Di tepi pelisir keperakan
seseorang berjalan menepi
menatap getaran buih buih
tatkala badai berarak ragam
kedua kakinya setia bertahan
sementara yang kirap memuai
dan yang meluruh patah siku
jemari kaki itu meremas gaduh
tentang gigil mestika gamat, pun;
sampur manikmaya dipanjangkan
memohon runding damai samodra
Di tepi pelisir keperakan
ingatannya memuja sampaka
bebatuan separas yang hening
ukiran kemawan yang asmara
menjalma sungkawa bagi nala
tersepuh dalam butiran kersik
menyerak harapan penantian
Di tepi pelisir keperakan...
“apabila cumbu terjatuh,
manakala anam jarak wulang,
sulurlah tenang dalam biru”,
pinta waktu pada mimpi
- Jakarta, 29 Desember 2022
Ikuti tulisan menarik Okty Budiati lainnya di sini.