x

Sumber ilustrasi: freepik.com

Iklan

Ikhwanul Halim

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 10 Desember 2022 11:32 WIB

Kra

Bulbul tidak pernah mendengarkan nasihat, amaran, atau larangan. Jadi tidak mengherankan bagi siapa pun ketika dia mulai memberi makan monyet. "Apa masalahnya?" katanya, saat hewan-hewan itu meluncur perlahan ke arahnya dengan gigi terbuka dan lengan panjang kurus menjulur. Salah satu anak monyet melompat telentang dan Bulbul tertawa. Monyet-monyet itu juga tertawa, tetapi tidak dengan orang-orang.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bulbul tidak pernah mendengarkan nasihat, amaran, atau larangan. Jadi tidak mengherankan bagi siapa pun ketika dia mulai memberi makan monyet.

"Apa masalahnya?" katanya, saat hewan-hewan itu meluncur perlahan ke arahnya dengan gigi terbuka dan lengan panjang kurus menjulur. Salah satu anak monyet melompat telentang dan Bulbul tertawa. Monyet-monyet itu juga tertawa, tetapi tidak dengan orang-orang.

“Hati-hati, Bulbul,” kata pria bertopi PERSIJA dan tas pinggang merah cerah. Bulbul tertawa lagi ketika monyet lain mengambil kantong buah dari tangannya dan berlari ke atas pohon, diikuti oleh tiga temannya. Mereka mengeluarkan apel dan pisang dari tas, membolak-balik di tangan, lalu menyeringai dan mulai makan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bulbul mengangkat bahu ke arah monyet yang mengelilinginya. “Sudah habis, teman-teman,” katanya. Mereka menatapnya dengan kepala miring penuh minat.

“Kraaa,” kata salah satu monyet.

“Bulbul, kita turun sekarang," kata perempuan dengan sepatu yang tidak cocok untuk dipakai jalan kaki.

"Ya, ya," kata Bulbul. “Pergilah, aku baik-baik saja ... ngobrol dengan saudara-saudaraku di sini ... Macaca fascicularis yang baik.'

“Kraaa, kraaa,” timpal para monyet.

"Aku akan minum sendiri, lalu pergi," Bulbul memutuskan.

Monyet-monyet membuka jalan untuknya, dan ketika dia membuka pintu kafe, tiga dari mereka berlari masuk dan mengambil sebungkus keripik dari rak pajangan di sebelah konter. Kasir memekik dan monyet-monyet itu berlarian, mengoceh saat mereka berlari pergi.

“Kraaa, kraaa!”

Bulbul berdiri di luar kafe saat pintu terayun menutup. Dia bisa melihat wisatawan terbakar matahari di dalam dengan es krim dan roti sandwich ditangan dan mulut ternganga.

“Hewan jorok,” dia membaca bibir salah satu dari mereka melalui kaca. Dia berbalik menghadap monyet-monyet itu. Mereka mengawasinya, wajah merengut penuh tanda tanya.

“Kraaa?” tanya salah satu dari mereka. Yang lain mengulurkan tangan berbulu.

Bulbul menyambut tangan lembut dan hangat itu dengan senang hati. Jari-jari seperti manusia melingkari jari-jarinya dengan lembut.

Rombongan monyet mulai berjalan dan dia membiarkan dirinya dibimbing oleh mereka.

“Kraaa,” kata Bulbul.

 

Bandung, 9 Desember 2022

Ikuti tulisan menarik Ikhwanul Halim lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler