Percakapan Imajiner (17)

Kamis, 15 Desember 2022 15:00 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Percakapan di kepalanya

 

"Ngapain hujan-hujan? Nggak ada kerjaan?"⁣

"Iseng. Nggak mau ikutan?" ⁣

"Nggaklah.. " ⁣

"Kemonlah.. main hujan sebentar nggak bikin kulitmu luntur." ⁣

"Nggak. Nggak sekarang. Mungkin besok atau dua hari lagi." ⁣

"Okee..." ⁣

"Okee..." ⁣

*

Kutemukan percakapan ini di ruang kepalanya yang tumpang tindih dengan percakapan-percakapan lain. Sedikit absurd, banyak muramnya. ⁣ 

Langit-langitnya seperti mengingatkan pada bangku kedai kopi yang menawarkan ramai dan sepi sekaligus. Dan ia selalu memesan keduanya untuk merapikan kenangan dan menutup malam. ⁣ 

Di atas meja, menumpuk pesan-pesan yang tak tersampaikan, satu dua pertanyaan, kisah-kisah yang terjebak dalam ruang dan waktu, kekesalan demi kekesalan dan beberapa makian. Damn!⁣ 

⁣Lalu kuselamatkan mataku. Membuka pagi di jendela tanpa aroma kopi, tanpa koran pagi, apalagi ucapan selamat pagi.⁣

 

 

 

***

 

 

 

Berbahagialah, Senja Itu Milikmu 

 

Jadi datanglah ke kotaku, akan kupotong senja untukmu. ⁣

Senja yang tak selalu sama. Entahlah. ⁣

Kau tahu semesta selalu penuh kejutan. ⁣

Kadang tenang menyenangkan, kadang merona jingga, kadang semerah saga. ⁣Kadang abu-abu, sebab hujan dan petrikor yang syahdu. ⁣

Atau jika kau tak ada waktu, akan kukirimkan beberapa lembar surat sewarna senja, sepaket dengan rindu dalam puisi-puisi sederhana tulisan tanganku. ⁣Berbahagialah, senja itu milikmu. 

 

 

 

***

 

 

 

Gerimis, Suatu Malam 

 

Seorang perempuan berjalan-jalan ke dalam pikirannya sendiri.

Dilihatnya segala harap sedang menyusun diri di dalam lemari. Dilihatnya rindu merimbun subur di luas halaman rumahnya, dan seorang perempuan sedang berteduh di bawahnya. Sambil menghela napas perempuan itu berkata..

"Seharusnya aku tak mengingatmu seperti ini. Aku tak mengerti, bagaimana bisa cinta sebecanda ini. Bagaimana bisa hal-hal ganjil menjelma udara sore yang hangat, seperti aroma tengkukmu itu misalnya. Semakin kucium semakin ingatan merajalela, kamu ada di mana-mana. Kamu tahu, sayang, gerimis ini turun, bukan jatuh, satu demi satu. Yang jatuh itu rinduku, kamu demi kamu." 

 

 

***

 

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Dien Matina

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Pesona Film-film Karya Sineas Timur Tengah

Rabu, 12 April 2023 19:38 WIB
img-content

Memandang Kehidupan Lewat Film-film Lokal

Selasa, 4 April 2023 20:06 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Peristiwa

img-content
img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua