekonomi nasional sesui kewenangan Desa dan pasal 6 ayat 1 poin a.penanggulangan kemiskinan, untuk mewujudkan Desa tanpa kemiskinan.
 
Sejauh ini, kata Yohanes, kelompok tetap tekun menjalankan usaha, rutin memproduksi dan menjual tempe menggunakan kendaraan roda dua sambil terus berusaha membaca peta permintaan pasar, sebab ada target untuk memperluas pasar supaya omzet penjulan semakin banyak. Fasilitas kendaraan roda sangat dibutuhkan guna mengejar target, beruntung KSP CU Florette pada bulan ini, melayani pinjaman bisnis untuk pengadaan motor.
 

Untuk menjaga konsistensi kelompok memproduksi tempe, peran kepala desa dinilai sangat penting dan menentukan keberhasilan di masa depan. Dia melakukan pendampingan motivatif kepada kelompok secara rutin agar mereka memiliki keyakinan bahwa usaha ini menjanjikan sebagai sumber pendapatan keluarga. Pendampingan mutlak dilakukan untuk memastikan spirit perubahan pada kelompok tetap terpelihara bahkan harus terus menyala, edukasi guna menginternalisasikan spirit perubahan sampai kepada perubahan pola pikir dimana kelompok menyadari bahwa yang mereka sedang kerjakan dengan semangat kerja keras adalah cara untuk bisa mengalami hidup sejahtera secara ekonomi. Komitmennya luar biasa mendorong ibu-ibu mengembangkan usaha mikro, ibu-ibu dengan tingkat pendidikan rendah ini terus diedukasi untuk memilih bisnis tempe sebagai sumber penghidupan tentu dengan mengacu kepada kebutuhan keuangan dari mereka masing-masing.
 

Cara kepala desa mengubah pola pikir anggota kelompok ini diacungkan jempol, dimana dia meminta bantuan Yayasan Ayo Indonesia beberapa waktu lalu untuk menyelenggarakan suatu pertemuan pertukaran pengalaman dan motivatif antara kelompok tempe gara dengan seorang pebisnis tempe yang telah berhasil dari kampung Null, namanya Noldi Katung. Pertemuan ini terjadi pada tanggal 1 September 2022 berlangsung di kantor Desa Gara, sebanyak 15 orang anggota kelompok yang berperan untuk memproduksi dan 4 orang tenaga pemasaran hadir.




Pendekatan Lejong (berdiskusi) untuk motivasi: Noldi pengusaha tempe berbagi pengalaman tentang membangun bisnis tempe, Dia berhasil membuka lapangan kerja bagi orang muda di kampung Null, Paroki Tanggar, Kabupaten Manggarai Timur. Tenaga kerja untuk Produksi tempe di tempat usahanya sebanyak 5 orang, dan 7 orang muda dipercayakan untuk menjual keliling menggunakan 7 unit kendaraan roda dua


Pada kesempatan itu, Noldi membagi pengalamannya kepada mereka tentang bagaimana menentukkan volume produksi, cara pemasaran dan menghadapi tantangan atau persoalan sebab bisnis tidak selalu mulus atau aman-aman saja.
 

Yang paling penting dalam menjalankan bisnis tempe menurut noldi saat itu, adalah tempe yang dihasilkan harus bermutu, produksi harus konsisten, menjual setiap hari, dan selain tempe, yang perlu ditawarkan (dijual) kepada calon konsumen adalah ikan teri, tahu dan tomat.

"Jika konsumen komplein dengan tempe yang kita jual, jangan lantas ditanggapi secara negatif tetapi hal ini kita harus diterima sebagai masukan dengan kata lain kita harus memandang mereka adalah orang yang sedang mengambil bagian untuk mendukung usaha kita,"ungkap Noldi. Kemudian, sarannya, kepada ibu-ibu anggota kelompok tempe Gara, jika menghadapi masalah semisal barang yang laku terjual tidak sesuai dengan harapan, maka kita tidak boleh putus asa tetapi situasi ini harus menjadi pendorong bagi kita untuk mencari jalan keluar atau strategi karena kita punya keyakinan bahwa usaha ini merupakan sumber penghidupan kita.



Herman menjelaskan tentang cara membangun jejaring usaha dengan pedagang sayur-sayuran di Pasar Ruteng

Selain itu, noldy mengajak mereka untuk bergabung menjadi anggota koperasi kredit yang ada di Manggarai, yaitu KSP CU Florette dan Kopkardios, sebab kedua lembaga ini melatih kita untuk melek keuangan dan mendorong kita untuk berbisnis. Dengan mengetahui melek keuangan, jelas noldy, kita bisa mengetahui kondisi pendapatan dan pengeluaran keuangan, dampak positipnya, kita akan menjadi terbiasa untuk berpikir, jika ada uang maka yang dilakukan pertama-tama adalah menyimpan sebagiannya di Koperasi Kredit dan jika kekurangan uang maka yang dilakukan kemudian berusaha untuk meningkatkan pendapatan dengan cara berbisnis dalam bidang pertanian, perternakan dan lain-lain.
 

“Sehingga setiap jengkal tanah (aset) harus menghasilkan, tanah tidak boleh dibiarkan tidur, sebab pengeluaran kita orang manggarai semakin tinggi sekarang khusus untuk urusan adat dan sosial kemasyarakatan,“sarannya.
 

Kelompok Tani Sayur Gara belajar bisnis melalui pendekatan belajar dari Petani ke Petani (farmer to farmer)


Yayasan Ayo Indonesia bekerjasama dengan Pemerintah Desa Gara, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur memfasilitasi kunjungan belajar Kelompok Tani Sayur Gara ke petani sukses di Desa Rai dan Desa Ketang, Rabu (19/10/2022). Peserta kunjungan berjumlah 10 orang ibu-ibu yang telah berkomitmen untuk menanam sayur-sayuran sebagai sumber pedapatan keluarga. Mereka telah menanam sayur jenis tomat namun dalam skala kecil.



Kegiatan belajar ini, kata Yohanes dimaksudkan untuk memperkuat keyakinan dari 10 orang ibu-ibu yang akan didorong menjadi petani produksi sayur-sayuran sehat, khususnya tomat. Usaha mereka akan mendukung usaha dari kelompok Tempe Gara, sebab belajar dari pengalaman selama menjual tempe, para konsumen ternyata butuh tomat dan sayur-sayuran lain. Mengacu kepada permintaan pasar (Market), pemerintah desa mengambil suatu langkah yang baik sekali, yaitu mengajak ibu-ibu berbisnis sayur-sayuran khususnya tomat secara berkelompok. Pendekatan pemberdayaan menjadi pilihan dari Kepala Desa Gara untuk menciptakan perubahan ekonomi pada keluarga-keluarga sasaran program dari pemerintah desa.


Belajar bisnis dari Petani ke Petani (Farmer to Farmer): Kelompok tani perempuan dari Desa Gara belajar agribisnis di Pasar Sotor, Desa Ketang
 

Kunjungan belajar ke kebun usaha milik Herman Sudin di Desa Rai dan Herman Jagul di Pasar Sotor Ketang merupakan salah satu metode belajar untuk pemberdayaan atau mempengaruhi pola pikir. Lejong (bertamu) dengan konten belajar di kedua petani agrobisnis sukses tersebut, ternyata tidak hanya belajar hal tehnis budidaya dan cara pemasaran tetapi mereka juga belajar tentang mengelola mental disaat mengalami kegagalan atau tantangan dalam berusaha.
 
Di Rai peserta mendapat pengalaman berharga dari Herman Sudin, di lokasi kebun tomatnya yang memasuk fase pembungaan dia menceritakan tentang cara tanam tomat, terkait dosis pupuk, pengaturan jarak tanam, cara merawat tanaman, penentuan waktu tanam yang tepat dan cara memasarkan. Menurut Herman, menanam tomat harus disesuikan dengan kebutuhan pasar sehingga kita harus punya teman di pasar, teman untuk menerima sayur-sayuran kita tetapi mereka juga menjadi teman untuk menginformasikan kapan tomat atau sayur-sayuran jenis lain paling banyak dibutuhkan oleh pasar (pembeli). “Model relasi bisnis demikian berhasil memperkuat rasa saling percaya sehingga teman-teman para pedagang sayur-sayuran di Pasar Ruteng sering menyedikan benih sayur-sayuran secara gratis untuk saya,“ kata Herman.



Herman Jagul menjelaskan tentang pertanian terpadu, menggabungkan usaha ternak dengan usaha sayur-sayuran demi menjamin kontiunitas Produksi


Sedangkan di ketang Herman Jagul berbagi kisah tentang keputusan dia dan isterinya mengubah sawah tadah hujan (tegalan) menjadi kebun usaha sayur-sayuran. Kepada para peserta belajar, dia menceritakan bahwa hasil padi dari sawahnya itu tidak dapat memenuhi kebutuhan keuangan keluarga, padahal biaya kerja cukup besar. Keadaan berubah setelah petak sawah dikeringkan lalu dibuatkan bedang sayur-sayuran, pendapatan dari keluarga herman meningkat dari penjualan sayur-sayuran. Permintaan sayur-sayuran dari Pasar Labuan Bajo, Ruteng dan Lembor yang cukup tinggi mendorong herman mengambil suatu keputusan tentu dengan kalkulasi yang matang untuk memanfaatkan seluruh lahan sawahnya menjadi lahan uang bagi keluarganya. 
 
 
Dalam perjalanan usahanya dia mendapat dukungan dari Yayasan Ayo Indonesia dalam bentuk pelatihan pembuatan pupuk organik, penerapan arang sekam di atas lahannya dan membantu beberapa ekor kambing sebagai sumber bahan baku pupuk organik. “ Saya mengembangkan pertanian terintegrasi, yaitu memelihara ternak dan menanam sayur-sayuran,”ungkap Herman. Kandang kambing dan babi dia bangun dekat dengan lahan usahanya. Saya berharap, kata Herman, kepada ibu-ibu agar setelah ini melakukan hal yang sama di kebun-kebun mereka di Gara dan yang paling penting motivasi dari ibu-ibu menanam sayur-sayuran adalah untuk tujuan ekonomi dan juga jangan lupan dikonsumsi oleh seluruh anggota keluarga.
 
 
Baik Bernadeta Gabus maupun Lusia Basut ketika diminta komentar tentang apa yang mereka dapat selama kunjungan dan apa yang dibuat setelah kembali ke Desa Gara, mengatakan hal yang sama, atau senada, bahwa mereka telah mendapatkan pengetahuan dan pengalaman di Rai dan Pasar Sotor Ketang tentang cara budidaya dan pemasaran sayur-sayuran, mereka berjanji untuk menanam sayur-sayuran di kampungnya untuk tujuan ekonomi dan pemenuhan Gizi keluarga.
 
Penulis Rikardus Roden Urut

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ikuti tulisan menarik Rikhardus Roden Urut Kabupaten Manggarai-NTT lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler