x

Ilustrasi: pixabay.com

Iklan

Hildha Nur Aini

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 21 November 2022

Rabu, 7 Desember 2022 05:49 WIB

Mengenal Trilogi Ajaran Islam: Tingkatkan Iman di Era Transisi Remaja

Masa remaja merupakan periode peralihan, sebagai usia bermasalah, masa mencari identitas, masa yang tidak realistis serta sebagai ambang masa depan, (Sururin, 2004). Tidak jarang, seorang remaja merasa labil akan dirinya, bahkan bertindak tidak semestinya. Dengan mengenal Trilogi Ajaran Islam diharapkan mampu mengarahkan remaja tetap pada hal baik, salah satunya Iman. Oleh karena itu, seorang remaja perlu keyakinan dan pemahaman ilmu agama guna meningkatkan keimanannya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Keimanan menjadi kebutuhan setiap umat Islam, sebab Iman termasuk dalam trilogi ajaran Islam., selain Ihsan dan Islam. Kata Iman berasal dari bahasa Arab, yaitu amana-yu’minu yang memiliki arti percaya atau menerima. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Iman berarti kepercayaan dan keyakinan kepada Allah, nabi, kitab, dan sebagainya atau  ketetapan hati; keteguhan dan keseimbangan batin.

Iman tidak hanya sebuah kepercayaan, seperti yang terdapat dalam enam rukun Iman, tetapi juga membutuhkan keyakinan hati jangan sampai ada keraguan sedikit pun. Sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. Al Hujurat ayat 15:

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ

 

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah orang-orang yang hanya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS al-Hujurât: 15).

Namun, adakalanya iman seseorang itu naik dan turun, terlebih lagi di masa remaja (18-25 tahun). Di usia ini, remaja dituntut untuk bertransisi menjadi sosok yang lebih dewasa dan pencarian identitas diri. Menurut Elizabeth B. Hurlock dalam Sururin menjelaskan bahwa masa remaja merupakan periode peralihan, sebagai usia bermasalah, masa mencari identitas, masa yang tidak realistis serta sebagai ambang masa depan. (Sururin, 2004). Maka, seorang remaja perlu keyakinan dan pemahaman ilmu agama guna meningkatkan keimanan nya.

Berbicara keyakinan, menurut Dosen Akhlak Tasawuf Program Studi Jurnalistik, Prof. Dr. H. Asep Usman Ismail, M.A. terdapat lima unsur cara meningkatkan keyakinan dalam diri, antara lain:

  1. Meresap dalam hati, mempercayai seutuhnya atas adanya Allah Swt, Malaikat, Para Nabi dan Rasul, kitab-kitab, Qodar dan ketetapan Allah swt dan hari akhir, dengan sepenuh hati
  2. Menghayati, memperdalam dan memahami ilmu-ilmu agama
  3. Menjiwai, mengamalkan perintah Allah berupa Ibadah dan menjauhi larangan nya.
  4. Mengakar, menjadi kebiasaan sehari-hari (terbiasa) untuk senantiasa yakin dan percaya
  5. Kokoh, menjadikan keimanan sebagai sebuah pondasi diri dalam agama dengan sikap dan amalan.

 

Mengenai bagaimana menjaga ketetapan Iman dalam diri seorang remaja, perlu mengerti dan memahami ilmu, khususnya tentang agama. Dengan ini nantinya diharapkan mereka mampu menyampaikan arti dan menggali ide atau subtansi dari ilmu tersebut. Jika dilihat memang masa remaja memang membutuhkan dorongan kuat untuk terus meningkatkan keimanan mereka, sebab mereka berada dalam pencarian jati diri. Peran lingkungan sosial pun dapat memengaruhi mereka, oleh sebab itu mereka perlu diarahkan dalam lingkup agama.

Dijelaskan oleh Zakiah Daradjat bahwa “persoalan dan problema yang terjadi pada remaja itu sebenarnya bersangkut paut dan kait terkait dengan usia yang mereka lalui, dan tidak dapat dilepaskan dari pengaruh lingkungan dimana mereka hidup. Dalam hal ini yang memegang peranan penting yang menentukan dalam kehidupan remaja adalah agama’. (Zakiah Drajat, 1970).

Begitu besarnya pengaruh lingkungan terhadap kesadaran remaja akan pentingnya Iman dalam menjalankan kehidupannya. Menurut Abdul Aziz Ahyadi, ciri-ciri kesadaran beragama pada remaja yang sangat menonjol, yaitu:

  1. Pengalaman ke-Tuhanannya makin bersifat individual;
  2. Keimanannya makin menuju realitas yang sebenarnya;
  3. Peribadatannya mulai disertai penghayatan yang tulus. (Abdul Aziz Ahyadi, 1995)

Dengan demikian, kesadaran remaja itu lahir dari rohaniah individunya. Maka dari itu pemahaman dengan ilmu sebagai penopang dapat memperkuat Iman seseorang. Menurut Prof. Asep, saat memaparkan materi Trilogi Ajaran Islam menyampaikan bahwa Iman itu menjadi kuat dengan ilmu dan akan menjadi lemah dengan kebodohan. Beliau pun menyebutkan bahwa kebodohan bisa berarti karena lemahnya kepercayaan dan keyakinannya atau karena tidak bisa menyampaikan ilmu yang didapatnya.

Oleh karena itu, seorang remaja perlu senantiasa meningkatkan keimanan nya dengan beramal saleh dan mengurangi atau bahkan menghilangkan kebiasaan buruk atau maksiat dalam kehidupannya. Dalam arti lain, remaja perlu menjaga akhlaknya dan itu semua terikat dalam aqidah.

 

“Aqîdah memandu akhlak, akhlak dipandu ‘aqîdah. ‘Aqîdah memandu orang-orang beriman untuk memantapkan orientasi hidup dan kehidupan fokus kepada Allah. Allȃhu mabda`unȃ, Allah pangkal keberadaan kita. Allȃhu ghȃyatunȃ, Allah tujuan hidup kita. Manusia berasal dari Allah, diciptakan Allah, berada dalam genggaman Allah dan akan kembali kepada Allah untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan Allah.”

 

Untuk itu, perlu adanya hidayah Allah yang menjadi petunjuk mendapatkan kebenaran dalam hidup, baik di dunia maupun nanti di akhirat. Hidayah harus diusahakan, memperdalam ilmu & mencari tahu, yakni dengan membuka pikiran (pemahaman ilmu pengetahuan), membuka emosi (meresap dan menjiwai) dan membuka rohani (memperkokoh keimanan).

Dapat disimpulkan bahwa era transisi remaja menuju kedewasaan itu diperlukan pemahaman akan ilmu agama. Dengan adanya Iman dapat mencegah mereka untuk berbuat hal yang tidak semestinya sebab pencarian identitas diri. Bukan hanya itu saja, sama halnya dengan Iman, Islam dan Ihsan pun perlu menjadi bagian di dalamnya. Karena dengan itu, akan membentuk aqidah dalam dirinya dan menjadi kendali atas sikap dan amalan yang dilakukannya.

 

Sumber rujukan:

Administrator. (2019). Trilogi Risalah islam (Intisari Khutbah Jumat). Kantor Kementerian Agama Kab. Polewali Mandar: http://kemenagpolman.id/berita/detail/trilogi-risalah-islam-intisari-khutbah-jumat di akses pada 17 September 2022.

Ahyadi, A. (1995). Psikologi Agama Kepribadian Muslim Pancasila. Sinar Baru Al Gesindo, Bandung.

Budiman, H. (2015). KESADARAN BERAGAMA PADA REMAJA ISLAM. Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, Mei 2015: https://media.neliti.com/media/publications/56894-ID-kesadaran-beragama-pada-remaja-islam.pdf di akses pada 17 September 2022.

Drajat, Z. (1970). Ilmu Jiwa Agama. Bulan Bintang: Jakarta.

Ismail, A. (2022). TRILOGI AJARAN ISLAM: IMAN, ISLAM DAN IHSAN. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta: PPT Materi Perkuliahan ke-2, Senin, 12 September 2022.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Iman; https://kbbi.web.id/iman di akses pada 17 September 2022.

Rofiah, dkk. (2018). TRILOGI ISLAM, IMAN, DAN IHSAN. Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo: Semarang. Academia.edu: https://www.academia.edu/37556924/TRILOGI_ISLAM_IMAN_DAN_IHSAN_docx di akses pada 17 September 2022.

Sururin. (2004). Ilmu Jiwa Agama. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

 

Ikuti tulisan menarik Hildha Nur Aini lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler