x

Iklan

Lam Pena

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 13 Oktober 2022

Jumat, 20 Januari 2023 07:56 WIB

Tinta Kehidupan.


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bismillah,

     Setiap manusia yang hidup memiliki kisah nya tersendiri, memiliki alur hidup nya masing – masing. Setiap manusia, dari yang kecil hingga yang besar, yang miskin hingga yang kaya, yang malas hingga yang rajin, dan yang jahat hingga yang baik pasti memiliki harapan dan angan – angan.

     Dalam beberapa kasus kehidupan, harapan tak luput dari titik berat penyesalan. Penyesalan atas apa yang telah ia lakukan, atau ia perbuat, dan dari situlah muncul secerca cahaya angan - angan yang mana semakin lama cahaya itu berada pada diri seseorang, maka ia akan berubah menjadi kilauan harapan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

     Kota besar, penuh dengan segala perhiasan indah di dalamnya. Berbagai macam gedung pencakar langit yang menghalangi lalu lintas hewan di udara. Polusi dan Polisi yang meresahkan rakyat. Bau tak sedap dari sampah rumah tangga dan sampah masyarakat. Transaksi ilegal tikus saluran air dan tikus berdasi. Para pencuri tas dan pencuri hati. Semuanya, sungguh lengkap apa yang ada di dalamnya.

     Namun, di pelosok kota yang sangat dalam dan jauh dari hiruk pikuk kesibukan hidup di perkotaan. Seorang bocah remaja yang baru mencoba menulis cerita hidupnya menggunakan tinta permanen yang tak mungkin dihapus ataupun di rubah isinya.

     Layaknya remaja pada umumnya, ia masih bimbang bagaimana ia mengawali cerita hidupnya. Kalimat apa yang harus ia letakan pertama kali dalam bukunya? Ia tak tahu dan tak tahu. Malangnya, remaja itu ternyata mengawali isi bukunya dengan memilih teman yang salah, pergaulan yang mengarah kepada kejahatan. Hari demi hari ia jalani dengan teman teman nya itu, semakin buruk apa yang ia tulis dalam buku nya itu. Bahkan seorang tunanetra pun tak ingin rasanya membaca buku karya remaja itu. Pergaulannya mengarah kepada banyak jalur kegagalan, kriminal, dan hal buruk lainnya.

     Remaja itu mulai angkuh, membangkang kepada kedua orang tua nya, jarang pulang ke rumah, dan sering bolos sekolah. Waktu – waktu remaja berharganya hancur karna pergaulannya.

     Waktu demi waktu berlalu, kini lembaran lembaran kosong pada bukunya sudah terisi dengan peristiwa dan berbagai cerita kisah hidupnya. Sampai ketika dimana ia sedang melanjutkan menulis buku kehidupannya, ia merasakan sesuatu yang kurang dan hampa di dalam bukunya itu. Ia tak tahu, padahal selama ini dia hidup dengan bebas dan penuh riang gembira dengan teman teman pergaulannya itu. Bebas dan taka da yang mengatur, sekali lagi, ia merasa ada yang tak benar dalam ceritanya.

     Remaja ini kebingungan.

     Suatu malam, di saat musisi semesta berhenti memainkan melodi indahnya. Remaja ini duduk terdiam di sebuah tebing jurang. Keheningan begitu membuat pikirannya jernih. Remaja ini melihat berbagai benda langit yang bersinar indah. Bintang dan bulan, juga cahaya – cahaya pengharapan. Di tengah lamunannya, remaja ini di sapa oleh seorang kakek tua yang menggunakan kacamata dan memiliki rambut yang beruban.

     “Apa yang engkau lihat?” tanya sang kakek.

     “Hanya benda–benda langit”

     “Lihatlah, kumpulan bintang di sana. Indah bukan?” Seraya menunjuk sekumpulan bintang.

     “Kilauannya seperti harapan hampa” jawab sang remaja.

     “Setidaknya jauh lebih indah dari bintang yang disana” Kakek itu menunjuk sisi bintang yang lain.

     “Sama saja, hanya terlihat lebih buruk”

     Remaja ini sama sekali tak menyadari ia sedang berbicara dengan siapa, pikirannya sedang tak tak karuan. Sehingga saat ia menoleh, sang kakek ternyata tidak ada. Entah pergi dan menghilang, atau memang sebenernya hanya hayalan. Remaja ini tak memikirkan dengan berat apa yang baru di alaminya. Hari – hari berikutnya hanya ia jalani dengan hal yang sama. Hampa dan kosong.

     Sampai suatu ketika, selepas pulang dari sekolah. Perutnya merasakan lapar yang menyiksa, Kemudian ia merogoh kantong dan menemukan uang sisa jajannya. Cukup untuk dia membeli seporsi makanan. Remaja ini kemudian pergi ke sebuah rumah makan yang sepi, ia tak suka mengantri lama hanya untuk makanan. Remaja ini masuk dan segera memesan sesuai kadar uangnya saat itu.

     Kala menunggu pesanannya, di sisi rumah makan tersebut. Remaja ini melihat sesuatu yang belum pernah ia rasakan. Terlihat disana, keluarga kecill yang hidup bahagia hanya dengan porsi makan sederhana. Tertawa ria dan bahagia. Mengasihi dan menyayangi. Remaja ini tak pernah mendapatkan hal kecil ini selama hidupnya. Bak debur ombak yang menghantam batuan karang. Pemandangan yang remaja ini saksikan membuatnya meneteskan air mata.

     Saat makanan telah di terima dan uang telah diberi, ia segera membuka kembali lembaran kehidupannya. Beribu kisah ia telah tulis. Jutaan lembaran ia buka, ia periksa secara teliti bagian demi bagian. Sampai ia menemukan, ada bagian yang hanya tertulis dengan beberapa kalimat. Jawaban yang selama ini di cari. Bagian itu berisi tentang keluarga.

     Remaja ini bergegas kembali menuju rumahnya, memfokuskan pikirannya hanya pada satu tujuan, yaitu  memberi tinta catatan pada bagian itu.

     Namun entah mengapa, saat ia kembali ke rumahnya,

 

Lanjut Part 2.

Ikuti tulisan menarik Lam Pena lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB