Di paruh burung biru
nasib siapa pun menanti dirumuskan. tanpa harus punya makna
dan kata-kata hampir dimusnahkan
agar terpisah dari bahasa yang melahirkannya.
Di antara cericit burung, biru dan menyapu
jari-jemari yang membesarkannya--siapakah yang bertahan dalam kesenyapan?
"Kita berbicara hukuman, kita mesti sibuk menafsirkan."
Sepanjang hari di sekujur arah
Kita tertatih dan merenungkan dunia tanpa spasi
ketika jeda dan istirah kita hancurkan tanpa rencana
Ikuti tulisan menarik Isnaini Khomarudin lainnya di sini.